ADIRA | 36

1.6K 62 0
                                    

"Kamu itu terlalu jujur. Mencintaiku tak perlu mengatakan bahwa kamu milikku. Aku sudah pasti tau itu."

-Adira-

- - - -

"Cowok itu kayak kucing. Dia nggak akan kepancing kalo lo nggak kasih umpan duluan."

Aku menatapnya tak percaya. Apakah benar?

Kulihat lagi foto itu ditanganku. Mencoba mencari bahwa itu adalah kesalahan. Aku sedang tidak siap saja untuk menerimanya. Jadi biarkan aku terus berdiri disana dengan genggaman erat ditanganku yang terkepal kuat.

Menahan betapa sesaknya udara yang kini aku hirup seakan tidak ada lagi kesempatan bagiku untuk hidup.

Reihan pernah berkata kepadaku bahwa di dalam sebuah hubungan itu hancur bukan karna orang ketiga tapi karna lunturnya sebuah kepercayaan.

Aku pikir kalian tentu sudah mendengar kalimat familiar itu. Kepercayaanku kedapa Reihan lebih dari percayanya dia kepadaku.

Lagipula setelah kuteliti lagi foto itu, aku mulai mengerti apa makudnya.

Jadi, pantas jika aku membuang amlop ditangan kiriku ke arah Ify dan menyatukan tangan kiriku dengan tangan kananku, untuk merobek-robek foto itu menjadi bagian terkecil seolah itu tidak artinya untuk ku.

Kau tau? Aku melakukannya tepat diwajah Ify yang mulai bingung atas apa yang kulakukan.

"Lo pikir dengan foto itu gue percaya sama lo?" kataku dengan nada rendah menatapnya tajam.

Aku menyeringai kecil menertawakan permainannya yang kurang bagus.

"Gue tau lo mantannya Reihan tapi lo juga harus tau sekarang siapa yang jadi milik Reihan. Gue nggak perlu kasih tau juga lo pasti udah tau."

Ify diam. Ia seolah tidak terima dengan apa yang aku ucapkan.

Aku melirik potongan-potongan kertas yang berserakan di lantai. "Cara lo rendah buat bikin gue juah dari Reihan."

Aku menepuk bahunya dua kali lalu mengusapnya seperti menyingkirkan sebuah noda disana. "Kalo lo mau jadi tokoh antagonis disini, bilang dulu sama gue. Siapa tau cara lo bisa lebih tinggi dan berkelas."

Sudut bibirku terangkat. "Nggak rendah kayak gini. Udah basi cara ini buat gue."

Hendak saja aku ingin melangkah meninggalkannya tiba-tiba aku teringat. Kubalikan lagi tubuhku. "Oh ya!"

Ify berbalik karna tersentak kaget.

"Asal lo tau juga. Kepercayaan gue sama Reihan nggak mudah lo hancurin dengan cara pasaran lo itu. Gue harap lo perlu inget itu."

Kurapikan lengan seragamku. "Yaudah deh, gue berangkat sekolah dulu ya. Pacar gue udah nunggu disekolah nih, kasian nanti dia capek nunggu gue. Daa Ify."

Dengan senyun penuh kemenangan aku berjalan santai meninggalkannya. Bisa ku dengar hentakan kaki kesal dibelakangku dan umpatan yang gadis itu keluarkan untukku.

Sampai saat ini aku berpikir itu terlalu jahat untuk aku lakukan kepada Ify. Caraku berkata sangat menusuk terlihat dari kedua bola mata Ify yang menahan begitu besar amarahnya.

Tapi dia perlu paham. Jika merebut masa lalu nya kembali dariku adalah hal yang tak akan kubiarkan. Aku sudah terlanjur percaya dengan Reihan. Jadi tidak mudah bagiku untuk percaya permainan anehnya.

Permainan yang kukira itu sudah terlalu banyak dilakukan oleh orang yang hendak merebut seseorang dari tangan orang lain. Itu sudah banyak digunakan dalam adegan sinetron Indonesia.

ADIRA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang