Setelah pesannya mendapat balasan dari Malvin, bukannya membuat Caramel tenang tapi malah membuatnya tambah gelisah tak karuan. Dan maka dari itu disinilah Caramel sekarang berada, di balkon kamar Malvin.
Tapi gadis itu sempat mengganti pakaiannya dulu dengan baju tangan panjang dan juga celana jeans panjang sebelum ia pergi ke rumah Malvin. Hal itu ia lakukan untuk salah satu cara agar Malvin tidak tambah marah padanya.
Caramel sudah berusaha membuat Malvin agar tak lagi marah padanya. Tapi usahanya itu gagal karena Malvin tetap mengabaikannya dan tetap tak mau bicara.
Akhirnya merasa putus asa, Caramel pun memutuskan untuk diam saja dihadapan Malvin tanpa melakukan apapun dan itu sudah berlangsung selama kurang lebih 15 menit.
"Sampe kapan lo mau disini?" tanya Malvin yang mulai jengah dengan keberadaan Caramel.
"Sampe lo jelasin semua masalahnya ke gue dan lo nggak nyuekin gue lagi," jawab Caramel.
Malvin menghembuskan napasnya lelah.
"Tingkat egois lo terlalu tinggi Ra, makanya lo susah nyadarin kesalahan yang lo buat sendiri. Dan asal lo tau, gue diem bukan karena gue marah sama lo, gue cuma kasih lo waktu buat mikir kesalahan apa yang udah lo buat," ucap Malvin.
"Ya, gue ngaku gue salah karena udah pake pakaian yang terbuka. Tapi apa cuma karena masalah gitu aja lo marah?"
"Gue nggak marah sama lo." tegas Malvin.
"Vin.. Ya udah makanya kasih tau apa aja kesalahan gue, biar gue bisa jelasin semuanya.." rengek Caramel.
Malvin kembali diam dan itu sungguh membuat Caramel frustasi.
"Malvin jangan kaya gini terus ih.." Caramel kembali merengek sambil menarik-narik ujung baju Malvin.
"Ya terus lo maunya kaya gimana?" tanya Malvin.
"Ya gimana kek asal lo jangan diemin gue terus. Gue janji nggak akan ngulangin kesalahan yang sama."
Malvin memejamkan matanya sesaat, ia harus bisa mengatur ego dan emosinya saat berhadapan dengan gadis di depannya ini.
Malvin menatap Caramel tepat pada manik matanya.
"Gue nggak perlu janji lo, karena banyak manusia yang nggak sanggup megang janjinya sendiri. Yang gue mau lo jadi cewek yang baik, gue nggak mau lo dipandang sebelah mata sama orang lain karena penampilan lo dan tingkah laku lo. Lo tau kan yang pertama kali orang liat itu penampilan lo bukan hati lo. Percuma kalo sebenernya lo punya hati yang baik tapi tampilan luar lo buruk, lo bakal tetep dipandang rendah sama orang lain."Caramel menundukkan kepalanya karena mulai merasa bersalah setelah mendengar ucapan Malvin.
Malvin menarik dagu Caramel agar gadis itu bisa langsung menatap matanya dan begitupun sebaliknya.
"Tolong jaga aurat lo, jaga omongan lo, berhenti ngerokok, berhenti main kelab. Poin pertama, ketiga dan keempat adalah poin yang paling gue tegaskan buat nggak lo langgar. Ngerasa keberatan? Lo bisa langgar semua itu, tapi jangan harap gue bakal peduli lagi sama lo. Karena bisa aja gue beranggapan lo itu cewek yang nggak bener karena punya tingkah laku yang minus." Malvin melepaskan kembali tangannya dari dagu Caramel.
Seketika Caramel tersenyum lebar lalu ia meletakkan kelima jarinya disamping alis.
"Siap kapten! Sebisa mungkin Cara nggak bakal langgar semua peraturan yang udah dibuat sama kepala negara Cara," ucap Caramel sambil memberi hormat pada Malvin, senyum lebarnya kini kembali menghiasi wajahnya.
Malvin terkekeh lalu mengacak puncak kepala Caramel gemas. Caramel yang sudah tak tahan lagi ingin memeluk Malvin, kini langsung menubruk tubuh laki-laki itu dan memeluknya dengan sangat erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramel
Teen Fiction[ T A M A T ] "Punya mulut dijaga!" desis Caramel. "Ngapain gue jaga mulut gue buat orang yang kasar dan nggak tau sopan santun kaya lo!" balas Malvin ketus. Caramel mengangkat sebelah alisnya lalu berjalan mendekat kearah Malvin hingga jarak dianta...