"Yah! Neo michyeosso?! Untuk apa kita kesini?!" Heboh Jessica saat dirinya di bawa dengan paksa oleh Sunny.Mereka sudah berada sebuah parkiran dengan pencahayaan yang tidak terlalu terang di sebuah klub malam yang terletak di daerah Gangnam.
"Bersenang-senang?" Retorik Sunny, bibirnya tersenyum seperti menghantarkan sinar mentari padahal ini sudah malam.
Ia pun masih mengaput lengan Jessica setengah menarik untuk berjalan kearah pintu masuk sebuah tempat yang ramai itu.
"Sebenarnya apa yang akan kita lakukan disini, huh?" Desis Jessica kepada Sunny yang masih berada di sampingnya.
"Sudahlah Jessi, ini hanya untuk menghilangkan stress setelah mengerjakan hukuman dari iblis itu dan di tambah lagi tugas dari Jun Gyosunim." Jawab Sunny santai sambil merangkul Jessica.
Baru saja Jessica ingin membuka suaranya, Sunny sudah kembali menariknya untuk masuk kedalam.
"Yah, yah, Sunny-ya, aku tidak pernah ke tempat seperti ini." Ujar Jessica panik.
"Maka dari itu, kau harus mencobanya. Hitung-hitung refreshing otak yang seperti terbakar ini, tenanglah, untuk kali ini aku yang traktir." Balas Sunny.
Sungguh, bagi Jessica lebih baik mempergunakan waktu libur kerjanya untuk tidur sekarang di atas ranjangnya daripada harus ke tempat seperti ini. Ia baru pertama kali menginjakkan kakinya di tempat seperti ini.
Eiy, jangan mengejeknya sebagai gadis sok suci ini, ia sama sekali tidak. Ia hanya tidak suka mencoba hal-hal baru, ia terlalu menyukai dan menikmati kehidupannya di zona nyaman yang ia buat sendiri yang terlihat monoton.
Tapi sayangnya, ia tidak bisa menolak keinginan sahabat satu-satunya yang ia punya dan berakhir malah ikut masuk bersama Sunny.
Dan detik berikutnya dentuman musik yang memekakkan telinga seketika memenuhi kedua telinga Jessica. Ia bisa melihat betapa ramainya suasana dengan orang-orang yang sedang berjoget di lantai dansa, di pojok sana ada orang yang sedang berciuman dengan sangat panas, bahkan ada yang sudah sampai tahap yang lebih jauh.
Kedua mata oriental itu membulat saat melihat sekitarnya, namun itu tidak di biarkan oleh Sunny dan menarik Jessica hingga sampai ke meja bartender dan satu persatu mereka memesan alkohol yang telah ada di sana.
Salah satu bertender itu harus menyembunyikan tawanya saat Jessica malah memesan segelas milkshake coklat padanya dan membuat Sunny ingin sekali menyembunyikan wajahnya dalam-dalam.
"Yah, Jessi, kau pikir ini cafe? Pesan lah salah satu alkohol yang ingin kau minum." Desis Sunny melihat kepolosan Jessica yang tidak tau menahu dunia seperti ini.
Oke, jangan berpikir ini adalah dunia Sunny. Bukan, tentu saja. Ini baru kedua kalinya ia berada di tempat seperti ini.
Pertama, itu karena dia di ajak oleh salah satu temannya untuk menemani yang akan menghadiri pesta ulang tahun yang kebetulan di rayakan di klub seperti ini. Dan alhasil ia mendapat pengalaman dari itu.
"Tapi kau tau sendiri toleransi alkohol ku rendah, aku tidak ingin mabuk." Balas Jessica.
"Tenanglah, sekali-sekali mabuk tidak akan membuatmu mati." Balas Sunny saat sudah berhasil mengendalikan dirinya untuk tidak tertawa.
"Terserah kau saja!" Ujar Jessica dan akhirnya Sunny yang memesankan untuknya.
.
.
.
"Aaaa ini sungguh membuat ku gila!" Pekik Jessica menjatuhkan kepalanya pada meja bertender. Ia sudah mulai mabuk padahal baru setengah jam ia disini.
Jessica beberapa kali meracau di atas pengaruh alkohol dengan tidak jelas untuk meluapkan beberapa masalah yang sedang menimpa dirinya bertubi-tubi.
Dan Sunny yang melihat hanya bisa geleng-geleng kepala. Bukan, bukan karena dia jengah melihat Jessica yang mabuk. Tapi, ini karena ia iba dengan semua yang di alami oleh sahabatnya.
Seperti cobaan harus datang bertubi-tubi menghancurkan sedikit demi sedikit tembok kekuatan yang Jessica punya.
Memang sih, Jessica tidak pernah mengatakan apapun yang ia rasakan saat ini seperti bagaimana rasa kesepian yang selalu seperti membunuhnya secara perlahan saat harus menjalani hidup sendiri tanpa dampingan kedua orang tuanya.
Ya, bisa di bilang ia rindu setengah mati pada sosok orang tua setiap menit bahkan setiap detiknya.
Lalu juga rasa lelahnya setiap hari harus mencari uang sendiri, bekerja paruh waktu hanya untuk bertahan hidup.
Di tambah lagi hubungannya yang semakin suram dan semakin hari semakin tidak tau harus di bawa kemana dengan seorang laki-laki bermarga Kim itu. Apakah Jessica harus bilang bahwa dia adalah satu-satunya pihak yang selalu tersakiti oleh jalinan asmara dengan Kim Jaejoong? Jika memang begitu, maka jawabannya adalah, iya.
Bayangkan saja, wanita mana yang tahan dengan sifat lelaki yang tidak cukup satu wanita? Apakah harus Jessica mendapatkan apresiasi dengan hal ini?
Iya, Jessica sudah tau dengan kelakuan bejat Kim Jaejoong yang bisa di bilang playboy. Jangan tanya sudah berapa kali gadis Jung ini kedapatan melihat kekasihnya bermesraan dengan wanita lain.
Eiy, jika bukan karena sifat dan setia yang dimiliki Jessica mungkin jalinan asmara ini sudah gagal jauh-jauh hari.
Kalian heran kenapa Jessica begitu sabar dengan kelakuan kekasihnya itu? Ya, walaupun gadis Jung ini mempunyai wajah dingin tapi ia sungguh mempunyai hati yang tulus, dan salah satunya juga mempunyai rasa cinta pada seseorang dengan tulus. Maka dengan kata lain jika Jessica menjalin asmara dengan seseorang maka ia benar-benar memakai hati.
Tapi berbeda sekarang, ia bahkan sudah tidak peduli dengan apapun yang berhubungan dengan kekasihnya itu. Bahkan sudah hampir dua minggu ini mereka tidak saling mengirim pesan walau hanya menyapa di pagi hari atau sekedar menanyakan bagaimana hari yang mereka lewati.
Apa bisa di bilang bahwa Jessica sudah mulai lelah?
Dan jangan lupakan masalah yang sudah satu bulan lebih ini menimpah Jessica. Masalah pribadi dengan dosen baru yang tampan namun menyebalkan itu. Dan itu cukup menyita waktu, tenaga dan batin Jessica.
Itu semua tidak pernah ia katakan pada Sunny, ia hanya menyimpan masalahnya sendiri dan itu sifat yang sangat di benci oleh Sunny kepada Jessica.
Tapi, bukan tanpa alasan Jessica harus menyembunyikan semua masalahnya dari Sunny. Ia sadar, setiap diri seseorang pasti mempunyai masalah dalam hidupnya, maka ia tidak ingin menambah masalah dan beban untuk Sunny.
"Kau mau kemana Jessi?" Sunny bertanya saat melihat Jessica mencoba menyeimbangkan tubuhnya.
"Toilet."
"Ingin ku temani?" Tanya Sunny lagi.
"Tidak perlu Sunny-ya, aku bukan anak kecil." Jessica menolak dan langsung beranjak dari hadapan kedua sahabatnya.
Jessica melangkah dengan terseok-seok khas orang yang sedang di ambang batas kesadaran akibat alkohol membela lautan manusia yang sedang berjoget ria mengikuti alunan musik bising. Sesekali tubuhnya tersenggol oleh sekian banyak orang.
Ia berjalan tanpa tau arah, ia baru ingat bahwa dirinya tidak tau letak dimana tujuan pertamanya tadi.
Sampai pada akhirnya Ia tidak sengaja menabrak beda keras yang membuatnya terhuyung dan berakhir bokongnya menyapa lantai.
Tbc.
Jgn lupa vote dan komen ya🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU'RE MINE •Yulsic [Completed]
FanfictionKebahagiaan atau malah jadi penderitaan untuk Jessica saat bertemu dengan dosen baru yang dingin dan menyebalkan? Warning⚠ ▶21+◀ [TOLONG YG DI BAWAH UMUR DI MOHON UNTUK TIDAK MEMBACA] ▶bahasa baku◀ ▶tidak sesuai real life◀ ▶hanya imajinasi◀ ▶Gender...