ADIRA | 31

1.6K 64 0
                                    

"Ketika takdir sudah selesai mempermainkan, cerita terakhir hanya ada aku dan kamu. Semoga."

-Adira-

- - - -

Sore itu setelah selesai berjalan-jalan dengan Reihan. Aku dan Reihan kembali ke rumah sakit. Bunda menelpon ku, katanya aku sudah diperbolehkan pulang hari ini.

Aku berjalan bersama Reihan menuju ruang rawatku. Entah, aku juga tidak tau bagaimana caranya Reihan bisa mendapatkan ijin dokter untuk membawaku keluar. Tapi aku senang, sangat senang.

"Bun," panggilku ketika langkahku memasuki ruangan ini.

Aku melihat Bunda sedang merapikan pakaianku disofa.

"Eh, udah pulang?" tanya Bunda. Aku berjalan ke arahnya dan mencium tangannya begitu juga dengan Reihan.

"Iya Bun, habis beli buku nih," kataku sambil menunjuk kantong plastik ditanganku.

"Oh yaudah, kamu ganti baju gih," suruh Bunda.

"Iya Bun,"

Aku meletakan plastik itu ke sofa dan mengambil pakaian yang sudah disiapkan Bunda.

"Kamu tunggu disini dulu ya," ujarku kepada Reihan.

Reihan mengelus puncak kepalaku lembut. "Nggak usah, aku ada perlu sama Mama. Kamu nggak papa kan aku tinggal?"

Sejenak aku diam. Jujur, aku masih ingin bersamanya.

Aku tersenyum. "Oh yaudah, iya nggak papa kok."

Perlahan Reihan mendekatiku. Ia mengecup keningku lembut.

"Besok pagi aku jemput kamu," katanya pelan. Wajahnya masih berdekatan denganku.

"Besok itu bukannya hari Minggu ya?" tanyaku.

"Iya."

Aku mengangguk. "Mau kemana?"

"Besok aja aku kasih tau," jawab Reihan.

"Ohh oke,"

"Yaudah aku pulang dulu ya," pamit Reihan. "Tante, saya permisi dulu."

"Oh iya Reihan, makasi ya udah jagain Adira. Kamu hati-hati pulangnya," ujar Bunda.

"Iya tante sama-sama," jawab Reihan.

Tatapannya beralih menatapku.

"Aku pulang dulu, kamu hati-hati pulangnya. Sampai rumah kabarin aku."

Aku tersenyum. Perhatiannya sangat sederhana tapi begitu menyenangkan. "Iya, hati-hati."

***

Malam ini, aku duduk di balkon kamarku. Menatap gelapnya malam yang mulai membawa hawa dingin ke tubuhku.

Entah, harus seperti apa lagi aku mengatakannya. Jika kupikir lebih jauh, pertemuan ku dengan Reihan memang sangat tidak terduga. Aku membencinya, aku menjauhinya, aku mempunyai perasaan aneh padanya hingga aku yang terjebak sendiri oleh permainan kakakku.

ADIRA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang