"Kebencian diantara kita menimbulkan satu rasa yang tak siap untuk ku terima."
-Adira-
- - - -
Benar apa yang aku pikirkan. Sampai jam istirahatpun, Pak Jacky belum datang ke kelas. Hanya ada guru-guru yang sesekali datang ke Lab untuk melihat keadaan kelas.
Aku tidak mau keluar kantin. Aku pun menitip minuman ke Diska untuk membelikannya. Sambil menunggu Diska kembali aku mendengarkan lagu menggunakan headshet dikomputer.
"Oyy!!" Sebuah pukulan telapak tangan mendarat di bahuku. Sontak aku bangun dan langsung melepaskan earphone dari telingaku. Aku melihat siapa orang yang sudah menggangguku.
"Diska! Lo tu apa-apaan sih?!" ucapku kesal.
"Ya habisnya gue ngomong nggak lo tanggepin malah diem aja."
"Gue lagi ndengerin lagu, lo kan bisa pegang gue pelan-pelan nggak usah ngagetin gue gitu!"
"Iya iya gue minta maaf deh. Nih titipan lo!" katanya sambil menyodorkan satu botol air mineral.
Aku mengambil botol mineral itu dari tangannya.
"Gimana dir?" tanya Diska yang duduk disebelahku dengan mengangkat satu aslinya.
Aku menatapnya setelah aku selesai meneguk minumanku.
"Gimana apanya?" tanyaku.
"Yang kemarin itu loh." Diska tersenyum aneh sambil menaikkan kedua alisnya berkali-kali. Aku semakin bingung dengan apa yang sedang Diska bahas. Aku sungguh tidak mengerti apa yang dikatakan Diska.
Aku hanya diam sambil mengingat kembali kejadian kemarin. Aku rasa tidak ada apa-apa kemarin. Dan jika ada yang terjadi apa-apa itu juga tidak ada hubungannya dengan Diska. Lalu apa yang Diska maksud?
"Ih lo lupa ya?!" tutur Diska mulai kesal.
"Ih apaan sih, sumpah bener gue lupa. Ada apa sih?" tanyaku.
"Gue kan kemarin minta Id line abang lo, mana!"
"Oh, ternyata itu," ucapku paham dan meneguk lagi air mineral yang ada ditanganku.
"Iya."
"Minta sendiri sana!" kataku.
"Ih kok ko gitu sih! Lo nggak mau bantuin gue?" tanya Diska.
"Dis. Kalo lo emang beneran suka sama abang gue, ya lo harus berusaha dong. Masa iya sih gue yang usaha, yang ada nanti Bang Azka nggak suka sama lo malah sukanya sama gue, nggak mungkin kan?" kataku.
"Iya juga sih," jawab Diska paham. "Tapi kan lo adik nya!"
Sungguh aku sangat malas jika harus berbicara panjang lebar seperti ini.
"Gue emang adiknya, tapi kan lo juga harus usaha dong!"
"Iya deh gue coba," jawab Diska dengan senyum simpul.
***
Kulihat jam ditanganku sudah menunjukkan pukul 1 siang, aku memutuskan untuk tidur dan ku simpan kepalaku diatas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIRA (Completed)
Teen Fiction"Jika cinta diciptakan menjadi rumit, lalu kenapa kehidupanku jadi ikut rumit?" Adira Melinda, cewek feminim berusia 17 tahun itu mulai tau jika perasaan lebih rumit dari yang ia bayangkan ketika ia menemukan sosok cowok yang menjadi alasan kerumita...