FORTY ONE

10.5K 473 8
                                    

Malvin perlahan membuka matanya saat ia merasakan ada yang menepuk lembut pipinya.

"Bang, kok bang Vin tidur disini sih?"

"Enghh.. Iya.." Malvin meregangkan semua otot di tubuhnya yang terasa kaku dengan mata yang masih tertutup.

"Kenapa nggak tidur di kamar, bang?" tanya Nila lagi.

Malvin mengerjapkan matanya beberapa kali, setelah ia berhasil menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk kedalam matanya barulah ia dapat melihat dengan jelas sosok bunda nya yang tengah berdiri di hadapannya sambil menggendong Sirena yang sedang tertidur.

"Di kamar aku ada Caramel," jawab Malvin dengan suara serak.

Nila sempat terkejut dengan jawaban putranya, namun secepat mungkin ia rubah raut wajah itu.

"Ya udah gapapa, selagi abang nggak buat yang macem-macem, bunda nggak bakal larang kok," ucap Nila lembut, Malvin hanya menganggukan kepalanya saja.

"Oh iya, bunda sama Rena mau pergi ke rumah nenek dulu ya, kasian nenek nggak ada yang temenin. Bang Vin gapapa kan bunda tinggal sendiri?"

Malvin merubah posisinya yang semula tiduran menjadi duduk.

"Iya gapapa. Bunda pergi sama ayah juga?" tanya Malvin.

Nila menganggukkan kepalanya.
"Iya, bang."

"Sarapannya udah bunda masakin ya, bang Vin jangan lupa sarapan, ajakin Caramel juga," lanjut Nila.

"Iya."

Nila mengusap lembut kepala Malvin.
"Bunda jalan dulu ya."

"Iya," sahut Malvin seraya mencium punggung tangan Nila.

∆∆∆

Sekepergian Nila, Malvin langsung mandi untuk menyegarkan tubuhnya yang terasa lelah karena ia hanya tidur selama 2 jam. Saat Malvin keluar dari kamar mandi yang berada didalam kamarnya, ia melihat Caramel yang sudah bangun dari tidurnya dan tengah duduk diatas kasur.

Malvin menghembuskan napasnya dan berlalu begitu saja tanpa sepatah katapun.

Caramel mengerutkan keningnya.
"Kenapa sih?"

Caramel menatap heran punggung Malvin yang mulai menjauh dan kemudian menghilang dari pandangan matanya.

Caramel yakin pasti ada sesuatu yang salah darinya hingga membuat Malvin mengacuhkannya. Ia dapat merasakan aura berbeda yang dipancarkan oleh Malvin.

Caramel berusaha keras untuk mengingat kejadian apa yang sekiranya bisa membuat Malvin marah. Samar-samar sebuah ingatan terlintas di pikirannya.

"Dia cuekin gue cuma gara-gara gue ke kelab?" tanya Caramel pada dirinya sendiri.

"Malvin udah gila? Gue bahkan ke kelab aja cuma bentaran, terus sekarang dengan nggak jelasnya dia cuekin gue," gerutunya.

Kemudian gadis itu tampak berpikir.
"Bentar, gimana kisahnya gue bisa disini sedangkan semalem aja gue ke kelab sendiri?"

Seketika Caramel membelalakkan matanya dan dengan cepat ia meraih ponselnya yang tergeletak disebelah bantal. Caramel mengecek apakah ada pesan masuk yang berasal dari Malvin, dan ternyata tidak ada, ia pun beralih mengecek panggilan masuk yang berasal dari Malvin, dan itu pun tidak ada.

Malah harusnya Caramel lah yang marah pada laki-laki itu karena semua pesan yang ia kirimkan kemarin belum ada satupun yang dibalas.

"Harusnya gue yang marah sama lo, bego!" seru Caramel dan ia langsung beranjak dari atas tempat tidur lalu berjalan keluar kamar untuk mencari keberadaan Malvin.

CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang