14. Prestasi dan Perpisahan

104 18 2
                                    

Tinggal menghitung waktu, anak-anak dewata dan anak-anak puhus akan meninggalkan SD Long Jenew. Calon sekolah baru kami sudah berdiri kokoh, menampangkan diri di tengah-tengah kebun sawit. Sedangkan pengambilan rapot akan dilaksanakan hari ini. Dua hal tersebut adalah alasan paling  singkron mengapa kami akan segera mengakhiri perjalanan di SD Long Jenew. Tempat yang hampir satu tahun ini kami jajah ilmunya.


SD Long Jenew memiliki sistem yang sedikit berbeda. Kami semua akan mengambil rapot tanpa wali murid. Kesibukan orang tua dan jarak tempuh yang jauh antara sekolah dengan kediaman kami adalah faktor utama penyebab munculnya sistem mandiri tersebut. Sehingga, mau tidak mau murudlah yang harus mengambil rapotnya sendiri.

Hari itu sedang pelaksanaan upacara bendera, Pak Rifad selaku kepala sekolah SD Long Jenew membacakan pidato perpisahan di depan siswa siswi SD Long Jenew. Kulihat Bu Hani sampai menangis mendengar pidatonya. Ia memang sangat dekat dengan murid-muridnya, wajar jika ia sangat bersedih tatkala akan berpisah dengan sebagian muridnya. Aku juga merasa sedih. Hari ini adalah hari terakhirku untuk bisa duduk sebangku dengan Arham. Hari-hari selanjutnya aku sudah tidak bisa lagi belajar dengan Arham, melihat Arham mengunyah permen, melihat kejeniuasan Mirna, tak akan melihat sekolah sederhana ini lagi, tak akan melihat WC bobrok itu lagi, sumur dalam itu, lebung itu, dan tentunya guru-guru SD Long Jenew yang baik hati.

Setelah selesai upacara bendera, semua murid masuk ke dalam kelas. Lalu dibagilah repot hasil belajar kami. Dan sukur alhamdulillah, aku berhasil mendapat peringkat 2, sedangkan Mirna berhasil menyambat peringkat 1. Prestasi ini akan menjadi kabar baik untuk ibu dan ayah. Setidaknya waktu belajarku tidak sia-sia.

"Kau mau ini?" Arham menawarkan permen karet. Sebuah hal yang biasa, yang mungkin tak akan pernah aku saksikan lagi di hari-hari yang akan datang.

Aku mengangguk dan menengadahkan telapak tangan. Lalu Arham menaruh 3 bungkus permen keret untukku.

"Itu adalah yang terakhir, selanjutnya aku tidak bisa memberikan lagi untukmu." Ucapan Arham menggetarkan hatiku. Ia benar, mungkin ini adalah yang terakhir.

Aku menjabat tangannya, lalu tersenyum. "Terimakasih, sudah menjadi kawanku hingga detik ini."

"Sama-sama kawan, selamat tinggal dan sampai jumpa lagi." Kami melapaskan jabatan tangan.

Kami berjalan keluar kelas bersama. Lalu Arham teleh dijemput oleh ibunya. Aku memandang langkahnya dari jauh. Saat ia berdiri di sisi ibunya, ia berbalik ke arahku. Mata kami saling bertemu, kami melambaikan tangan dengan irama yang serasi. Dan itu adalah detik yang paling akhir, detik-detik selanjutnya aku merasa hampa dan wajah Arham sudah lenyap dari pandanganku. Inikah yang terakhir aku melihatnya? Ia dibawa pergi oleh ibunya. Sosok sahabat terbaik tak akan ku lihat lagi. Tanda kusadari, wajahku telah berkaca-kaca.

Walaupun keadaan sekolah masih sangat ramai, tapi aku merasakan sesuatu yang hampa. Bahkan predikat peringkat 2 yang aku raih serasa tak bisa mengobati rasa sedihku.

Aku berjalan menuju truk angkutan dengan lesu. Kulihat Mirna dan bersama teman lainnya sedang berbincang-bincang. Mirna sendiri akan melanjutkan sekolah di sekolah baru yang ada di Puhus, sedangkan aku akan melanjutkan sekolah di sekolah baru yang ada di Dewata. Intinya kita tak akan satu sekolah lagi. Dan tak akan saling menyapa lagi.

Aku mendekati Mirna. "Hai Mir," sapaku.

"Hai pin."

"Selamat ya, peringkat 1."

"Terimakasih." Mirna tersenyum.

Kami sedikit basa-basi lalu mengucapkan  sampai jumpa secara bergantian. Setelah Arham, kini aku harus berpisah dengan Mirna. Orang langka yang pernah aku kenal. Aku selalu kagum dengan kejeniusannya dan kebaikannya. Orang seperti Mirna akan sangat sulit untuk kutemukan lagi.

Babarapa setelah kami berpisah, aku sudah berada di dalam bak truk. Bersamaan dengan perjalanan waktu, kami pun semakin dekat dengan kata 'dadah'. Kami melambaikan tangan kepada orang-orang di SD Long Jenew. Kami telah meninggalkan SD Long Jenew tanpa akan bersinggah kembali. Kini roda-roda perjalanan kami hanya tinggal bekas. Semua kenangan yang kulewatkan di SD Long Jenew akan tersemat dalam hati. Begitu juga kenangan ketika kami asik bermain di dalam truk; saat kelaparan masal karena truk terjebak, pulang malam, bernyanyi bersama di dalam truk, hingga melawan hujan untuk memperjuangkan lembaran soal UKK, dan masih banyak lagi. Semua itu adalah pengalaman yang sangat luar biasa. Pengalaman yang langka, mungkin hanya akan dirasakan oleh anak-anak yang hidupnya di rantau seperti kami.

#terimakasih

SERIBU CERITA DI PULAU SERIBU SUNGAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang