Cahaya matahari pagi menyapa Caramel melalui sela-sela jendela. Perlahan ia membuka matanya dan mulai merasa ada yang aneh. Begitu semua kesadarannya telah terkumpul Caramel spontan merutuki kebodohan dirinya sendiri.
Caramel melihat jam di ponselnya yang ternyata telah menunjukkan pukul 08.15 pagi. Dan terdapat beberapa notifikasi disana.
My viin! (1) : ga ush cari gue, gue sklh. Inget jgn prnh bikin rusuh di rmh gue!
Galang tai(5) : plng woy! betah bgt di rmh orng😒
2 missed call from papa
Ya, saat ini Caramel masih berada di rumah Malvin. Hanya satu penyebab dan alasan mengapa ia masih berada disini sampai tidak masuk sekolah, yaitu ketiduran.
Caramel celingukan memperhatikan seluruh penjuru ruangan yang sedang ia tempati. Caramel yakin ini adalah kamar Malvin, karena terdapat beberapa foto dan juga piala yang bertuliskan nama lengkap laki-laki itu.
Caramel bangkit dari tempat tidur dan mengambil salah satu piala yang terpajang di meja belajar Malvin.
"Juara satu karate seasia tenggara? Oh god, seriously?!" Caramel dibuat tak percaya sendiri dengan piala besar yang sedang ia pegang sekarang.
"Pantes aja setiap gue main fisik sama dia nggak pernah ngaruh apa-apa," gumam Caramel lalu ia terkekeh dan meletakkan kembali piala itu di tempatnya semula.
Tiba-tiba pintu kamar Malvin terbuka dan menampilkan wanita cantik paruh baya, sudah dapat dipastikan wanita itu adalah ibu Malvin karena kemiripan wajah yang mereka miliki.
"Eh, kamu sudah bangun?" tanya Nila lembut.
Caramel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Iya tante.""Nggak usah takut, Malvin udah cerita soal kamu kok sama bunda. Yuk kita sarapan dulu sambil ngobrol-ngobrol sedikit," ucap Nila seraya merangkul bahu Caramel dan mengajaknya ke ruang makan.
"Kamu mau roti apa langsung makan nasi aja?" tanya Nila saat mereka sudah berada di ruang makan.
Caramel tersenyum canggung.
"Roti aja deh tan."Nila pun balas tersenyum lalu menyodorkan roti serta selai dengan berbagai macam rasa pada Caramel.
"Panggil bunda aja biar lebih akrab," ucap Nila dan Caramel hanya menganggukkan kepalanya.
"Kamu udah lama kenal Malvin?" tanya Nila kembali membuka obrolan.
Caramel menghembuskan napasnya perlahan, ia sudah menduga pasti akan ada pertanyaan yang dilontarkan oleh Nila.
"Belum begitu lama sih bun," jawab Caramel.
"Ooh, tumben loh Malvin ngebolehin cewek yang belum lama dia kenal ke rumah, biasanya Malvin paling anti sama hal itu. Dan kalau kamu mau tau, kamu itu baru cewek kedua yang Malvin bolehin kesini, karena biasanya cuma sahabat kecilnya aja tuh yang boleh main kesini," ucap Nila.
"Kalau kaya gini sih bunda bisa tebak kalian punya hubungan khusus nih," lanjutnya.
"Hehe, iya bun aku pacarnya Malvin," balas Caramel dengan sedikit senyum malu-malu.
Nila tersenyum lembut.
"Bunda udah duga itu dari awal. Kamu sekelas sama Malvin?"Caramel menggelengkan kepalanya.
"Enggak bun.""Emang kamu kelas berapa?" tanya Nila lagi.
"Kelas 10 A ips," jawab Caramel seadanya.
"Ooh berarti beda satu tahun dong ya sama Malvin."
Caramel hanya tersenyum menanggapinya.
"Bunda harap kamu bisa ajak Malvin buat jadi lebih baik lagi ya. Malvin itu tipe orang yang nggak susah diatur kok apalagi kalo sama orang yang dia sayang, pasti dia bakal nurut selagi itu buat kebaikannya," ucap Nila membuat Caramel tersenyum kikuk.
"Anjir, dia belum tau aja gue lebih nggak bener dari anaknya," ringis Caramel dalam hati.
"Insyaallah bun aku bisa bikin Malvin jadi lebih baik lagi," jawab Caramel akhirnya.
Nila menganggukkan kepalanya seraya tersenyum.
∆∆∆
"Vin, kata bunda lo nggak pernah ajak cewek lain kesini, emang iya?" tanya Caramel.
Saat ini Caramel dan Malvin sedang berada di taman belakang rumah Malvin dari semenjak laki-laki itu pulang sekolah. Sudah sekitar satu jam Caramel berceloteh tentang apa saja sedangkan Malvin hanya menanggapi seperlunya.
"Iya," jawab Malvin.
"Boleh nggak sih gue ngerasa spesial?" tanya Caramel sambil menahan senyumnya agar tidak tambah melebar.
Malvin mengerutkan keningnya heran.
"Buat?"
"Ya karena gue beda dari temen-temen cewek lo yang lain, yang nggak pernah lo ajak kesini. Oh iya pasti beda lah ya, karena kan dari awal lo nggak pernah anggap gue sebagai temen tapi lo anggap gue sebagai pacar," oceh Caramel lalu ia tertawa sendiri.
Malvin memutar bola matanya malas.
"Perlu gue ingetin, dari awal gue nggak pernah ajak lo kesini, tapi lo yang selalu maksa buat kesini," ucapnya."Tapi tetep aja kan nggak ada penolakan dari lo," balas Caramel seraya menjulurkan lidahnya kearah Malvin.
Malvin hanya diam tak mau menanggapi ucapan Caramel. Namun walaupun gadis itu tidak mendapatkan respon yang berarti dari lawan bicaranya ia tetap saja berceloteh.
"Oh iya, kenapa tadi pagi lo nggak bangunin gue sih? Atau semalem gitu?" tanya Caramel dengan sedikit nada tak terima.
"Gue udah bangunin lo, tapi lo nya yang tidur udah kaya orang mati," jawab Malvin seraya membenarkan tatanan rambut Caramel yang acak-acakan akibat tertiup angin.
"Nggak usah sama-samain gue sama orang mati. Emang lo nya aja yang bangunin gue kurang usaha," elak Caramel.
"Terserah lo," ucap Malvin malas.
Caramel mencebikkan bibirnya.
"Kenapa sih mulut lo ini nggak bisa banget ngomong yang sekiranya bisa memperpanjang obrolan gitu," protes gadis itu."Karena emang gue gak mau ngobrol sama lo," sahut Malvin dengan entengnya.
Caramel meninju perut Malvin, kemudian ia menyilangkan kedua tangannya didepan dada seraya memanyunkan bibirnya.
Malvin menurunkan tangan Caramel dari depan dadanya.
"Tangannya dijaga, jangan sampe bikin gue ilang kesabaran dan ngebales perbuatan lo tadi," ucap Malvin."Bodo amat, bales aja. Emang lo kira gue takut!" ketus Caramel seraya menatap Malvin tajam.
Malvin pun balas menatap Caramel dengan tatapan yang tak kalah menusuk, kemudian sebelah tangan Malvin terangkat keatas layaknya seorang yang ingin menampar orang lain.
Melihat hal itu, Caramel spontan menutup matanya. Dan sekarang Caramel menyesal karena telah menantang Malvin.
Namun sedetik kemudian bukan sebuah tamparan yang Caramel rasakan, melainkan malah sebuah pelukan yang ia dapatkan.
Caramel membuka matanya perlahan lalu tersenyum saat melihat Malvin yang tengah memeluknya.
"Jangan suka nantangin gue lagi, gue nggak mau nyakitin orang yang udah sayang sama gue," ucap Malvin setengah berbisik.
Yudh pokoknya gitulah, gua jg ga ngerti lg sma part ini.
👀U!
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramel
Teen Fiction[ T A M A T ] "Punya mulut dijaga!" desis Caramel. "Ngapain gue jaga mulut gue buat orang yang kasar dan nggak tau sopan santun kaya lo!" balas Malvin ketus. Caramel mengangkat sebelah alisnya lalu berjalan mendekat kearah Malvin hingga jarak dianta...