Keesokan harinya karena kondisi Caramel sudah kembali stabil maka ia pun diperbolehkan untuk pulang. Tapi dengan syarat ia harus tetap rutin cek kesehatannya ke dokter dan menjalani kemoterapi serta radioterapi untuk membasmi sel-sel tumornya secara maksimal.
Caramel berjalan masuk kedalam rumahnya dengan Galang yang setia menggandeng tangannya.
Caramel celingukan menatap sekeliling rumahnya yang tampak sepi.
"Papa mana, Lang?" tanya Caramel.
Galang menoleh kearah Caramel dengan raut wajah terkejut.
"Lo nanyain papa? Gue nggak salah denger kan, Ra?""Ya nggak lah. Kenapa sih emangnya?" tanya Caramel heran.
"Tumben banget lo nanyain papa. Ada apa nih?"
Caramel menaiki tangga sambil menatap Galang malas.
"Lang, papa itu kan orangtua gue juga. Emang salah ya kalo gue sebagai anaknya nanya dia dimana?""Ya nggak salah Ra, cuma gue kaget aja gitu denger lo nanyain papa. Karena kan biasanya lo nggak pernah peduli sama papa," ucap Galang membuat Caramel tertawa kecil.
Begitu mereka sampai tepat didepan kamar Caramel, Caramel berhenti melangkah lalu menghadap kearah Galang.
"Lang gue boleh jalan-jalan ke mall sebentar nggak?" tanya Caramel penuh harap.
"Enggak. Cara nggak boleh kemana-mana. Caramel harus istirahat," jawab Galang membuat Caramel memanyunkan bibirnya.
"Ah.. Kan gue bosen dari kemarin cuma tiduran doang. Gue mau jalan-jalan Lang, ya ya boleh ya..?" Caramel mengeluarkan puppy eyes nya ia berharap Galang akan luluh dengan itu.
Galang menggelengkan kepalanya.
"Nggak boleh Caramel Andaresta.""Kalo ke supermarket boleh nggak? Nggak lama kok, kan cuma beli cemilan, stok cemilan gue udah hampir habis." Caramel masih terus membujuk Galang agar dia mengizinkannya pergi.
"Sekali nggak boleh tetep nggak boleh, Caramel."
Caramel menghembuskan napasnya kasar dan memasang wajah marah.
"Oke Caramel, lo nggak boleh ngambek. Kan lo janji mau berubah." Batin Caramel mengingatkan.
Galang mengusap puncak kepala Caramel.
"Nanti aja ya gue yang ke supermarket buat beliin lo cemilan."Tiba-tiba Caramel tersenyum lebar.
"Eh.. Nggak usah Lang, nggak usah. Gue baru inget kalo ternyata gue masih punya simpenan cemilan.""Beneran?"
Caramel menganggukkan kepalanya.
"Iya."Galang tersenyum.
"Ya udah sana Cara masuk kamar."Caramel pun menuruti ucapan Galang. Begitu ia membuka pintu kamarnya tiba-tiba sebuah confetti diledakkan membuat Caramel hampir saja berteriak karena terkejut. Seketika potongan-potongan kecil kertas berwarna-warni menempel di rambut Caramel.
"Welcome home, Caramel!" ucap Arvin, Dony, Arthur dan Alma dengan sangat kompak.
Caramel memandang terharu keempat temannya itu. Kamarnya dihias dengan beberapa balon gas yang berterbangan di langit-langit kamar, serta terdapat sangat banyak sekali makanan ringan diatas kasur Caramel. Bahkan seluruh permukaan kasur Caramel sudah tertutup oleh makanan itu.
Caramel berjalan menghampiri Alma dan langsung memeluknya erat.
"Makasih ya.."
Alma mengusap-usap punggung Caramel, lalu ia melepaskan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramel
Teen Fiction[ T A M A T ] "Punya mulut dijaga!" desis Caramel. "Ngapain gue jaga mulut gue buat orang yang kasar dan nggak tau sopan santun kaya lo!" balas Malvin ketus. Caramel mengangkat sebelah alisnya lalu berjalan mendekat kearah Malvin hingga jarak dianta...