12. Primadona Cilik

77 15 0
                                    

Seperti biasa, pada hari senin pagi rombongan anak Afdeling 11 menunggu angkutan sekolah di sekitar papan selamat datang. Hari ini ada yang terasa berbeda . Ada yang menarik perhatianku lagi. Aku melihat sosok bocah perempuan cantik berkulit salju dan bocah laki-laki hitam berambut ikal. Mereka adalah Liana dan Ody yang tempo hari baru menjadi temanku. Mereka tidak hanya berdua, tampaknya masing-masing walinya akan mendaftarkan mereka ke SD kami. Baik, apakah mereka bisa beradaptasi? Seperti halnya kami yang sudah merasakan berbagai ujian demi terus mendapatkan ilmu di sekolah.

Aku mendekati mereka. Bukan mereka, tapi Liana. Entah kenapa Liana begitu menarik di mataku. Dia layaknya magnet cantik yang menarik badanku ketika aku melihatnya.

"Liana mau daftar sekolah?" tanyaku membuka perbincangan.

"Iya," jawabnya singkat sambil tersenyum.

Belum apa-apa, truk berwarna kuning mendekat papan selamat datang afdeling 11. Truk tersebut lalu berhenti di depan kami. Kami segera menaiki truk tersebut.

Di sepanjang perjalanan bersama truk angkutan, aku tak bisa berhenti memandang Liana. Bocah perempuan berkulit salju itu benar-benar menarik perhatianku. Matanya lebar dan berbinar-binar. Apalagi saat tersenyum, manis sekali seperti rasa coklat yang terpendam di dalam bulatan kue bakpao. Ya, sudah kubilang itu, pipinya gembil seperti bakpao.

Di lain sisi, aku juga sibuk menyimak perbincangan antara ibunya Liana dan Kak Ozi, anak tertua di truk yang kini duduk kelas 6 SD. Ia diajak berbincang oleh Ibunya Liana. Ia bertanya-tanya tentang sekolah SD Long Jenew dan pengalaman kami selama sekolah disana. Kak Ozi  menjawab berdasarkan fakta layaknya seorang narasumber yang jujur. Ia menceritakan bagaimana kurangnya fasilitas di SD Long Jenew sampai-sampai harus menimba air untuk beristinja, tentang kurangnya fasilitas pembelajaran seperti lapangan olahraga dan laboraturium, bagaimana manahan lapar saat uang saku habis dan harus menunggu angkutan yang tak kunjung datang, bagaimana kami harus bermandi lumpur untuk mengeluarkan angkutan kami yang terjebak di lumpur, tantang datangnya hujan yang membuat kami menunda sekolah, dan bagaimana kami harus pulang malam yang disebabkan oleh angkutan pengkhianat waktu. Kak Ozu menceritakan semua sisi negatifnya.

"Tapi jangan khawatir bu, walaupun terlihat memprihatinkan, tapi lambat laun pasti akan terbiasa dan menikmatinya. Disini kami diajarkan mandiri oleh keadaan. Semua anak yang sekolah di Long Jenew adalah anak-anak diajarkan untuk kerja keras, pantang menyerah, semangat dan pekerja keras. Mereka juga tidak pernah mengeluh kecuali ketika lapar," ujarnya. "Ya bagaimanapun, ini adalah tanah perantauan, kami tidak bisa mengharap banyak ketika menumpang di tanah orang. Sudah ada sekolah, sudah bagus untuk kami," cetusnya lagi.

"Yah itu bagus, semoga saja Liana bisa cepat beradaptasi dengan keadaan," balas ibunya Liana.

Waktu satu jam di dalam truk angkutan serasa singkat. Saking asiknya menyimak obrolan ibunya Liana dan kak Ozi sembari memandang wajah elok Liana, sampai-sampai aku tak sadar ternyata truk kami sudah tiba di SD Long Jenew.

"Sekolah ini yang hampir setengah tahun aku jajah ilmunya. Selamat datang di SD Long Jenew," ucapku memperkenalkan sekolahku dengan bangganya kepada Liana dan Ody yang mungkin untuk pertama kalinya mereka menapakkan kaki di halaman SD Long Jenew.

"Lebay," umpat Eby.

Aku mengacuhkan umpatan Eby. "Mari aku antarkan sampai ke kantor guru," tawarku kepada Ibunya Liana.

Aku mengantarkan mereka sampai di depan kantor guru. "Ini kantornya bu," kataku. Setelah itu, aku langsung baranjak menuju kelas dan mengikuti pembelajaran seperti biasa.

Selang beberapa menit berada di dalam kelas. Ibu Romlah (wali kelas 1C) membawa bocah perempuan cantik berkulit salju itu, Liana. Ia berdiri di samping Ibu Romlah untuk bersiap memperkanalkan diri.

"Hay teman-teman, namaku Rusliana Anggreani. Sering dipanggil Liana. Saya pindahan dari Long Kejiak. Apa ada yang mau ditanyakan?" ujar Liana memperkenalkan diri.

Semua terdiam hening. Kutebak, mereka terpukau dengan senyumam Liana. Yah akupun begitu, aku serasa dihipnotis olehnya. Dia sangat cantik.

Terimakasih telah membaca
Jangan lupa vote

SERIBU CERITA DI PULAU SERIBU SUNGAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang