"Rasaku melambung tinggi dan secara paksa kau suruh berhenti. Kamu pergi. Aku tersakiti."
-Adira-
- - - -
Disaat di mana semuanya sudah berhenti disaat itu pula dalam semalam saja kehidupan ku berubah. Perasaan yang teramat dalam untuknya membuatku seperti orang bodoh yang terlukai.
Aku bodoh. Aku bisa menebak kalian juga akan mengatakan aku bodoh ketika kalian tau hal ini.
"Dir, buka pintunya dong! Lo harus makan, udah dua hari lo nggak keluar kamar. Ada surat nih buat lo!"
Bagaimana? Sudah mengatakan aku bodoh? Aku yakin pasti kalian mengucapkannya sebelum membaca kalimat ini.
Hidupku seolah berjalan lambat dan kadang juga bisa berhenti. Seperti aku hanyalah mayat hidup yang meratapi sebuah kisah pahit tentang cintaku.
Kisah yang tak sempurna dicampur dengan adonan yang menyakitkan dan berakhir dengan pengkhianatan.
Miris!
Terdiamku di kamar duduk di atas kasur sudah menjadi rutinitasku dua hari ini. Melamun, menangis, berteriak bodoh di malam hari.
Aku pernah mendengarnya berulang kali mengatakan bahwa ia hanya mencintaiku. Tapi ternyata ia mengkhianatiku dengan permainannya.
Seseorang yang sangat aku percaya sepenuh hati menghancurkan diriku sendiri. Dia menyakitiku dengan caranya yang sederhana. Apa yang dilakukannya selalu sederhana tapi kali ini sangat menyakitkan.
"Dir! Buka dong pintunyaa!!"
Aku masih diam. Tak kupedulikan teriakan Bang Azka dengan gedorannya di pintu kamarku.
Tatapanku mengelilingi sudut kamar ku ini.
Sofa itu. Reihan pernah tidur disana hanya untuk menunggu ku bangun dari pingsan.
Bibir kasur ini, Reihan pernah duduk disini menemaniku menonton tv yang menayangkan film kesukaan kami.
Pernah juga menggendong dan merebahkan ku kasur lalu mencium keningku lembut.
Tunggu!
Apakah itu hanya pura-pura saja? Apakah ia hanya sedang mempermainkanku?
Aku menggeram marah. Kulempar bantal dan guling ku itu kesembarang tempat untuk melampiaskan amarahku.
Aku benar-benar kecewa dengannya.
"AARGGHH!!!"
"Dir! Lo kenapa?"
"Gue lagi pengen sendiri! Tinggalin gue Bang!!" teriakku.
"Oke gue tinggal. Tapi lo harus baca dulu ini surat, Dir!"
"Gue nggak mau!" teriaku lebih kencang.
"Gue nggak maksa lo buat baca nih surat, tapi gue nggak mau lo nyesel lagi Dir." Suara Bang Azka mulai memelan. "Gue masukin surat ini di bawah pintu. Lo bisa ambil kalo lo udah berubah pikiran. Gue harap malam ini juga, Dir."

KAMU SEDANG MEMBACA
ADIRA (Completed)
Novela Juvenil"Jika cinta diciptakan menjadi rumit, lalu kenapa kehidupanku jadi ikut rumit?" Adira Melinda, cewek feminim berusia 17 tahun itu mulai tau jika perasaan lebih rumit dari yang ia bayangkan ketika ia menemukan sosok cowok yang menjadi alasan kerumita...