Menjelang hari perpisahan, kami mengadakan liburan untuk memberikan kesan manis sebelum benar-benar saling pergi menuju jalan hidupnya masing-masing. Tentu saja, banyak diantara kami yang akan melanjutkan sekolah di kampung halaman dan memutuskan kontrak sebagai anak orang rantau. Aku, Agung, Andi, Ody, Akmal, Ikhsan, Liana, dan Ovi dipastikan akan meninggalkan tanah kalimantan dan akan melanjutkan pendidikannya di tanah kelahiran. Sedangkan sisanya diperkirakan masih akan bertahan di tanah rantau.
Kami akan berlibur ke Sungai Seleq yang letaknya jauh di Ongbeng. Jalanan berdebu mengiringi perjalanan kami. Ini lebih parah dari pada di Dewata. Bahkan tumbuhan di tepi jalan terlihat samar-samar karena terhalang tebalnya gumpalan debu. Jika kami tidak menumpang bus perusahaan, pasti mata kami akan sakit dan memerah karena kemasukan debu.
Tapi kami bersyukur karena kami berlibur ke Sungai Seleq pada musim yang tepat, yaitu kemarau. Jika saja hari ini musim hujan sedang berlangsung, jalanan tidak lagi berdebu tapi akan licin luar biasa. Jika jalanam licin, bus kami tak akan bisa jalan dan kami tidak akan tiba di tempay.
2 jam perjalanan bersama dengan debu-debu yang terus mengiringi, akhirnya kami tiba di Sungai Seleq. Kami melihat sungai dengan air yang jernih dan pemandangan yang alami. Pohon-pohon besar di tepi sungai, batu-batu yang berlimpah di sepanjang sungai, tumbuhan-tumbuhan yang belum tersentuh, serta air yang mengalir tenang bisa menyucikan pandangan kami yang sejak tadi asam memandang debu-debu biadap atau belakangan ini jenuh dengan pembahasan materi UN.
Tanpa basa-basi kami langsung barganti baju lalu bermain air di Sungai Seleq. Segala macam permainan dan gaya kami peragakan, mulai dari salto depan, salto belakang, renang gaya dada, renang gaya bebas, lomba menahan nafas di dalam air, hingga bermain kejar-kejaran. Sungguh sangat menyenangkan. Dan ini adalah kebersamaan terakhir yang paling berkesan. Pada masa-masa yang akan datang, mungkin kami tak bisa lagi seperti ini, mungkin aku tak akan lagi menatap wajah-wajah familiar mereka. Atau yang paling aku takuti, waktu akan membuat kami lupa bahwa kita pernah berjuang bersama, kami pernah tertawa bersama, kami pernah mengobrol bersama, dan tentunya meraih piala pertama untuk SDN 015 Muara Wahau bersama. Dan ketika kami dilupakan oleh waktu, saat itu juga tak akan ada yang saling mengenal. Tak ada saling menyapa, apalagi bertanya kabar. Aku takut itu terjadi, tapi semoga saja ketakutanku tidak akan pernah terjadi.
Setelah waktu menunjukan pukul 15.00 WITA, kami memutuskan pulang. Lalu di tengah perjalanan, kami saling bercanda sambil bermain poker bersama Pak Dien. Jangan berfikir negatif dulu, kami hanya bermain poker, bukan berjudi. Anggap saja ini permainan untuk menghibur diri tanpa merugikan satu sama lain.
Kami tiba di SDN 015 Muara Wahau pada pukul 07.00 WITA, kami tak langsung pulang karena sudah sore. Seperti biasa, kami menginap di rumah Pak Dien yang sudah kami anggap seperti rumah kedua.
Setelah sholat Maghrib, kami mengaji bersama. Lalu bermain PES bersama dengan layar proyektor yang dipancarkan ke dinding. Ini adalah yang terakhir kali kami bisa menginap di rumah Pak Dien. Tahun depan mungkin akan ada junior kami yang bisa meramaikan rumah Pak Dien.
Aku merasa sangat sedih dan belum siap jika harus meninggalkan segala kenangan indah yang sudah aku lalui di SDN 015 Muara Wahau. Aku belum siap berpisah dengan teman-teman yang sudah hampir 5 tahun ini selalu berjuang bersama. Aku belum siap baradaptasi di lingkungan baru, mendapat teman baru, mempunyai guru baru. Aku belum siap dengan semua itu.
Kami sungguh akan berpisah. Aku pasti akan merindukan mereka. Oh Tuhan, aku ingin menangis.
***
Hari ini adalah acara perpisahan kami. Di ruang gabungan kelas 1 dan 2 yang di disaian semewah mungkin dengan balon-balon yang yang bergelantungan di plafon dan pita-pita yang melambai-lambai di jendela menambah kesan indah. Bangku-bangku juga di tata dengan barisan terbaik dan sebegitu rapinya. Di barisan bangku paling depan sudah duduk para orang-orang penting. Seperti Manager PT. Dewata, Kepala Sekolah SDN 015 Muara Wahau, Staf-staf penting lainnya. Di barisan bangku tengah sudah duduk para orang tua kami, wali murid Siswa-siswi kelas 6 SD. Dan barisan bangku paling belakang adalah para adik-adik kelas kami yang akan mengganti posisi kami di masa-masa yang akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERIBU CERITA DI PULAU SERIBU SUNGAI
General FictionTidak ada yang disedihkan. Tak ada yang dimasalahkan pula. Kami anggap ini adalah hukum alam. Siapa yang mau ilmu, dialah yang harus berusaha. Karena bukanlah ilmu yang memberi kita fasilitas, tapi kitalah yang dituntut untuk bekerja keras. Sekeras...