ADIRA | 21

2K 81 2
                                    

"Jika menjauh darimu itu baik, apakah bertemu denganmu dulu itu adalah hal buruk?"

-Adira-

- - - -

Deretan makanan ringan berjejer rapi dirak-rak didepanku. Lampu-lampu putih menyala diatas kepalaku. Udara dingin AC didalam tempat ini seakan menambah kedinginan tubuhku sama seperti diluar.

Tangan kananku mengayunkan satu keranjang belanja warna merah yang sudah berisikan makanan ringan dan minuman cokelat kesukaanku. Saat ini aku sedang berada di dalam minimarket yang tidak jauh dari rumahku. Apa yang aku butuhkan sudah aku dapatkan, tinggal mencari pesanan Bang Azka.

Aku memutuskan untuk membeli makanan karena rasanya aku sedang ingin ngemil malam ini sambil menonton film kesukaanku, terlebih lagi cuaca diluar sangatlah dingin seperti menandakan akan turun hujan.

Ketika pesanan Bang Azka sudah kudapatkan, aku pun berjalan menuju kasir untuk membayar belanjaanku.

"Semuanya 80 ribu mbak," ujar perempuan kasir itu sambil menyodorkan satu plastik putih.

"Oh oke." Aku pun mengambil uang dari dalam tas slempang hitamku. Kusodorkan uang 2 lembar kepada kasir itu.

"Ini struk pembeliannya."

"Iya makasih," kataku.

Aku pun berjalan menuju pintu minimarket untuk keluar. Seketika aku merasa kesal ketika melihat air hujan turun lewat kaca pintu yang menembus keluar. Aku pun terus melanjutkan langkahku sampai berada didepan minimarket.

Jika sudah hujan seperti ini, bagaimana caranya aku pulang. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Pasti bus ataupun taksi juga tidak akan ada yang mencari penumpang di hujan seperti ini.

Aku langsung mencari ponselku dari dalam tas. Mataku mulai mencari nama dalam kontak telefonku. Setelah ketemu aku pun menelponya dengan tatapan ku yang jatuh disetiap tetesan air hujan.

"Halo, gimana Dir?" kata Bang Azka dari sebrang sana.

"Halo Bang, bisa jemput gue nggak di minimarket deket rumah, hujan nih," kataku.

"Wahh gue nggak lagi dirumah, gue lagi keluar Dir."

"Yaahh, terus gimana dong gue pulangnya," ucapku dengan nada malas.

"Minta jemput Rey aja."

Jemput Rey? Oh iya, aku hampir lupa. Seharusnya malam ini Rey datang kerumahku untuk mendengar jawaban yang belum aku pikirkan sama sekali karna memang aku rasa itu tidak terlalu penting. Mungkin karna hujan, Rey tidak jadi kerumahku. Syukurlah, jadi aku tidak perlu menjawab ajakannya karna memang aku belum siap.

"Ehm, nggak ah Bang, takut ngrepotin. Lagi pula rumah dia kan jauh," kataku.

"Iya sih, terus lo gimana?"

"Yaudahlah gue tunggu nih ujan berhenti, mungkin habis ini juga udah reda."

"Yaudah, lo hati-hati ya. Kalo nanti gue pulang dan lo belum ada dirumah, gue bakal jemput lo."

"Iya Bang."

Setelah menutup telepon, aku masih berdiri didepan minimarket. Aku menoleh kebelakang, ada satu bangku dipojok depan minimarket dan kulihat disana juga ada seorang lelaki yang tengah menunduk menatap ponselnya. Aku pun berjalan kearah bangku itu untuk duduk sambil menunggu hujan reda.

Aku duduk disebelah lelaki itu. Lelaki itu memakai topi hitam dan jeket berwarna biru gelap. Aku seperti pernah melihat jaket itu, tapi aku tidak ingat dimana aku melihatnya. Wajah lelaki itu tertutup oleh topi dengan kepala yang menunduk.

ADIRA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang