FIFTY EIGHT

9.8K 454 15
                                    

Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 04.00 sore. Malvin masih tertidur sudah sejak dua jam yang lalu, sedangkan Caramel kini tengah mati-matian menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang kepalanya lagi. Perutnya pun seketika terasa ingin mengeluarkan semua isinya.

Sungguh Caramel tidak sampai hati untuk mengganggu tidur Malvin, hingga akhirnya ia pun nekat berjalan sendiri menuju toilet yang berada di ruangannya padahal pandangannya saat ini sudah tidak fokus dan rasa pusing itu semakin menjadi-jadi saat ia beranjak dari posisi tidurnya. Caramel membekap mulutnya sendiri tapi karena rasa mual itu sudah tidak dapat ditahan lagi, alhasil ia pun terjatuh dan memuntahkan semua isi perutnya tepat didepan pintu toilet.

Malvin terbangun dari tidurnya karena mendengar suara gaduh yang tanpa sengaja diciptakan oleh Caramel. Malvin membulatkan matanya sempurna saat melihat kondisi Caramel, dengan cepat ia langsung berlari kearah gadis yang tengah terduduk lemas didepan toilet itu.

"Ra!!"

Caramel menoleh kearah Malvin yang kini sudah berada tepat disebelahnya.

"Gue ganggu tidur lo ya?" tanya Caramel lemah.

Malvin memeluk tubuh Caramel seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Matanya terus menatap Caramel penuh khawatir.
"Gue disini buat lo, harusnya lo bilang sama gue kalo lo butuh apa-apa," ucap Malvin dengan suara yang sangat rendah.

Caramel menelan salivanya susah payah.
"Lo nggak perlu repot-repot Vin.."

"Ra.. Lo nggak pernah ngerepotin gue.." lirih Malvin.

Caramel tersenyum lemah lalu sedetik kemudian matanya pun tertutup rapat, gadis itu kembali tak sadarkan diri. Malvin menggelengkan kepalanya kencang.

"Dok..!! Dokter..!!!" Malvin berteriak histeris.

Tidak lama kemudian seorang dokter pun masuk kedalam ruang rawat Caramel dengan terburu-buru.

"Dok cepetan dok! Tolongin..!" seru Malvin panik.

Dengan cekatan dokter tersebut pun langsung mengangkat tubuh Caramel dan menidurkannya kembali diatas tempat tidur rumah sakit. Sedangkan Malvin masih terduduk lemas dilantai. Ia merasa kehilangan seluruh tenaga di tubuhnya. Dan bersamaan dengan itu, seorang suster dan seorang dokter lagi masuk ke dalam ruang rawat Caramel.

"Adek bisa tolong keluar dulu?"

Malvin hanya menganggukkan kepalanya lemah kemudian ia pun berjalan keluar ruangan dengan langkah gontai.

Malvin terduduk lemas di bangku panjang depan ruang rawat dengan kepalanya yang terus tertunduk.

"Lo harus kuat Ra. Lo harus kuat!" gumam Malvin.

"Caramel kenapa, Vin?" tanya Galang yang entah sejak kapan sudah berdiri tepat di hadapannya.

Malvin mendongakkan wajahnya menatap Galang. Dan ada Arvin juga disana.

"Dia nggak sadar lagi," jawab Malvin dengan suara yang sangat pelan.

Galang menghembuskan napasnya panjang seraya memijat pangkal hidungnya. Ia sangat benci mendengar kabar buruk tentang adiknya itu.

Tiba-tiba Malvin berdiri dari duduknya.
"Lang, gue harus jelasin semua ini sama lo dan Caramel, sebelum semuanya terlambat."

"Nggak perlu, Arvin udah ceritain semuanya sama gue. Gue maafin kesalahan lo," ucap Galang, dan Malvin pun langsung mengalihkan pandangannya pada Arvin yang sedang tersenyum tipis.

"Thanks, Vin."

Arvin menepuk pundak Malvin dua kali.
"Santai, bro."

"Tapi tetep gue masih nggak terima karena lo udah sakitin perasaan ade gue, Vin," ucap Galang.

CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang