THIRTEEN

16.4K 893 3
                                    

Setelah sekitar satu jam Malvin dan Caramel berlari-lari kecil mengitari taman, kini Caramel memilih untuk istirahat di bangku yang berada tepat dibawah pohon, sedangkan Malvin masih saja melakukan push up.

Caramel terus mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah guna mengurangi rasa panas serta keringat yang mengucur deras.

"Kuncir rambut lo," ucap Malvin tanpa menoleh kearah Caramel.

Caramel menoleh kearah Malvin dengan ekspresi wajah bingung.
"Hah?"

"Lo tuli? Kuncir rambut lo," ucap Malvin sedikit emosi.

Mendengar ucapan Malvin yang menyebutnya tuli, Caramel malah sengaja berlagak seperti apa yang laki-laki itu ucapkan.

"Hah, apa? Nggak kedengeran," ucap Caramel sambil terus mengibas-ngibaskan tangannya.

Malvin yang merasa dipermainkan pun langsung bangkit dari posisi push up nya dan berjalan menghampiri Caramel, ia hendak menguncir rambut gadis itu. Namun begitu ia baru saja hendak memegang rambut Caramel, gadis itu sudah langsung menepis tangannya.

"Nggak usah pegang-pegang," ucap Caramel jutek, Malvin hanya menatap Caramel datar lalu ikut duduk disebelah gadis itu.

Akhirnya Caramel pun mencepol rambutnya juga dan kini ia dapat merasakan angin sejuk mulai membelai wajah serta tengkuknya.

"Ternyata si tuli udah bisa denger," sindir Malvin membuat Caramel mendelik kearahnya.

Merasa ditatap Malvin pun menoleh kearah Caramel.
"Apa?" tanya Malvin tanpa ekspresi.

Caramel berdecak kesal.
"Tau ah."

Kemudian Caramel merubah posisi duduknya menjadi bersandaran dibahu Malvin sehingga kakinya bisa ia luruskan.

"Nggak usah senderan di gue bisa nggak?" tanya Malvin seraya mendorong tubuh Caramel agar menjauh darinya.

Caramel menahan tubuhnya.
"Bentar aja sih, kaki gue pegel," ucapnya.

Malvin menghembuskan napasnya kasar, kemudian ia beranjak dari duduknya lalu menarik tubuh Caramel sedikit kebelakang kemudian ia kembali duduk, lalu meletakkan kaki gadis itu diatas pahanya dan mulai memijatnya.

Caramel yang mendapat perlakuan seperti itu dari Malvin hanya bisa menahan senyumnya saja.

"Bisa nggak sih lo nggak usah bikin gue baper, Vin?!" jerit batin Caramel.

Setelah 15 menit Malvin memijat kaki Caramel, akhirnya ia menurunkan kembali kaki gadis itu dari atas pahanya.

"Yaah kok udah?" tanya Caramel dengan wajah tak rela.

"Iya Ra, sama-sama," sindir Malvin seraya berdiri dari duduknya.

Caramel hanya bisa menghembuskan napasnya kasar seraya mencebikkan bibirnya saja.

Malvin merasakan ponselnya yang berada didalam saku celana bergetar, ia pun merogoh ponselnya dan mengecek pesan yang masuk.

You have one message from Bunda

Bunda : bang vin jangan main lama lama ya, rena di rmh cuma sama bi sari. Bunda sama ayah lg ada urusan di luar.

Malvin : iya

Malvin memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celana.

"Ayo pulang," ajak Malvin seraya melangkah meninggalkan Caramel.

Caramel segera bangkit dari duduknya dan berlari menyusul Malvin.

"Iih Vin bentar dong, gue mau foto dulu sekali aja," ucap Caramel lalu ia langsung memberikan ponselnya pada Malvin.

CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang