PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!!!
AWAS... PENULIS GALAK :v
SILAKAN DIBACA CERITANYA, BUKAN DICOPY! BELUM DIREVISI, HARAP MAKLUM KALAU ADA TYPO BERTEBARAN. Terima Kasih.
Pradana Aksa cowok dingin yang hidupnya terkesan biasa saja. Dia tipikel cowok yang...
*** Kedua remaja itu keluar dari aula. Terlihat cowok tersebut menarik paksa tangan sang gadis untuk mengikutinya. Walau gadis itu meronta untuk dilepaskan cekalan cowok itu tapi apalah daya kekuatan cowok dengan cewek berbeda.
"Ih mau kemana sih Kak! Sakit tahu ini tangannya." rengeknya kepada cowok disebelahnya.
Cowok tersebut enggan menjawab pertanyaan yang sedari dilontarkan gadis itu kepadanya. Hingga terpampang di sebuah pintu Ruang Osis.
"Masuk dulu kamu!"
"Tap---."
"Gak ada tapi-tapian. Buruan masuk!" perintahnya kepada gadis itu. Dia berjalan gontai saat memasuki ruangan tersebut. Sheva menjatuhkan pantatnya dikursi yang ada di ruangan itu, tak lupa kepalanya diletakkan diatas meja. Gadis itu memejamkan matanya, untuk menghilangkan pusing yang tiba-tiba datang.
Sementara di luar Aksa sedang menelpon seseorang.
"Halo Rel?"
"..."
"Kayaknya gua gak bisa ke aula sekarang."
"..."
"Gua ada urusan sama anak tadi."
"..."
"Iya -iya gak usah bacot gak jelas deh!"
"..."
Tut.
*** Ceklek
Aksa memasuki ruangan itu, dia mendapati gadis yang tadi bersamanya tertidur pulas. Cowok itu mendekatinya dan reflek ingin membangunkannya. Tetapi ternyata yang dibangunkan justru merancau tidak jelas, dia pun memegang dahi gadis itu. Ternyata panas, apakah dia sedang sakit? Aksa bingung sendiri.
"Hei," panggilnya lembut seraya memegang lengannya.
Perlahan dia membuka mata, sepertinya dia sedang tidak enak badan.
"Maaf Kak, tadi aku ketiduran," ujarnya pelan.
"Kamu sakit?" tanyanya pada Sheva.
"Eng---, enggak kok Kak, cuma tadi agak pusing makanya tidur sebentar," ucapnya lalu terkekeh pada cowok di depannya.
"Tapi kamu beneran gak apa? Soalnya muka kamu itu pucet banget. Terus tadi Kakak pegang dahi kamu panas, kamu demam?" tanya Aksa bertubi-tubi. Entah kenapa dia begitu khawatir akan kesehatan gadis tersebut.
"Aku beneran gak apa kok," balasnya seraya menujukkan senyum terpaksanya.
"Jangan pernah sekali bohong kalau lagi bicara sama Kakak!" Aksa memalingkan wajahnya dari gadis itu karena geram sendiri akibat sifatnya yang keras kepala.
Ketika cowok itu melihatnya lagi dan dibuat terkejut karena gadis di depannya mimisan. Dengan reflek cowok mendekati gadis itu, karena panik.
"Eh kamu kenapa? Yuk ke UKS aja ya?" tawarnya malah mendapat gelengan dari Sheva.
"Aku cuma kecapekan aja Kak. Jadi mimisan gini. Gak usah terlalu khawatir Kak, aku gak apa," kekehnya seraya menghilangkan darah yang terus keluar dari hidungnya.
Aksa yang tidak tega pun meminjamkan sapu tangan miliknya kepadanya.
Aksa tahu jika menghadapi seorang gadis yang memiliki ego terlalu tinggi, dia harus memberi perhatian lebih agar egonya luluh.
"Ya udah kamu mau balik ke aula aja apa gimana?"
"Eh, tadi kan disuruh buat puisi. Emang gak jadi ya Kak?"
"Iya gak jadi tapi---." cowok itu menggantungkan kalimatnya.
"Tapi apa lagi Kak?"
"Tetap sih kamu buat puisi, tapi cuma Kakak beri keringanan sama kamu gak usah baca di depan teman-teman kamu. Jadi cukup bacakan di depan Kakak gimana?" goda Aksa kepada gadis itu yang seketika pipinya merah.
"Hah? Gak bisa gitu dong! Kalau masa MPLS udah kelar, gue juga malas ngelakuin hal kaya gitu. Gak penting banget, cuma buang-buang waktu aja!" cerocosnya panjang lebar.
"Itu udah konsekuensi yang harus kamu lakukan."
"Jangan mentang-mentang Kakak itu Ketua Osis di sini ya, terus ngomongnya pakai segala aku-kamuan biar apa? Biar kelihatan berwibawa apa gimana?" gadis itu terus saja mengomel panjang lebar yang hanyak ditujukkan kepada sang Ketua Osis.
"Apa semua cewek kaya gini ya? Dibaikin malah gue yang dikatain yang enggak-enggak. Nanti kalau dijahatin bilangnya gak punya hati. Emang kodrat cowok selalu salah dimata para cewek. Heran gue deh. Masih ada ya spesies cewek kaya lo. Dikit-dikit kok moody-an gak jelas banget!"
"Lah emang kodratnya udah begitu kali. Gak usah nyangkal yang enggak-enggak deh kalau udah takdirnya begitu ya udah, mau gimana lagi? Cowok emang harusnya ngalah!" ucap gadis itu seraya keluar dari ruangan itu.
"Heh bocah! Gue belum selesai ngomong! Balik lagi gak?!" teriak Aksa yang tak didengar oleh Sheva.
"Bodo amat! Gue gak peduli!" sahutnya sekedar menoleh sebentar lalu dia berjalan lagi. Gadis itu tak sama sesekali menghiraukan teriakan Aksa.
****
-TBC-
Gimana part ini?
Pradana Aksa
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sheva Aradina
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.