SIXTY

11K 475 3
                                    

Sudah 10 menit lebih Malvin mengantri membeli jus jeruk untuk Caramel. Malvin mengutuk cuaca panas hari ini yang membuat banyak orang mengantri untuk membeli minuman segar seperti jus. Entah untuk keberapa kalinya Malvin melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kanannya.

Malvin berdecak kesal, sungguh ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi tapi masih ada sekitar empat orang lagi didepannya. Akhirnya Malvin melangkah ke antrian paling depan, sontak saja hal itu membuat orang-orang yang mengantri didepannya tak terima. Salah satu laki-laki yang tampak beberapa tahun lebih tua dari Malvin pun langsung menarik seragam yang Malvin kenakan dengan tampang sangar.

Malvin menatap laki-laki itu datar dan langsung menepis tangan itu dari seragamnya. Kemudian Malvin menyambar kertas beserta pulpen yang berada diatas meja penghalang antara penjual dan pembeli lalu memberikannya pada orang yang mengantri paling depan.

"Kalian catet semua pesanan kalian, nanti gue yang bayar. Tapi asalkan gue boleh motong antrian," ucap Malvin yang kemudian dibalas anggukan semangat dari keempat orang tersebut. Uang memang selalu berhasil membuat seseorang seakan menjadi raja.

Malvin kemudian beralih menatap penjual jus yang tampak sedang terkejut itu.
"Bang, jus jeruk satu. Buruan, nggak pake lama!"

Penjual jus itu mengerjapkan matanya.
"Ah, iya siap. Tunggu sebentar ya mas."

Malvin mengabaikan ucapan itu dan berjalan sedikit menjauh dari antrian untuk menelpon Galang.

"Halo Lang, Arthur masih ada disana?"

"Nggak, dia langsung pulang begitu gue sampe RS."

"Yaudah bagus."

Malvin langsung mematikan sambungan teleponnya dan berjalan kembali kearah kedai jus tersebut.

"Ini jus jeruknya mas. Jadi total semuanya 55 ribu ya mas," ucap penjual jus tersebut seraya memberikan jus jeruk yang Malvin pesan.

Malvin pun memberikan uang sejumlah yang disebutkan tadi lalu ia langsung bergegas menuju rumah sakit.

∆∆∆

20 menit kemudian Malvin sampai di rumah sakit tempat Caramel dirawat, Malvin memarkirkan motornya lalu langsung berjalan menuju ruang rawat Caramel dengan cepat.

Malvin masuk kedalam ruang rawat Caramel dengan senyum mengembang.
"Hai," sapanya.

Caramel hanya menimpalinya dengan tersenyum.

"Nih gue bawain pesenan lo." Malvin memberikan empat kantung plastik yang masing-masing berisi jus jeruk, tiga bungkus cokelat batangan, kue cubit, dan roti bakar pada Caramel.

"Kan gue nggak mesen itu semua Vin," ucap Caramel malas.

Malvin menarik bangku kesamping tempat tidur Caramel.
"Udah makan aja, biar gendut."

"Gue nggak nafsu makan apa-apa Vin.."

"Makannya sambil liatin gue, nanti pasti lo langsung nafsu," canda Malvin.

"Yang ada Cara malah jijik," sahut Galang yang baru saja keluar dari dalam toilet.

"Nggak ada yang ajak lo ngomong Lang," ucap Malvin tanpa menoleh kearah Galang. Galang hanya mengabaikan ucapan Malvin, lalu berjalan kearah sofa dan mulai menyibukkan diri dengan buku tebal yang berisi materi ujian nasional.

"Gue makannya nanti aja ya?"

"Coba dicobain dulu Ra, itu roti bakarnya enak banget loh. Gue beli ditempat langganan bunda."

CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang