ADIRA | 12

2K 82 0
                                    

"Salah jika membencimu, benar jika aku mencintaimu, dan salah benar jika aku dan kamu ditakdirkan bersatu."

-Adira-

- - - -

"Ayah ayoo, Adira udah mau telat nihh!!" Aku berdiri didepan pintu rumah menunggu Ayah yang telat bangun.

Aku melihat jam ditangan ku. 30 menit lagi bel berbunyi, dan aku masih dirumah. Bang Azka sudah berangkat sendiri lebih dahulu.

"Adira kamu berangkat dulu aja, Ayah kamu masih lama. Ini aja Ayah lagi mandi," kata Bunda dari belakang menghampiriku.

Aku cemas, aku khawatir, aku takut jika aku terlambat ke sekolah.

"Yaahh Bun, ini udah jam berapa? Kalo Adira naik bus lama Bun," kataku lemas.

Tin tin!

Tiba-tiba dari arah gerbang terdengar suara klakson mobil. Seseorang mengenakan pakaian seragam putih abu-abu turun dari mobil dan menghampiri aku dan Bunda. Ku perhatikan lagi wajahnya sepertinya aku melihatnya.

"Pagi Tante," sapa orang itu sambil tersenyum.

"Pagi, cari siapa ya?" tanya Bunda.

Aku ingat dia adalah teman Bang Azka kemarin yang mengajakku berkenalan. Tapi aku lupa siapa namanya.

"Saya Rey, temen satu tongkrongannya Azka tante. Saya sekolah di SMA Kebangsaan Tan, Azka-nya ada Tante?" ucapnya.

Ya, benar aku ingat dia adalah Rey. Dia sekolah di SMA Kebangsaan? Satu sekolah dong sama Lena.

"Oh, Azka-nya udah berangkat nih" kata Bunda.

"Ohh udah berangkat ya, yaudah deh nggak papa Tan." Rey menoleh kearahku. "Eh, Adira belum berangkat?"

"Belum."

"Gimana kalo bareng gue aja?" ajak dengan menaikkan satu alisnya.

"Iya Adira, kamu bareng Rey aja. Dari pada nanti kamu telat, sana gih," ucap Bunda.

"Iya," kulihat senyum Rey terukir setelah mendengar jawabanku.

Kamu harus tau, aku terpaksa melakukannya. Jika tidak dalam keadaan ini, aku juga tidak mau diantar oleh orang yang belum ku kenal. Tapi aku akan telat jika aku terus berpikir seperti itu.

"Yaudah Bun, Adira pamit dulu. Pamitin juga sama Ayah. Asalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Aku dan Rey pun berjalan menuju mobilnya. Mobil berwarna hitam milik Rey melaju bersama lantunan lagu yang terdengar dari tab mobil.

Aku duduk didepan sebelah Rey yang menyetir, memandang kekosongan jalanan dari kaca bening jendela. Didalam mobil, sunyi dan hening. Tak ada pembicaraan diantara kami. Aku juga malas untuk memulai pembicaraan. Toh, apa juga yang harus ku bicarakan? Aku juga belum mengenalnya.

"Jurusan apa?" tanyanya tiba-tiba memecah lamunanku.

"Multimedia. Lo sekolah di SMA Kebangsaan?" Entah apa yang kurasakan, aku mulai berani untuk bertanya kepadanya.

ADIRA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang