ELEVEN

18.1K 948 9
                                    

Author pov

Di dalam mobil yang sedang melaju kearah salah satu mall yang berada di kawasan Jakarta, Caramel masih terus saja memanyunkan bibirnya, ia sama sekali tidak mau menoleh kearah sosok laki-laki yang sedang menyetir disebelahnya itu.

"Kalo lo masih terus cemberut kaya gitu gue bakal turunin lo sekarang juga," ucap Malvin yang sudah jengah sekali melihat wajah kusut Caramel.

"Ya udah turunin gue aja, emang lo pikir gue nggak bisa naik kendaraan lain gitu?" ujar Caramel tanpa mengalihkan pandangannya dari luar jendela mobil.

"Emang lo bawa uang?" tanya Malvin yang seketika membuat Caramel kehabisan kata-kata.

Pasalnya Caramel saat ini memang tidak membawa uang sepeserpun, karena tadi ia tidak mau membawa dompetnya dengan alasan jika Galang tidak bisa mengantarnya maka ia tidak mau mengeluarkan sedikitpun uang dari dompetnya.

Kini Caramel hanya diam saja, ia tidak tau harus menjawab apa.

"Makanya jadi orang nggak usah kaya anak kecil," sindir Malvin yang berhasil membuat Caramel menoleh kearahnya dengan raut wajah kesal.

"Gue bukan anak kecil!" sentak Caramel.

"Lo emang bukan anak kecil, tapi sifat lo yang kaya anak kecil," ucap Malvin seraya tertawa meremehkan.

"Tau nggak, lo itu orang ternyebelin yang pernah ada di muka bumi ini!" ucap Caramel dengan menekankan kata 'ternyebelin'.

"Gue nggak peduli tentang penilaian lo terhadap gue, yang gue peduliin sekarang adalah kenapa gue bisa ketemu sama makhluk sensian kaya lo gini. Bikin sial gue mulu tau nggak," ejek Malvin lagi.

Tapi ucapan Malvin itu sukses membuat Caramel tambah marah padanya.

"Malvin!! Gue benci sama lo!!!" teriak Caramel sambil memukuli tubuh Malvin secara membabi buta.

Malvin hanya tertawa saja tanpa ada niatan untuk menghindar dari serangan Caramel.

"Udah diem, nanti gue bisa nabrak." Malvin mendorong tubuh Caramel agar duduk seperti semula dengan sebelah tangannya.

"Bodo amat nabrak aja, emang gue peduli!" Caramel menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

"Ya gue sih bukan takut lo yang celaka, tapi gue takut mobil gue yang celaka. Kalo lo celaka tapi mobil gue baik-baik aja sih gue nggak masalah," ucap Malvin yang lagi-lagi berhasil membuat Caramel tambah menekuk wajahnya.

Malvin tertawa saat melihat ekspresi marah yang Caramel tunjukan padanya.

"Bercanda," sebelah tangan Malvin terulur untuk mengacak rambut Caramel.

"Ih nggak usah sentuh-sentuh gue!" seru Caramel seraya menyingkirkan tangan Malvin dari puncak kepalanya.

Malvin hanya terkekeh saja dan memilih diam kembali karena ia sudah puas mengganggu gadis itu.

∆∆∆

Setelah Caramel sudah mendapatkan semua yang ia mau, kini ia dan Malvin memutuskan untuk mampir ke salah satu restoran yang berada di mall tersebut.

Oh iya, Caramel pun sudah berdamai dengan Malvin sejak tadi.

"Vin, mau cobain dong," pinta Caramel, lalu ia langsung saja mengambil satu udang yang ada di piring Malvin.

"Emm enakh Vin." Caramel mengunyah udang yang ia ambil dari piring Malvin dengan semangat.

"Nih abisin." Malvin mendorong piringnya yang berisi udang saus tiram mendekati Caramel.

CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang