Duduk dengan tenang di salah satu minimarket sambil menikmati ramyun instant yang baru saja ia sedu dan sebotol susu dingin yang berada diatas meja, ini adalah hal yang menurut Jessica adalah surga dunianya, untuk saat ini. Ah, dan jangan lupa kimchi dalam kemasan kecil yang juga turut menemaninya untuk makan malam. Luar biasa lezat.
Ia baru saja selesai dari pekerjaannya dan perutnya sudah tidak dapat diajak untuk berkompromi mengingat ia juga jarang memasak untuk dirinya sendiri, jadi, ini adalah salah satu alternative bagi Jessica untuk memberi makan cacing-cacing yang ada di dalam perutnya yang sudah dengan sangat kurang ajarnya memberontak minta diberi nutrisi.
"Whoaa, jjinja mas-issda." Celetuknya lebih kepada berbicara sendiri.
Ia trus melahap ramyun itu dengan nikmat. Masa bodo dengan berat badannya yang mungkin naik jika ia terlalu banyak makan, masa bodo dengan wajah yang membengkak di pagi hari jika ia masih terus melanjutkannya. Ini terlalu nikmat untuk di lewatkan.
Jalanan kompleks yang berada di hadapan Jessica bahkan sudah makin sepi, tapi itu tidak membuat Jessica peduli akan waktu sudah menampilkan pukul 22.00 KST. Ia masih sibuk dengan ramyunnya yang tinggal setengah.
Sekilas sekelebat bayangan dosen yang menyebalkan dalam hidupnya akhir-akhir ini kembali lagi.
Entah mengapa insiden yang berada di ruangan dosennya itu tidak bisa terhapus dalam ingatannya. Bahkan setiap hari ia terus mengingatnya apalagi jika harus bertemu dengan dosen-nya itu. Rasanya seperti bercampur aduk.
Ada perasaan kesal tapi dia tidak dapat pungkiri bahwa ia juga—bisa di bilang menikmati semua perlakuan yang di berikan padanya, saat permukaan kulitnya bersentuhan dengan kulit dosennya.
Ia masih ingat setiap detail rasa yang pertama kali ia rasakan sepanjang umurnya sampai sekarang. Jujur, baginya itu sungguh... rrr tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata. Apalagi saat permainan bibir Yuri yang sangat mendominasi, itu membuat dirinya lemas bahkan hanya untuk memikirkannya saja.
Menyesal? Entahlah, bahkan Jessica sendiri saja tidak tahu.
Sebut saja ia munafik. Jessica tidak peduli, tapi— sungguh dalam hati kecilnya waktu itu ia menginginkan lebih namun entah mengapa syaraf otaknya bekerja dan membuat pikiran rasionalnya harus menghentikan semua saat itu juga.
Sekitar setengah jam kemudian gadis Jung itu berjalan keluar dari minimarket dengan kantong plastik yang berisi beberapa ramyun, cemilan, minuman soda, susu dan air mineral untuk persediaan di apartment pikirnya.
Ia terus menyusuri jalanan yang hanya beberapa blok dari tempat di mana ia tinggal.
Kedua mata indah itu melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kananya. Kedua alisnya terangkat sedikit terkejut bahwa waktu sudah semakin malam. Dalam pikirannya teringat pada kasus yang akhir-akhir ini sedang di bicarakan di sekitar lingkungan tempat tinggalnya bahwa ada sekelompok geng yang melakukan kejahatan seperti memperkosa gadis sebayanya. bergedik ngeri gadis Jung langsung mempercepat langkah kakinya agar dapat sampai apartment dengan selamat.
Tapi tubuhnya seketika membeku saat ia merasakan pundaknya baru saja di sentuh. Jantungnya berdegub dengan kencang, pikirannya sudah melayang-layang dan membayangkan bagaimana seramnya wajah-wajah orang jahat itu.
Namun semua spekulasi itu hilang saat suara seseorang yang cukup familiar itu terdengar di gendang telinganya. Ia langsung berbalik dan mendapati bahwa orang yang akhir-akhir ini hampir setiap hari berada di pikirannya itu sekarang sudah berada di hadapannya.
Menampilkan senyum canggung dan kaku yang hampir saja membuat si gadis Jung ini terkikik melihatnya jika saja ia tidak sadar dengan apa yang sudah di lakukan orang itu dua minggu yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU'RE MINE •Yulsic [Completed]
FanfictionKebahagiaan atau malah jadi penderitaan untuk Jessica saat bertemu dengan dosen baru yang dingin dan menyebalkan? Warning⚠ ▶21+◀ [TOLONG YG DI BAWAH UMUR DI MOHON UNTUK TIDAK MEMBACA] ▶bahasa baku◀ ▶tidak sesuai real life◀ ▶hanya imajinasi◀ ▶Gender...