FORTY FIVE

10.3K 496 10
                                    

Caramel terbangun di keesokan paginya dengan kondisi yang sudah lebih baik dari kemarin walau tubuhnya masih terasa sangat lemas.

Caramel bangun dari tempat tidurnya dan berjalan kearah jendela kamarnya dengan langkah tertatih-tatih kemudian membuka jendela itu membiarkan udara pagi dan cahaya matahari menerobos masuk kedalam kamarnya.

Caramel kembali duduk diatas tempat tidurnya lalu melihat kearah jam yang baru menunjukkan pukul 08.30 pagi.
Ia menghembuskan napasnya kasar begitu melihat ponselnya yang tergeletak dilantai sebelah tempat tidurnya, kalimat dari sebuah pesan singkat yang dikirimkan Malvin kini kembali memenuhi ingatannya membuat rasa sakit di hatinya kembali terasa.

Caramel berusaha tak mempedulikan rasa sakit itu dan memilih beralih menumpuk bantalnya untuk dijadikan senderan lalu memakan sandwich yang telah disiapkan untuknya diatas nakas.

Saat Caramel sedang menikmati sandwich nya tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamarnya. Dengan sangat malas ia pun kembali bangkit dari tempat tidurnya untuk membukakan pintu. Caramel sempat tak menyangka kalau ternyata yang mengetuk pintu kamarnya adalah Surya.

Caramel hanya menatap Surya datar tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"Kamu sakit?" tanya Surya.

Caramel tersenyum palsu.
"Sejak kapan papa peduli sama kesehatan aku?" Caramel balik bertanya dengan nada menyindir.

"Ada Arthur dibawah, dia yang bilang ke papa kalau kamu lagi sakit. Cepat mandi setelah itu langsung temui dia, jangan buat laki-laki itu menunggu lama," ucap Surya yang terlihat sama sekali tak peduli dengan bibir pucat Caramel yang menandakan bahwa anaknya itu memang tidak dalam kondisi yang baik-baik saja.

"Aku mau tidur," kata Caramel kemudian hendak menutup pintu kamarnya kembali.

"Kalau begitu papa akan menyuruh Arthur untuk langsung ke kamar kamu," ucap Surya tanpa merasa bersalah.

Seketika Caramel membelalakkan matanya.
"Orang tua macam apa sih yang ngebiarin anak gadisnya berduaan sama laki-laki didalam kamar?"

Surya terkekeh.
"Tidak usah sok suci Caramel, bukannya kamu sudah biasa berduaan dengan laki-laki didalam kamar?"

Hati Caramel terasa sangat hancur mendengar ucapan yang keluar dari mulut Surya, ia bisa baik-baik saja jika kalimat itu keluar dari mulut orang lain, tapi sangat berbeda rasanya jika kalimat itu keluar dari mulut orang tuanya sendiri.

"Maksud papa ngomong kaya gitu apa sih?" tanya Caramel tak suka.

"Papa bicara sesuai fakta, kamu memang sering kan berduaan dengan Malvin didalam kamar kamu? Jangan pikir papa tidak tau hal itu," ujar Surya.

Caramel benar-benar tak tahan lagi lama-lama berhadapan dengan papanya sendiri, karena itu hanya menambah rasa sakit dihatinya saja.

"Suruh aja laki-laki yang ada dibawah itu pulang, karena aku nggak mau nemuin siapapun." Setelah mengucapkan itu Caramel langsung membanting pintu kamarnya.

Caramel menjatuhkan tubuhnya ke lantai, air matanya kembali mengalir dengan deras. Hati Caramel benar-benar hancur saat ini, ia merasa tidak ada lagi manusia bernyawa yang peduli dengannya.

Tiba-tiba ponsel Caramel berdering dan menampilkan nama Arthur, dengan penuh amarah Caramel meraih ponselnya dan menjawab telepon itu.

"Denger gue baik-baik, PERGI LO DARI SINI!! GUE NGGAK MAU KETEMU SAMA SIAPAPUN!" teriak Caramel dengan air mata yang terus mengalir.

"Ra, please gue mau ngomong sama lo sebentar aja.."

Caramel mengelap air matanya dengan kasar.
"Gue bilang gue nggak mau ketemu siapapun, bangsat!"

CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang