EXTRA CHAPTER

17.5K 655 156
                                    

5 tahun kemudian.

Malvin berjalan masuk kedalam rumahnya dengan langkah gontai. Ia merasa sangat lelah setelah seharian penuh duduk didepan komputer dengan data-data perusahaan yang menumpuk.

Malvin berjalan menuju dapur seraya melonggarkan dasinya.

"Eh, abang udah pulang," sapa Nila lembut, anak laki-lakinya itu tersenyum lalu mencium punggung tangannya.

"Nih minum dulu." Nila memberikan Malvin segelas air putih dingin.

"Makasih bun," ucap Malvin seraya melangkah kearah bangku bar dan mendaratkan bokongnya disana.

Malvin meminum air itu dengan perlahan. Lalu tiba-tiba pikirannya kembali tertuju pada seorang gadis yang sudah cukup lama meninggalkannya. Candanya, tawanya, serta senyum manisnya tidak pernah hilang dari ingatan Malvin.

Ya, jujur, Malvin kini kembali merindukan gadis pemilik nama panggilan Caramel, Itu.

"Bang, tadi Audy kesini," ucap Nila secara tiba-tiba yang berhasil merusak acara lamunan Malvin.

Malvin mengalihkan pandangannya kearah Nila.
"Ngapain?"

"Ngajak Rena jalan-jalan."

"Oh.." Sahut Malvin seraya menganggukkan kepalanya.

"Terus pas pulangnya Audy beliin abang ini." Nila mengeluarkan sekeranjang penuh anggur dari dalam kulkas. Memang akhir-akhir ini Malvin sangat suka memakan buah manis yang satu itu.

Malvin hanya tersenyum tipis saja.

"Aku ke kamar dulu ya bun," ucap Malvin, dan ia pun langsung melangkah menuju kamarnya setelah mendapat anggukan kepala dari Nila.

Malvin duduk di tepi tempat tidurnya, ia mengusap wajahnya kasar dan kemudian tangannya terulur mengambil sebuah bingkai foto yang ia letakkan diatas nakas.

Malvin terus memandangi bingkai foto yang terdapat figur Caramel yang sedang tertawa lepas di dalamnya, dan tanpa sadar kedua sudut bibir Malvin pun tertarik keatas.

"Hey.. Malvin kangen.." Bisiknya sambil terus mengusap-usap bingkai foto tersebut.

"Kapan aku bisa ketemu kamu lagi? Dulu kan kamu yang minta aku buat nggak pernah ninggalin kamu, tapi kenapa sekarang malah kamu yang ninggalin aku?"

"Kamu nggak pernah konsisten sama omongan sendiri, kamu ngeselin, kamu selalu bikin aku marah. Tapi aneh, kenapa aku nggak pernah bisa berhenti mencintai kamu?" Malvin terus bermonolog dengan bingkai foto yang berada ditangannya.

"Bisa nggak sih sehari aja kamu nggak bikin aku kangen, Ra? Aku udah cukup capek sama kerjaan di kantor, jadi kamu nggak usah bikin aku capek nahan kangen juga dong."

Malvin menghela napasnya.
"Aku tau, kamu pasti lagi ketawain aku sekarang karena aku udah persis kaya orang gila yang suka ngomong sendiri."

Malvin terdiam. Dan tiba-tiba sebuah ketukan halus terdengar dari pintu kamar Malvin yang tidak tertutup rapat. Malvin pun mengalihkan pandangannya kearah pintu dan ternyata Nila sedang berdiri disana sambil tersenyum kearahnya.

"Masuk bun," ucap Malvin dengan suara yang sangat tidak bersemangat.

Nila pun masuk kedalam kamar dan duduk disebelah anak laki-lakinya itu.

"Kangen sama Caramel?" tanya Nila seraya merangkul bahu Malvin.

Malvin menganggukkan kepalanya.

"Bang Vin solat, temuin Caramel didalam doa abang."

Malvin tidak menyahut apapun ia malah menundukkan kepalanya.
"Bun, aku udah dewasa, tapi kenapa aku masih bodoh aja karena terus berharap sama sesuatu yang nggak mungkin bisa aku milikin?"

CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang