EIGHT

18.7K 991 5
                                    

Caramel melangkah masuk kedalam rumahnya. Saat melewati ruang keluarga ia bertemu pandang dengan Surya yang sedang berkutat pada laptopnya. Caramel tampak tak peduli dengan keberadaan Surya disana.

"Habis dari mana jam segini baru pulang?" tanya Surya seraya menatap Caramel intens.

"Main," jawab Caramel singkat.

"Dimana?" tanya Surya lagi.

"Penting banget ya papa nanya kaya gitu? Biasanya juga papa nggak pernah peduli tuh sama apa aja yang aku lakuin," ucap Caramel sambil memperhatikan ujung rambutnya apakah rambutnya itu bercabang atau tidak.

"Wajar papa bertanya hal ini, karena kamu anak papa, Caramel" ujar Surya.

Caramel tertawa kecil mendengar kalimat yang diucapkan Surya sambil terus memperhatikan ujung rambutnya.

"Cara, tatap mata papa jika papa sedang berbicara!" perintah Surya.

Caramel menghembuskan napasnya kasar, lalu menatap Surya tepat pada manik matanya. Jauh di lubuk hatinya, Caramel sangat merindukan tatapan hangat serta kasih sayang yang sudah sangat lama tidak ia dapatkan dari sosok pria tangguh dihadapannya itu.

"Cara, sejujurnya papa tidak mau kamu terus-terusan ketus dan cuek sama papa. Kita satu keluarga Cara, papa orangtua kamu dan kamu anak gadis papa. Kita bisa memperbaiki semuanya, kita mulai lagi semuanya dari awal, kamu, papa dan Galang," ucap Surya dengan sedikit senyum di wajahnya.

Caramel tertawa renyah.
"Apa? Memperbaiki semuanya? Harus papa inget, aku sama Galang pernah berusaha buat balikin keluarga ini kaya dulu lagi, walaupun nggak akan pernah sempurna, tapi seenggaknya aku sama Galang bisa ngerasain punya orangtua lagi," beberapa tetes air mata kini mulai membasahi pipi Caramel, "tapi pada akhirnya kita nyerah pa, Karena apa? Karena kita tau papa nggak pernah ada kemauan buat bikin semuanya balik kaya dulu lagi. Dan yang harus selalu papa ingat adalah, papa yang membuat semuanya jadi kaya sekarang."

Caramel mengelap air matanya yang terus mengalir dengan kasar, Caramel benci menjadi lemah dihadapan Surya. Ia segera membalikan tubuhnya dan melangkah kearah kamarnya.

"Caramel.." panggil Surya.

Caramel berhenti melangkah dan menoleh kearah Surya yang tengah, menatapnya iba? Iya, mungkin.

"Oh iya, satu lagi. Jangan pernah minta aku buat jadi Caramel yang dulu, karena kalau papa sadar papa pasti tau apa yang bikin aku kaya sekarang," ucap Caramel.

Caramel kembali melangkah ke kamarnya. Ia masuk kedalam kamarnya lalu melempar asal tasnya kelantai, dan kemudian ia membanting tubuhnya ke kasur.

Caramel membekap mulutnya dengan bantal dan berteriak sekencang-kencangnya disana.

Caramel mengangkat kembali kepalanya, kemudian ia mengelap air matanya dengan kasar.
"Lo nggak boleh nangis, Ra! Lo nggak boleh lemah! Lo harus kuat!" ucap Caramel menyemangati dirinya sendiri.

Caramel melihat jam dinding di kamarnya yang baru menunjukkan pukul 7.30 malam. Ia memutuskan untuk beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi dengan membawa ponselnya. Caramel berniat akan mengulur waktu di dalam sana.

∆∆∆

Sudah sekitar satu jam Malvin berada di dalam ruangan yang sangat berisik dengan musik dari DJ dan ramai akan orang-orang yang sedang berjoget tak karuan, bercumbu, atau hanya sekedar menikmati alkohol seperti yang sedang ia lakukan saat ini.

Terdapat satu botol alkohol yang sudah kosong dihadapan Malvin. Malvin menenggak sisa alkohol terakhir yang ada digelasnya.

"Satu!" teriak Malvin pada bartender yang berada tak jauh darinya.

Bartender yang sudah mengenal Malvin itu pun sudah paham betul apa yang Malvin minta.

"Wiss, mangsa cantik tuh Vin," goda Teddy sang bartender sambil menunjuk seorang gadis dengan dress merah maroon super mini.

Sambil menuang minumannya ke dalam gelas, Malvin pun menoleh kearah yang ditunjuk Teddy. Dan Malvin cukup dibuat terkejut dengan apa yang ia lihat, karena 'mangsa cantik' yang dimaksud oleh Teddy adalah Caramel.

Caramel sedang duduk di sofa panjang dengan dikelilingi para pria hidung belang dan salah satu dari mereka nampak memberikan sebuah minuman untuk Caramel yang langsung diminum oleh gadis itu.

"Goblok!" umpat Malvin.

Teddy terkekeh.
"Santai bro santai."

Malvin hanya melirik Teddy sekilas kemudian kembali fokus pada Caramel yang kini tubuhnya mulai digerayangi oleh para pria disekelilingnya. Cukup sudah, menyaksikan hal itu membuat Malvin menjadi panas. Ia segera bangkit dari duduknya dan menghampiri Caramel.

Dengan kasar Malvin menarik tangan Caramel dan menyembunyikan gadis itu dibalik punggungnya, Caramel yang nampak setengah sadar itupun hanya diam saja.

"Kalian boleh pesen apa aja yang ada disini sepuasnya dan gue yang akan bayar, tapi cewek ini buat gue," ucap Malvin yang langsung berhasil melunturkan aura permusuhan diantara mereka.

Malvin beralih menatap mata sayu Caramel.
"Pulang sekarang," ucap malvin pelan tapi terdapat perintah tegas di dalamnya.

Dengan manja Caramel mengalungkan tangannya dileher Malvin.
"Gendong.." rengeknya.

"Nggak ada, jalan pake kaki lo sendiri!"

"Nggak mau.. Mau gendong.." Caramel kembali merengek.

Malvin mengelus dadanya, ia berusaha sabar menghadapi sikap Caramel yang selalu berhasil memancing emosinya.

Malvin memejamkan matanya sesaat, kemudian ia pun langsung mengangkat tubuh Caramel dan menggendongnya ala bridal style.

Dengan sedikit kesulitan akhirnya Malvin berhasil melewati kerumunan orang yang sedang berjoget dan menghampiri Teddy.

"Teddy!"

Merasa dipanggil, Teddy pun menoleh dan segera berjalan menghampiri Malvin. Kini laki-laki itu menatap Malvin sambil tersenyum penuh arti.

"Ternyata agresif juga ya lo," ucap Teddy.

"Bacot. Ini cepetan ambilin dompet dikantong belakang celana gue terus ambil kartu atm gue," ucap Malvin, karena ia sendiri tidak bisa mengambil dompetnya akibat Caramel yang kini sudah tak sadar di gendongannya.

"Terus ini buat apa?" tanya Teddy sambil membolak-balik kartu atm Malvin.

"Buat bayar minuman atau apapun lah yang mereka mau disini," jawab Malvin seraya menunjuk segerombolan pria yang tadi mengganggu Caramel dengan dagunya.

"Yakin lo?" tanya Teddy memastikan.

"Iya. Gue cabut dulu, nanti pin nya gue kasih tau lo di chat," ucap Malvin lalu ia segera melangkah keluar dari kelab tersebut.

Dengan susah payah akhirnya Malvin dapat mendudukan Caramel dikursi penumpang sebelah kemudi lalu memakaikannya seatbelt.

Untungnya Malvin masih memiliki kesadaran yang cukup sehingga ia bisa mengendarai mobilnya ketempat kediaman keluarga Praja dengan selamat.


Yuhuuu gaiss aing kambek setelah lama sing mendem jdi lumut.

Sorry banget atas ketelatan apdet yang pake banget ini, soalnya aing suka keilangan semangat untuk berimajinasi. Tapi klo semangat untuk mencintai mu selalu kuat kokk( ˘ ³˘)♥

jgn lupa voments sayaangg

CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang