THIRTY

12K 579 14
                                    

Sudah sekitar setengah jam setelah dari kafe tempat Caramel bimbingan tadi gadis itu terus saja memasang wajah masamnya.

Bahkan Malvin sudah muak saat melihat Caramel yang sedang memakan nasi goreng tanpa ada senyum sedikitpun. Dan entah mengapa hatinya jadi ikut kesal karena Arthur berhasil menghilangkan senyum dari wajah Caramel.

"Sampe kapan lo mau cemberut kaya gitu?" tanya Malvin seraya menyuap satu sendok nasi goreng terakhirnya.

Bukannya menjawab tapi Caramel malah hanya menghembuskan napasnya dengan kasar.

"Lo marah gara-gara apa?" tanya Malvin yang lagi-lagi tidak mendapat respon dari Caramel.

"Jawab kalo gue lagi nanya."

"Arthur," akhirnya Caramel mengeluarkan sedikit suaranya.

"Terus kenapa malah cemberutnya sama gue?" tanya Malvin lagi.

"Ya karena cuma lo yang ada dihadapan gue sekarang! Kalo disini ada tu orang juga pasti gue udah amuk dia sampe rasa kesel gue ilang," ucap Caramel dengan juteknya.

"Ya seharusnya karena lo udah pergi dari kafe itu, lo bisa ilangin rasa kesel lo. Bukan malah tambah jadi kaya gini."

Caramel meletakkan sendok serta garpu yang sedang ia pegang dengan kasar lalu menatap Malvin tajam.

"Mending lo diem aja deh sebelum mood gue tambah ancur. Karena lo nggak bakal tau gimana rasanya lagi kesel dan nggak bisa pelampiasin amarah lo ke siapapun!" seru Caramel.

"Ya udah sekarang lo bisa jadiin gue objek pelampiasan lo sampe rasa kesel lo itu ilang," ucap Malvin.

"Pindah lo kesini!" perintah Caramel seraya menunjuk bangku di sebelahnya.

Malvin pun menuruti Caramel dan mengubah posisi duduknya yang semula berhadapan dengan Caramel menjadi bersebelahan.

"Gue kesel sama lo..!" seru Caramel seraya memukuli tubuh Malvin dengan membabi buta.

Malvin hanya sesekali memejamkan matanya saat merasakan sedikit nyeri pada tubuhnya akibat pukulan Caramel.

Gadis itu benar-benar menjadikan Malvin sebagai samsak tinjunya. Dan beruntung keadaan disana sedang sepi, jadi mereka tidak akan menjadi bahan tontonan.

"Gue. Kesel. Kesel. Kesel banget sama lo!!" sebuah tonjokan diperut Malvin menjadi penutup atas amarah Caramel saat ini.

Malvin beberapa kali menarik dan menghembuskan napasnya secara perlahan guna menetralisir rasa nyeri pada tubuhnya yang di ciptakan dari amukan Caramel.

Malvin beralih menatap Caramel yang tengah bernapas tersenggal-senggal. Tangan Malvin pun terulur memberikan air minum untuk Caramel.

Bukannya menerima air minum yang di berikan oleh Malvin namun Caramel malah menubruk tubuh Malvin dan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang laki-laki itu.

Malvin mengusap-usap punggung Caramel menciptakan rasa nyaman yang luar biasa pada gadis itu.

"Makasih udah bikin mood gue jadi lebih baik. I love you so much, Putra Adhitama," ucap Caramel dalam pelukannya.

Malvin tersenyum samar, entah mengapa akhir-akhir ini Malvin selalu merasakan ada sebuah gelitikan halus di hatinya setiap kali ia mendengar kata-kata manis yang di ucapkan oleh Caramel.

Caramel melepas pelukannya dan menatap Malvin dengan rasa bersalah.
"Maaf gue udah nyakitin lo," ucap Caramel pelan.

Malvin menjepit kedua sudut bibir Caramel menggunakan ibu jari dan jari telunjuknya.
"Tumben ni mulut gampang banget ngomong maaf."

CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang