Chapter 22

2.5K 81 1
                                    

Thio menjalankan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, menembus jalan raya yang sepi, hanya ada beberapa kendaraan saja. Mobil nya berhenti di pinggir jalan, di bawah jalan itu ada sebuah jurang. Thio melihat ke sekelilingnya, ia tidak menemukan siapapun selain dirinya.

"aaaaarghhhh, kenapa semua ini harus terjadi kepada saya" ucap thio sambil teriak, dan ia langsung terduduk sambil menundukkan kepalanya, lalu ia menangis.

Ia mengingat setiap kejadian yang ia lewati bersama dengan ulyfia, hari demi hari ia habiskan untuk mendengar ocehan ulyfia. Sedih itulah hal yang bisa ia rasakan saat ini, karena tidak lama lagi Kebohongan yang ia tutupi akan terungkap besok.

Hari berlalu begitu cepat, hari sudah malam. Ternyata thio tertidur dalam mobilnya , di tempat yang sama. Ia tidak sengaja tertidur, di tempat itu.
Saat ia membuka mata, ia mengerjapkan matanya. Lalu melihat ke sekelilingnya, lalu ia memukul dahinya sambil memejamkan mata. Dan langsung bergegas menyalakan mesin mobil, lalu menjalankan mobilnya meninggalkan tempat itu.

Ketika sampai di depan rumah, thio mengklakson mobilnya. Agar security di rumahnya, membuka gerbang depan. Lalu setelah gerbang terbuka, ia memarkirkan mobilnya di garasi. Lalu masuk ke rumah lewat pintu belakang, rumah terlihat sudah gelap. Pertanda bahwa kedua orang tua thio sudah tidur.

Saat thio sedang berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai 2, tiba-tiba lampu rumah menyala. Dan ia melihat ada kedua orang tuanya yang masih terbangun, sedang menatap dirinya dengan tatapan tajam.

"dari mana kamu thio? Kenapa dari tadi papa sama mama coba menghubungi kamu, kenapa engga di angkat?"ucap doni bertanya kepada thio, dengan nada marah.

"maaf pa ma, habis dari rumah ulyfia. Aku berhenti di suatu tempat. Dan ya aku ketiduran"ucap thio dengan nada lelahnya.

"trus gimana pendapat ulyfia setelah dia tau semuanya?"ucap sabrina bertanya kepada thio.

"thio berubah pikiran ma, engga tau kenapa. Saat melihat ulyfia tersenyum sama thio, thio merasa berat untuk ungkapin semuanya. Pa, ma, boleh engga kalo thio balik aja ke amerika. Buat terusin S2 disana, dan papa sama mama sebaiknya batalin aja perjodohan ini, trus bilang sama om evan dan tante najwa untuk engga usah kasih tau tentang kebenaran itu sama ulyfia, biarkan tetap menjadi rahasia, trus sampein maaf dan terimakasih, karena sudah menginzinkan thio untuk mencintai putrinya. Dan mungkin menyakiti hati putrinya Tanpa di sengaja mau pun sengaja"ucap thio kepada sabrina, lalu dengan doni juga.

"tidak bisa seperti itu nak, papa, mama, om evan, dan tante najwa. Kami sudah sepakat untuk menjodohkan kamu dengan ulyfia nak, dan untuk membatalkan semua itu, itu bukanalah hal yang mudah untuk di lakukan thio. Dan masalah kamu untuk pergi ke amerika, melanjutkan S2 itu bukan keputusan yang baik nak. Pergi kesana, sama aja seperti kamu melarikan diri dari masalah nak. Dan papa yakin, sampe kapan pun kamu akan terus di hantui rasa bersalah. Kamu tidak akan pernah bisa hidup bahagia dan tenang thio, begitu juga dengan kehidupan ulyfia. Jadi papa mohon, turuti keinginan kami, dan pikirkan baik-baik apa yang papa jelaskan sama kamu thio"ucap doni kepada thio, lalu thio memeluk doni sambil menangis.

"laki-laki dilarang menangis thio"ucap doni kepada thio.

"tapi laki-laki juga manusia pa, sama seperti wanita"ucap thio kepada papanya, lalu mereka tertawa kecil, sambil terus berpelukan.

Sabrina yang masih berada di tengah-tengah papa dan anak itu pun, ikut menangis. Karena terharu, melihat suami dan anaknya berpelukan.

"yaudah, lebih baik sekarang kamu mandi. Mama siapin makanan ya, buat kamu makan"ucap sabrina kepada thio, dengan wajah khawatir nya.

"engga deh ma, thio engga laper. Thio mau langsung istirahat aja"ucap thio kepada sabrina, lalu tersenyum menatap mamanya itu.

"tapi dari siang kamu pasti belum makan apapun kan? Mama khawatir sama keadaan kamu thio. Mama tau kamu lagi sedih, tapi jangan sampe kamu menyiksa diri kamu sperti ini nak. Kalo kamu engga mau makan, mama bikinin kamu susu ya, biar kamu engga sakit"ucap sabrina kepada thio, lalu mengelus kepala anaknya.

Thio mengangunggukan kepala, lalu pergi dari hadapan doni dan sabrina. Menuju kamarnya, doni memerhatikan thio yang menaiki anak tangga.

"kasian kamu thio, rahasia itu belum terungkap aja kamu sudah sedih seperti ini. Apalagi kalo rahasia itu terungkap, papa engga tau apa yang harus papa lakukan thio, kalo ada cara untuk memulihkan keadaan ini, papa pasti akan melakukan itu nak"ucap doni dalam hati, sambil lalu memeluk sabrina dari samping.

Nih yang menunggu part selanjutnya. TINGGALKAN JEJAK DI BAWAH SINI 👇 DENGAN CARA MENEKAN GAMBAR BINTANG DAN JUGA COMMENTNYA TERIMAKASIH

CEO itu suamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang