"Sudah, saya cape marah-marah kaya gini tapi kamu saja tidak anggap omongan saya sama sekali," ucap Bu Sulas membuat Caramel sedikit terkekeh.
"Tuh tau."
"Caramel, cepat kamu bersihkan semua toilet perempuan yang ada dilantai satu dan dua!! Ingat, saya tidak menerima penolakan apapun!" perintah Bu Sulas tegas.
Caramel seketika membelalakkan matanya.
"What?! Tapi bu—""Ohh, kamu minta ditambahin lagi hukumannya?" ancam Bu Sulas.
Caramel membuang nafasnya kasar dan langsung berlalu meninggalkan Bu Sulas dengan segala sumpah serapahnya. Kini Caramel harus memutar otak untuk berpikir bagaimana caranya agar ia bisa menyelesaikan hukuman itu tanpa harus mengerjakannya. Terdengar mustahil memang, tapi bagi seorang Caramel tidak ada yang tidak mungkin untuk ia lakukan.
Caramel tersenyum penuh arti saat melihat Mang Sukri sang petugas kebersihan yang sedang mengelap kaca kelas, segera Caramel pun berjalan mendekatinya.
"Mang, Mang Sukri.." panggil Caramel dengan berbisik.
Mendengar ada yang memanggil namanya Mang Sukri pun menoleh.
"Oh iya saya neng, ada apa?" tanyanya."Sshht!! Mang ngomongnya pelan-pelan!" bisik Caramel sambil meletakkan jari telunjuknya didepan bibir.
"Oh iya neng, kenapa?" tanya Mang Sukri yang kini ikut berbisik.
"Tolong bersihin toilet perempuan yang ada dilantai satu sama dua ya mang," Caramel celingukan untuk memastikan keadaan aman, "nih," lalu ia pun menyelipkan dua lembar uang 100 ribuan ditangan Mang Sukri dan segera berlalu dari sana.
Caramel berjalan kearah belakang sekolah dengan langkah santai, sampai tiba-tiba ada yang menabrak tubuhnya dari belakang hingga membuat gadis itu jatuh tersungkur.
"Shit!" umpat Caramel, sungguh ia sangat ingin menampar orang yang sudah membuatnya jatuh seperti sekarang ini.
Belum sempat Caramel berdiri dengan sempurna, kini kerah bajunya sudah kembali ditarik kebelakang tembok. Untung saja Caramel bisa menyeimbangkan tubuhnya jika tidak mungkin sudah dapat dipastikan ia akan kembali terjatuh.
Caramel menarik niatnya yang ingin menampar orang itu, karena sekarang ia benar-benar sangat ingin menguburnya hidup-hidup.
"Lo udah gila?! Mau lo tuh apa sih? Minta banget gue kubur kayanya!!" amuk Caramel.
"Sshhtt.. diem!" bisik cowok yang kini sedang membekap mulutnya.
Caramel pun langsung menyingkirkan tangan itu dari mulutnya dengan kasar.
"Apaan sih?! Nggak jelas banget lo!"Tanpa peduli dengan apalagi yang cowok itu katakan, Caramel langsung saja berjalan meninggalkannya. Tapi sepertinya keputusan ia kali ini salah, karena sekarang dihadapannya tengah berdiri Bu Sulas dengan wajah yang tak kalah seram dengan hantu-hantu difilm horor.
"Ooh, jadi kamu disini. Mau mencoba kabur dari hukuman? Iya?" tanya Bu Sulas tepat pada sasarannya.
Caramel tersenyum kikuk.
"Eeh ibu, siapa bilang saya mau kabur, saya itu lagi mau nyari stik pel sama pewangi lantai di gudang belakang," alibinya."Sejak kapan stik pel dan pewangi lantai ada di gudang, Caramel?" tanya Bu Sulas yang berhasil memojokkan Caramel.
Caramel jadi gelagapan sendiri, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Eeh iya, itu Bu, anu-""Apa? Anu anu apa? Kamu jangan coba-coba buat kabur dari hukuman yang saya kasih ya Caramel. Cepat bersihkan toilet itu, sekarang!"
Caramel menghembuskan nafasnya kasar.
"Bu, kan disekolah ini udah ada petugas kebersihannya ya, terus kenapa saya harus bersihin toilet juga sih? Berarti sama aja mereka makan gaji buta dong Bu," oceh nya."Tidak usah banyak bicara, kamu! Kalau memang tidak mau dihukum, seharusnya kamu bisa disiplin, datang ke sekolah tepat waktu!" seru Bu Sulas.
Seketika Caramel teringat sesuatu, satu sudut bibirnya pun kini tertarik keatas.
"Oh gitu ya Bu? Berarti orang yang ada dibalik tembok itu juga harus dihukum dong bu," ucap Caramel.
"Siapa maksud kamu?" tanya Bu Sulas bingung.
Caramel mengangkat kedua bahunya.
"Ibu liat aja sendiri."Bu Sulas pun berjalan ke balik tembok, lalu tak lama kemudian ia kembali lagi sambil menarik telinga cowok yang kini hanya memasang wajah datarnya.
"Malvin, Malvin apa kamu tidak bosan keluar masuk ruangan saya terus?" tanya Bu Sulas seraya menarik kencang telinga cowok yang ternyata bernama Malvin.
"Saya aja baru tiga kali masuk ruangan ibu," jawabnya.
"Ya, lalu sekarang kamu mau masuk ruangan saya lagi?!" sentak Bu Sulas.
"Ya terserah ibu," sahut Malvin enteng.
Bu Sulas melepaskan jewerannya dari telinga Malvin dengan kasar seraya menatap cowok itu tajam.
"Benar-benar ya kamu, cepat sana kalian berdua sapu lapangan olahraga! Sekarang!" perintahnya dengan suara yang menggelegar.Caramel membelalakkan matanya tak percaya.
"Hah Bu? Saya juga?"Bu Sulas menganggukan kepalanya.
"Iya kamu juga, ini sebagai hukuman karena tadi kamu berusaha untuk kabur.""Bu yang bener aja dong, masa iya saya ikut nyapu lapangan juga, kan hukuman saya bersihin toilet," protes Caramel tak terima.
"Kamu bisa bersihkan toilet setelah selesai nyapu lapangan," ucap Bu Sulas.
"Tapi bu—"
"Tidak ada tapi-tapian lagi Caramel, cepat kerjakan hukuman itu, sekarang!!" seru Bu Sulas kemudian berlalu meninggalkan mereka berdua.
Malvin dan Caramel menatap punggung Bu Sulas yang mulai menjauh dengan tatapan kesal. Terutama Caramel, karena kini rencananya untuk melarikan diri dari hukuman gagal.
"Ini semua gara-gara lo! Lo yang udah bikin gue dapet hukuman dobel!!" sentak Caramel.
"Kalo tadi lo diem dan nurut apa kata gue, kita nggak bakal dapet hukuman gini. Makanya punya otak dipake," ucap Malvin yang sukses membuat Caramel tambah naik darah.
Tanpa aba-aba lagi, Caramel langsung menonjok perut Malvin sekencang mungkin untuk meluapkan semua emosinya disana.
"Apa-apaan sih?!" Malvin mendelik kearah Caramel.
Caramel malah balik menatap Malvin dengan tajam lalu tanpa bicara lagi ia langsung berbalik badan hendak melangkah pergi.
"Dasar cewek gila," ucap Malvin yang sebenarnya tidak begitu kencang, tapi sayang Caramel masih dapat mendengar ucapannya itu dengan jelas.
Hal itu cukup menjadi alasan untuk Caramel berbalik lagi dan langsung menginjak kaki cowok itu dengan sekuat tenaga.
"Punya mulut dijaga!" desis Caramel.
"Ngapain gue jaga mulut buat orang yang kasar dan nggak tau sopan santun kaya lo!" balas Malvin ketus.
Caramel mengangkat sebelah alisnya lalu berjalan mendekat kearah Malvin hingga jarak diantara mereka hanya tersisa setengah jengkal saja. Caramel berjinjit menyamai tinggi Malvin lalu ia langsung menggigit bibir bawah cowok itu dengan kencang.
Spontan Malvin mendorong tubuh Caramel menjauh dan mengelap bibirnya yang kini mengeluarkan darah akibat gigitan Caramel.
Sungguh, kalau saja Caramel itu cowok, mungkin ia sudah habis babak belur oleh Malvin.
"Kan gue udah bilang, punya mulut dijaga." Caramel menyunggingkan senyum lalu melangkah pergi dari sana.
∆∆∆
Heloo gaess.. gua kembali lagi dengan membawakan part dua yang ga kalah gaje dari part satu, ahaha:(
Oiya btw, pada know kan yang dimulmed itu siapa? Yaa betul sekali, itu gua:) pasti ga ada yang percaya kan, yaiyalah sama gua juga ga percaya. Itu Caramel sayang:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramel
Teen Fiction[ T A M A T ] "Punya mulut dijaga!" desis Caramel. "Ngapain gue jaga mulut gue buat orang yang kasar dan nggak tau sopan santun kaya lo!" balas Malvin ketus. Caramel mengangkat sebelah alisnya lalu berjalan mendekat kearah Malvin hingga jarak dianta...