"Benar. Bencilah musuhmu sewajarnya karna kamu tak akan tau suatu saat nanti bisa jadi ia yang paling kamu cinta."
-Adira-
- - - -
Aku duduk dikursi plastik berwarna hijau dengan menyantap es campur lezat di pinggir jalanan. Aku dengan lahap meminumnya. Tolong dimaklumi, aku sangat haus sedari tadi.
"Haus banget mbak," ucapan itu kudengar dari Reihan yang duduk di sebelahku. Reihan menatap ku dengan tatapan aneh dan senyum yang aneh pula. Kurasa ia ilfeel melihatku. Terserah. Aku tidak peduli.
"Iya nih, bodo! Gue haus kok," kataku lalu melanjutkan minumanku.
Reihan hanya tersenyum kecil melihat tingkah ku dan melanjutkan minumannya.
Setelah minuman kami habis, aku dan Reihan masih duduk disana sambil menatap jalanan yang ramai di lalui kendaraan.
"Hey!" panggilku kepada Reihan yang masih diam menatap depan.
Ia menoleh ke arahku dengan menaikkan satu alisnya.
"Kenapa?" tanyanya.
"Lo nggak papa kan, temenin gue dulu?" kataku.
"Tumben, bukannya lo marah sama gue?" kata Reihan dengan mengerutkan kedua alisnya.
Aku hanya tertawa kecil mendengar perkataan Reihan.
Aneh memang, aku sendiri juga merasakannya. Mengapa tiba-tiba aku jadi baik dengan Reihan setelah beberapa jam lalu aku berkata kasar padanya. Apa ini yang sering dikatakan orang-orang kalau Tuhan itu gampang banget buat bolak-balikin hati orang?
"Emang salah ya?" tanyaku
"Nggak salah kok. Gue sukax katanya datar.
"Ha?" Aku sungguh tak bisa mencerna perkataan Reihan barusan.
"Apa?" tanyanya. "Emang salah ya?" lanjut Reihan dengan nada seperti yang aku ucapkan tadi.
Aku hanya tersenyum sambil mengalihkan pandanganku ke arah lain. Aneh rasanya jika aku bersikap seperti ini. Tapi aku juga tak tau aku begitu nyaman dengan keadaan ini.
***
Malam ini sekitar pukul setengah 8 setelah sholat Isya' aku duduk diruang makan bersama Ayah, Bunda, dan Bang Azka.
Aku senang hari ini aku bisa bertemu dengan Ayahku. Setelah aku pulang bersama Reihan aku mendapati Ayah duduk disofa bersama Bunda. Aku dengan cepat menghambur ke pelukan Ayah. Sungguh, aku sangat rindu Ayah. Malam ini, aku duduk disebelah Ayah seperti tak ingin jauh darinya.
"Sekolah kamu gimana Adira?" tanya Ayahku setelah kami sudah selesai makan.
"Nggak gimana-gimana kok Yah. Baik-baik aja kayak biasanya," ucapku sambil tersenyum manis.
"Bener baik-baik aja? Terus sekarang gimana sama anak baru itu?" kata Bang Azka ceplos menatapku.
"Anak baru?" kata Ayah ku seperti bertanya kepadaku.
"Iya Yah, ada anak baru dikelas Adira," kataku datar.
"Namanya siapa Adira?" tanya Bundaku. Loh, Bunda kan sudah tau dia tadi siang kenapa Bunda tanya lagi kepadaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
ADIRA (Completed)
Ficção Adolescente"Jika cinta diciptakan menjadi rumit, lalu kenapa kehidupanku jadi ikut rumit?" Adira Melinda, cewek feminim berusia 17 tahun itu mulai tau jika perasaan lebih rumit dari yang ia bayangkan ketika ia menemukan sosok cowok yang menjadi alasan kerumita...