Hari ini, kami kembali bersekolah seperti biasa. Tidak ada yang bolos walau sabtu lalu kami baru saja selesai mengikuti acara jambore. Aku juga sudah sembuh dari demamku. Semua berjalan seperti biasa lagi.
Ada yang sedikit menarik perhatianku. Kulihat Piala kami sudah dipajang di lemari perpustakaan mini. Aku heboh. Lalu mengajak teman-teman menyaksikan gagahnya sebuah piala yang berdiri di sebuah lemari berkaca. Aku, Andi, Ikhsan, Denis, Akmal, dan Rudi mengerumuni lemari kaca dan manatap satu-satunya piala di lemari itu.
"Ini adalah hasil perjungam kami," cetus Denis.
"Jika dipajang di lemari seperti ini, dia terlihat sangat gagah," kataku takjub dengan mata membulat menatap sebuah piala di dalam lemari.
"Tapi dia kasihan. Dia sendiri. Dia seperti seorang jomblo." Rudi menatap piala dengan bangga, dengan sedikit celotehan komedi garing. Dia adalah satu-satunya dari kelas 4 SD yang berada di kerumunan lemari kaca.
"Aku yakin, suatu hari nanti dia akan mendapat pasangannya bahkan keluarganya," kataku dengan yakin lalu menepuk punggung Rudi. Merasa bodoh kenapa aku menyambung komedi sampah milik Rudi.
"Dia adalah yang paling gagah di ruang lemari kaca ini." Tambah Andi sambil meraba-raba kaca lemari seakan-akan ingin menangkap piala tersebut. Dia bukan melawak, dia sedang helusinasi.
"Dasar bodoh, ya iyalah dia yang paling gagah. Kan di ruangan itu hanya ada dia." Ternyata Pinky dan Yuli sudah berdiri di belakang kami. Kupikir omongan Pinky benar dan Andi memang bodoh.
"Aku tau. kau pasti iri, karena regu putri tidak memperoleh piala. Iya kan?" Andi mengejek Pinky.
"Jangan begitu kawan," kataku menasehati Andi. Harusnya ia tidak berkata sombong seperti itu.
Pinky maju lalu memukul wajah Andi. Kemudian dia dan Yuli pergi.
"Hai, cewek. Aku ingin dipukul lagi. Pukulanmu manis!" seru Andi. Ia benar-benar berhalusinasi. GOMBALAN SAMPAH!
Kami kembali menatap piala itu, dan berkata-kata.
"Ini piala tergagah yang pernah kudapat setelah trophy liga champion," kata Ikhsan. Maksud Ikhsan adalah Piala Champion yang ia dapat saat bermain game PES.
"Memang kau pernah mendapat trophy champion." Andi bertanya dengan polos. BODOH!
"Yah pernah," jawab Ikhsan mengagetkan Andi. "Di PlayStation," lanjutnya membuat Andi memukul-mukul dahinya.
"Dasar pembohong!" Andi menjitak kepala Ikhsan. Wajahnya geram.
"Dan kamu terlalu bodoh!" Ikhsan tertawa. Ia membalas mencubit paha Andi.
Demi apapun, aku merasa sangat bangga bisa ikut terlibat dalam mempersembahkan piala pertama SDN 015 Muara Wahau. Untuk pertama kalinya juga aku bisa memperoleh piala. Sebelumnya, aku hanya bisa menelan ludah melihat orang lain menggotong piala di turnamen-turnamen bola volly atau sepakbola yang sering diadakan PT Dewata Sejahtera.
#Terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
SERIBU CERITA DI PULAU SERIBU SUNGAI
General FictionTidak ada yang disedihkan. Tak ada yang dimasalahkan pula. Kami anggap ini adalah hukum alam. Siapa yang mau ilmu, dialah yang harus berusaha. Karena bukanlah ilmu yang memberi kita fasilitas, tapi kitalah yang dituntut untuk bekerja keras. Sekeras...