ADIRA | 37

1.6K 64 0
                                    

"Semuanya bermula dari aku, berjalan karnamu, dan berakhir menjadi kita."

-Adira-

- - - -

Setelah keluar dari ruang anak futsal itu, aku langsung mencari tempat duduk yang nyaman. Sebelumnya aku sudah menerima pesan dari Gea bahwa dia ada di pinggir lapangan. Aku pun berjalan menghampirinya.

"Baru dateng Dir?" tanya Gea.

Aku duduk di kursi panjang sebelah Gea. "Udah dari tadi."

Aku sedikit melirik kesamping Gea, Diska terdiam menunduk seolah ia takut akan kehadiranku.

"Ea, sini ya." Aku menyuruh Gea untuk berpindah ke sampingku agar aku bisa duduk disamping Diska. Gea pun berdiri dan menuruti perintahku.

Diska masih diam. Entah, aku tak tau apa yang membuatnya diam seperti ini.

"Lo kenapa?" tanyaku.

Diska masih menundukan kepalanya. "Nggak papa kok Dir," jawabnya pelan.

"Kalo nggak papa kenapa nunduk gitu pas gue datang. Kayak takut gitu."

Barulah sekarang Diska mengangkat kepalanya menatapku. "Gue malu."

Aku mengernyit tak tau apa yang dia maksud. "Malu kenapa?"

"Gue sebenarnya tau dari awal rencana Bang Azka soal lo sama Rey tapi gue diem karna Bang Azka nggak mau gue bilang sama lo."

Ucapan Diska memang sedikit membuatku terkejut. Tapi disisi lain ini bukan urusan ku lagi. Toh, aku sudah bersama Reihan. Tak ada lagi yang harus aku permasalahkan.

"Udah. Nggak usah malu gitu sama gue, bisanya juga gimana." Aku menepuk pundak Diska. "Lo masih temen gue kan?"

Diska tersenyum lalu mengangguk. "Iya, Dir."

"Hubungan lo gimana?" tanyaku. Jujur, aku memang penasaran soal kelanjutan hubungan Diska dan Bang Azka karena yang aku tau sekarang Bang Azka ada di Bandung.

"Nggak kenapa-kenapa. Bang Azka kan lagi di Bandung."

Aku sekilas mengangguk lalu mengalihkan lagi pandanganku ke depan.

"Ehm Dir?"

Aku menoleh. "Apa Dis?"

"Besok Bang Azka-,"

"Eh Dir!" Aku tersentak kaget ketika tiba-tiba Gea menepuk pundakku membuatku tidak jadi mendengarkan perkataan Diska.

"Apa sih?!"

"Itu-itu." Tangan Gea menujuk ke depan membuatku mengikuti arahannya. "Cewek itu siapa? Kok deket-deket sama Reihan si? Bukan anak sekolah sini ya?"

Sedikit aku menyipitkan mataku menatap seorang gadis berdiri di pinggir lapangan. Tangannya memeluk lengan Reihan erat dengan senyum yang selalu tersungging. Bisa kudengar teriakan histeris para cewek ketika melihat itu.

Aku belum menjelaskan tentang ini ya? Baik. Aku dan Reihan sengaja tidak menyebarkan hubungan kami secara luas. Bisa dibilang hanya teman sekelas kami yang tau. Aku tidak ingin mengumbar hubungan kami kemana-mana. Jadi mungkin apa yang di lihat murid saat seorang cewek memeluk Reihan itu adalah hal yang wajar. Karna kupikir mereka semua ingin seperti cewek itu.

Aku menghembuskan nafas pelan. Pantas saat tadi berjalan menuju ruang futsal aku seperti mengenal cewek itu. Ternyata benar.

Ify ada disini. Dan saat ini, saat di mana Reihan harus bersiap masuk ke lapangan bersama teman-temannya, Ify terus memeluk Reihan.

ADIRA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang