ADIRA | 8

2.3K 91 0
                                    

"Kuharap apa yang kulakukan hari ini mampu membuat mu sadar, bahwa kemarin tidak ada artinya tanpa kamu esok."

-Adira-

- - - -

Malam ini, aku duduk bersama Bang Azka di sofa sambil menonton TV. Aku sengaja menemani Bang Azka karna aku juga sedang menunggu kedatangan Bunda dan Ayah.

Sekali-kali mataku menatap arah pintu berharap ada orang yang mengetuk pintu dan orang itu adalah Bunda dan Ayah. Tapi sudah 1 jam setelah sholat isya' Bunda dan Ayah juga belum datang. Aku merasa resah dan khawatir takut terjadi apa-apa diperjalanan.

"Udah lo nggak usah resah gitu, Bunda sama Ayah pasti baik-baik aja kok," tutur Bang Azka mencoba menebak pikiranku.

Aku menghembuskan nafasku pelan. Aku mencoba untuk menenangkan diriku. Acara di TV pun tak bisa membuatku nyaman, aku melihatnya tapi piliranku melayang kemana-mana.

Pikiranku tiba-tiba melayang pada project yang diberikan Zahra. Aku harus berbicara dengan Reihan. Kupikir, mungkin mudah saja untuk memintanya. Karna selama ini yang kulihat Reihan selalu bersikap santai saat menghadapiku. Jadi pikiranku tadi siang mulai ku buang dengan keyakinan ku malam ini.

Aku harus berbicara dengan Reihan malam ini. Tapi bagaimana caranya? Aku tidak mempunyai Id line Reihan.

Aku menoleh ke arah Bang Azka yang masih fokus dengan acara di TV. Tadi siang Bang Azka bilang dia satu tongkrongan dengan Reihan, berarti Bang Azka pasti punya Id Line Reihan. Aku ingin memintanya, tapi aku malu. Nanti pasti Bang Azka akan berfikir yang tidak-tidak.

Aku mulai mencari ide agar aku bisa mendapatkan Id Line Reihan tanpa sepengetahuan Bang Azka.

"Ehm, Bangg!" langgilku.

"Hm?"

Tiba-tiba kudengar suara klakson mobil dari luar. Aku pun merasa senang, aku bisa menebak bahwa Ayah dan Bunda sudah datang. Dengan cepat, aku pun berlari menuju pintu. Kubuka pintu rumah.

Wajahku kembali murung setelah aku melihat tiga sosok laki-laki sepantaran Bang Azka berdiri didepanku dengan senyum receh.

Aku mengerutkan kedua alisku. Rasanya kesal sekali jika orang yang kita tunggu tidak kunjung datang. Tapi orang yang bahkan tidak kita harapkan datang, muncul didepan kita.

"Hai Adira!" ucap Bang Tio dengan senyum lebar.

Aku hanya tersenyum tipis.

"Abang lo ada?" tanya Bang Aryo.

"Ada."

"Nggak disuruh masuk nih," kata Bang Dika dengan genitnya.

Aku pun membalikkan badanku dan mulai melangkah. "Masuk!"


"Temen lo tuh!" kataku setelah sampai ditempat Bang Azka.

"Siapa?" tanya Bang Azka menoleh ke arahku.

"Siapa lagi kalo bukan tiga kampret itu."

Bang Azka pun berdiri meninggalkanku dan menghampiri temannya yang duduk di ruang tamu.

ADIRA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang