Suasana riuh yang selalu tercipta pada jam istirahat seperti ini membuat Malvin malas berlama-lama berada di kantin. Maka tanpa menunggu teman-temannya selesai makan, ia langsung saja berjalan meninggalkan kantin.
Malvin berjalan menuju kelasnya dengan langkah santai. Ketika ia melewati persimpangan yang menghubungkan koridor kelas 10 dengan kelas 11, tiba-tiba tubuhnya ditabrak oleh seorang gadis yang berlari dari koridor kelas 10.
Ya gadis itu adalah Caramel. Raut wajah terkejut dari Caramel sempat tertangkap oleh Malvin. Tapi gadis itu dengan cepat kembali berlari melewati Malvin sambil terus membekap mulutnya sendiri.
Dari sebuah tatapan mata yang sangat singkat, Malvin dapat menangkap tatapan penuh kebencian dari Caramel. Malvin menghembuskan napasnya pelan, lalu melanjutkan langkahnya kembali.
Begitu sampai dikelas Malvin langsung menuju tempat duduknya yang berada dibarisan paling pojok belakang dan ia pun langsung membanting bokongnya disana.
Malvin kembali mendesah, ia mengusap wajahnya gusar. Entah mengapa hatinya menjadi tidak tenang sejak kejadian ia dengan Caramel kemarin.
Malvin mengeluarkan ponselnya lalu membuka galeri dan melihat salah satu foto yang ada di galerinya.
Seketika semua bayang-bayang Caramel yang tengah menangis pun kembali menghantuinya. Rasanya Malvin akan gila karena itu.
Saat Malvin masih asik memandangi foto Caramel tiba-tiba Alma berlari kearahnya dengan sangat tergesa-gesa membuat Malvin langsung mematikan ponselnya.
Malvin menatap Alma bingung. Ia mengangkat sebelah alisnya dan memasang ekspresi yang seakan-akan mengatakan, ada perlu apa?
"Caramel.."
Dengan nafas yang tersenggal-senggal Alma memegangi dadanya yang terasa sedikit sesak akibat berlari.
"Caramel dari tadi muntah-muntah dan sekarang dia pingsan!!" seru Alma dengan wajah panik.
Sedangkan Malvin hanya memasang wajah datarnya.
"Terus urusannya sama gue apa?""Ya lo tolongin dia dong..!"
"Kenapa harus gue? Kan dia punya abang, lo minta tolong aja sana ke abangnya," ucap Malvin seraya menyandarkan tubuhnya disandaran kursi.
Alma menatap Malvin geram.
"Gue nggak tau kelas Kak Galang! Lagipula kan lo pacarnya Caramel, harusnya lo panik dong kalo Caramel pingsan. Tapi ini malah kaya nggak peduli gitu!" geram Alma."Galang kelas 12 A IPA," acuh Malvin sambil berpura-pura sibuk memainkan ponselnya.
Alma berdecak kesal sebelum akhirnya ia berlari keluar kelas Malvin, meninggalkan Malvin dengan rasa bersalahnya yang semakin memuncak.
∆∆∆
Begitu Caramel tersadar bau obat-obatan langsung menyeruak kedalam indera penciumannya. Caramel membuka matanya dan mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk kedalam matanya.
Setelah matanya terbuka sempurna, barulah Caramel dapat melihat Galang yang sedang berdiri disebelah ranjangnya dengan raut wajah khawatir yang terlihat jelas dan ditemani oleh seorang dokter.
Melihat adiknya telah membuka mata, Galang pun langsung memeluk Caramel dengan erat. Ia tumpahkan semua rasa cemasnya pada pelukan itu.
"Akhirnya lo sadar juga Ra.." ucap Galang dengan suara yang terdengar bergetar.
Galang melepaskan pelukannya lalu membelai lembut pipi Caramel.
"Jadinya adik saya sakit apa dok?" tanya Galang seraya mengalihkan pandangannya pada dokter yang berdiri disebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramel
Teen Fiction[ T A M A T ] "Punya mulut dijaga!" desis Caramel. "Ngapain gue jaga mulut gue buat orang yang kasar dan nggak tau sopan santun kaya lo!" balas Malvin ketus. Caramel mengangkat sebelah alisnya lalu berjalan mendekat kearah Malvin hingga jarak dianta...