Pria parubaya itu sedang termenung lurus menatap sebuah batu nisan yang menampilkan sebaris nama dan foto gadis cantik sedang tersenyum manis.Hampir 15 menit yang ia habiskan untuk berada disana hanya dengan diam tanpa bicara sambil terus memandangi tempat peristirahatan anak gadisnya dengan tatapan menyirat akan rindu.
"BoA-ya, ini Appa." Ujarnya pertama kali untuk beberapa menit yang terlewatkan.
"Mianhae, minggu lalu Appa tidak sempat kemari karena harus berada di luar negeri." Telapak tangannya yang kasar itu mengusap batu nisan milik putrinya.
"Ah iya, Appa membawakan bunga yang segar untuk mu. Ini akan mempercantik dirimu disini." Di letakkannya sebuket bunga di samping makam anak gadisnya itu.
Tersenyum pahit saat seluruh memory-nya akan masa lalu yang sangat ia rindukan itu terputar di pikirannya.
Masih terekam jelas bagaimana keluarga yang 20 tahun yang lalu terasa sangat indah dalam hidupnya, keluarga yang ia bina dengan suka cita, keluarga yang bahkan menjadi dambaan semua orang itu.
Bagaimana rasa bahagianya saat anak perempuannya berlari tergesa-gesa untuk segera memeluknya menyerahkan beberapa piala olimpiade yang baru saja di menangkan dan ingin di pamerkan padanya, saat anak perempuannya merengek manja agar di turuti permintaannya atau bahkan saat anak perempuannya selalu meminta untuk di temani tidur sambil dirinya yang membacakan beberapa cerita dongeng dari koleksi yang ia belikan.
Menghela nafas, lagi-lagi, ia harus merasakan sesak dalam dada saat mengingat semua yang telah berlalu.
"Ketua?" Panggil seorang laki-laki yang menjadi sekretaris sekaligus kaki tangannya itu.
Mengundang sebuah tolehan dari Sangwoo, yang sangat mengerti maksud dari panggilan itu.
"Nak, Appa harus segera pergi sekarang. Mungkin besok Appa akan kesini lagi, gidaryeo ne."
Setelah itu Sangwoo bangkit dan pergi meninggalkan area kompleks pemakaman di ikuti oleh sekretaris sekaligus menjadi kaki tangannya itu.
Mobilnya pun ikut langsung meluncur ke perusahaannya.
"Hyoyeon-ah, apa kau sudah mendapatkan lebih banyak informasi tentang gadis yang bernama Jessica itu?" Tanya Sangwoo saat sudah berada di dalam mobil.
"Ne, Ketua." Hyoyeon membuka tempat tas kerjanya lalu memberikan map coklat itu pada atasannya.
"Mm, latar belakangnya sangat baik. Meskipun berasal dari keluarga miskin." Gumam Sangwoo sembari mengangguk kecil saat membaca berkas-berkas yang berisikan profil, latar belakang dan seluruh yang ia inginkan.
"Dia salah satu murid Yuri? Dan sekaligus penerima beasiswa dari yayasan kita?" Tanya Sangwoo tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.
"Benar sekali, Ketua. Tuan muda sepertinya sangat menyukai gadis ini namun Tuan muda tidak tau jika gadis ini penerima beasiswa dari yayasan RKGroup." Timpal Hyoyeon.
"Jinjja?" Kedua alis Sangwoo naik akibat keterkejutan lainnya.
"Ne, ketua." Jawab Hyoyeon membuat Sangwoo terkekeh karena mengingat sifat anaknya yang tidak pernah berubah. Terlalu dingin dan tidak peduli hal sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU'RE MINE •Yulsic [Completed]
FanfictionKebahagiaan atau malah jadi penderitaan untuk Jessica saat bertemu dengan dosen baru yang dingin dan menyebalkan? Warning⚠ ▶21+◀ [TOLONG YG DI BAWAH UMUR DI MOHON UNTUK TIDAK MEMBACA] ▶bahasa baku◀ ▶tidak sesuai real life◀ ▶hanya imajinasi◀ ▶Gender...