Chapter 15

3.2K 90 0
                                    

Happy reading guys 😊

Thio menempalkan kain yang sudah ia peras ke dahi ulyfia, secara ber ulang ulang. Jujur saja thio sangat takut jika sesuatu hal yang buruk terjadi kepada ulyfia. Beberapa menit kemudian mang didin masuk bersama dengan seorang dokter yang datang dari puskesmas. " aden ni dokternya teh udah dateng " ucap mang didin, lalu thio menengok ke arah nya. " oh iya, dokter tolong periksa dia (ulyfia) " ucap thio kepada dokter itu. " baik, saya akan perikan dia (ulyfia) dulu " ucap sang dokter, lalu memposisikan dirinya duduk di sebelah ulyfia, dan mulai memeriksanya. " gimana dok keadaaan nya? " ucap thio saat dokter masih memeriksanya. " dia (ulyfia) demam, dan suhu badannya lumayan tinggi, saya akan kasih resep dan langsung di tebus ya kang " ucap dokter, kepada thio. Lalu dokter menulis nya di kertas lembar, dan memberikannya ke thio. " yaudah kalo gitu saya akan tebus obatnya ya dokter " ucap thio kepada dokter, lalu di balas anggukan dan senyuman. " yaudah kalo begitu saya permisi " ucap dokter, lalu pergi ke luar kamar ulyfia bersama dengan ce dedeh dan mang didin. Thio membaca tulisan dokter itu sejenak, meskipun ia tidak mengerti tulisannya. Lalu thio berjalan ke luar kamar, meninggalkan ulyfia sendirian di dalam kamar. " ce saya mau keluar sebentar, ce dedeh tolong jagain ulyfia sebentar ya " ucap thio kepada ce dedeh, saat bertemu dengannya di luar kamar ulyfia. " siap den, hati-hati di jalan ya den " ucap ce dedeh kepada thio, thio mengangungguk lalu berjalan meninggalkan ce dedeh.

Skip

Ketika sampai di rumah, thio langsung berjalan menuju kamar  ulyfia untuk memberikan obat yang tadi ia tebus dari dokter. " gimana keadaan ulyfia? Ada perkembangan ga ce? " tanya thio saat bertemu dengan ce dedeh di dalam kamar ulyfia. Ce dedeh menggelengkan kepala sambil melihat ke arah ulyfia yang masih terbaring lemah di atas ranjang. Melihat reaksi ce dedeh, thio menepuk pundak ce dedeh. Seakan memberi kekuatan, lalu ce dedeh melihat ke arah thio dan tersenyum getir. " lebih baik, sekarang ce dedeh istirahat. Biar saya yang jagain ulyfia di sini " ucap thio kepada ce dedeh, lalu ce dedeh mengangguk seraya berdiri dan berjalan keluar kamar ulyfia.

......

Pagi  pun datang, matahari bersinar terang. Terlihat seorang wanita yang masih dalam mata terpejam, dan seorang pria yang tidur dalam posisi duduk. Tiba-tiba wanita itu membuka matanya, dan ia melihat keadaan sekitar. Lalu ia melihat seorang pria yang masih tidur dalam posisi duduk, dan seketika ia tersenyum. " hey " ucap nya, pelan. Pria itu tidak bergeming, lalu wanita itu berusaha membangunkan nya dengan menepuk punggung pria itu dengan tangan yang satunya, karena pria itu menggunakan tangan kananya untuk di jadikan bantal. Dan pria itu langsung bangun, sambil mengerjapkan matanya. " kamu udah bmgun? " tanya nya. Wanita itu tersenyum, sembil memejamkan mata sejenak, dan mengangguk.

Ya pria dan wanita itu tidak lain adalah thio dan ulyfia. Tidak lama kemudian, seorang wanita parubaya masuk, memecahkan keheningan yang ada di dalam kamar. " eh non udah bangun, gimana keadaan nya non? Masih pusing? " tanya ce dedeh kepada ulyfia, ya wanita parubaya itu adalah ce dedeh. " masih pusing bi, tapi sedikit " ucap ulyfia, menjawab pertanyaan dari ce dedeh. " non... bibi buatin bubur nih buat non, non makan ya " ucap ce dedeh, lalu meletakan nampan yang berisi mangkuk bubur dan gelas teh manis hangat. " makasih ya bi " ucap ulyfia, lalu tersenyum menatap ce dedeh. Thio hanya tersenyum kepada ulyfia, ia bersyukur wanita yang ia cintai keadaan nya sudah lebih baik.

Ulyfia ingin memposisikan dirinya terduduk, tapi ditahan oleh thio. " kamu mau ngapain? Sini biar aku bantu " ucap thio, lalu membantun ulyfia duduk. " ambu hari ini saya ga ke sawah dulu ga papa kan? Soalnya saya mau jagain non ulyfia " ucap thio kepada ce dedeh.

Kadang-kadang thio memanggil ulyfia dengan kata non, dan kamu. Itu semua karena thio, suka lupa bahwa ia sedang pura pura.

" ayo makan, setelah itu minum obat. Supaya kamu cepat sembuh " ucap thio, memintanya untuk makan.

" aku tidak mau makan, pasti itu rasanya aneh (sambil menujuk mangkuk bubur) " ucap ulyfia kepada thio, sambil menggelengkan kepala nya.

Thio menghela napas panjang, dan ia mulai menyendok bubur itu sedikit, lalu menyodorkannya ke arah ulyfia. Ulyfia langsung menutup mulutnya dengan ke dua tangannya, sambil menggelengkan kepalanya.

" bubur ini emang ga enak, tapi kamu harus makan. Nanti kalo papi dan mami kamu tau kamu sakit gimana? Mereka bisa sedih loh " ucap thio, seperti memberi nasehat kepada anak kecil 😂. Dengan sangat terpaksa ulyfia membuka mulutnya, dan mulai memakan buburnya.

Ketika selesai makan thio memberikan obat yang habis ia beli semalam, kepada ulyfia. Ulyfia menerimanya dan meminum obatnya. Setelah minum obat, ulyfia tiduran dan ia memjamkan matanya, karena reaksi obat yang ia minum tadi. Thio yang melihatnya sudah tertidur pun memilih keluar, dan pergi ke kamarnya untuk mandi.

Waaa part kali ini aku bkin panjang, soalnya aku mau selesai in cerita ini dulu. Abis itu baru lanjut ke love is love, tinggalkan vote dan comment ya gays.😘😊

CEO itu suamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang