Hari minggu setelah gajian adalah hari paling dinantikan oleh seluruh umat manusia yang ada di PT. Dewata Sawit Nusantara. Sebab, di hari tersebut adalah jadwal bagi para pekerja untuk bersenang-senang menjajakan sebagian gaji hasil dari jerih payah mereka selama satu bulan. Tak lain lagi, kami akan melakukan hal tersebut di pasar yang letaknya jauh di Kecamatan. Walaupun kami harus menempuh jarak satu setengah jam untuk bisa tiba di pasar, bahkan harus menyeberangi sungai dengan perahu getek, tapi ini memang sudah tradisi kami sebagai orang perantauan. Pasar seakan-akan sudah menjadi tempet Refreshing bagi para petani Sawit. Kejenuhan karena terus bekerja di lingkungan persawitan akan menghilang seketika berada di pasar.
Seperti halnya ketika aku masih sekolah SD Long Jenew, untuk tiba di pasar pun tak semulus ketika Velentino Rossi menikung tajam di sirkuit. Ada kalanya truk yang menampung kami mendapat kendala dalam berkendara. Baik itu terjebak di lumpur, berjalan di jalan licin, kehujanan di tengah jalan, dan terakhir yang paling mengerikan adalah ketika truk yang menampung rombongan afdeling 13 terjungkal dan memakan korban.
Hari ini aku, adikku, dan ayah memang hendak berangkat ke pasar. Tidak ada niatan untuk berbelanja apapun, ini hanya refreshing sebulan sekali untuk menghilangkan hingar bingar pengapnya dunia persawitan yang sudah sangat membosankan di mataku.
Beberapa menit lalu kami sudah menyeberangi sungai. Kini tinggal menaiki mobil coak untuk benar-benar tiba di pasar. Hari yang begitu cerah, hingga jalanan begitu berdebu. Kadang jika cuaca sedang sangat panas, mata kami tak bisa melihat jalanan karena tertutup tebalnya debu. Jika hujan datang, jalanan akan licin luar biasa. Kendaraan yang melintas jalanan tersebut dipastikan perlu perjuangan ekstra agar mencapai tempat yang dituju. Namun hari ini kami patut bersukur, cuaca sedang bersahabat.
Setelah tiba di pasar, kami mulai berkeliling. Melihat-lihat sesuatu di selikitar pasar. mungkin hari ini aku hanya ingin membeli DVD film Jackhie Chan. Setelah itu kami akan mekan siang.
***
Hari yang begitu panas. Masih banyak sekali kendaraan yang mengantri untuk mendapat jatah berjalan. Mereka sangat sabar, menjalankan kendaraannya selangkah perlangkah. Suara-suara klakson dan mesin kendaraan berbunyi nyaring mengganggu pendengaran. Pemandangan mecet selalu kami jumpai setiap hari minggu setelah menerima gaji kerja.
Suara klakson dan mesin semakin terdengar ramai. Sorak-sorak pengendara berseru semakin ramai. Suasana semakin terasa panas. Hingga terdengar suara-suara rasis yang tak mengenakan untuk didengar. Aku dan lainnya yang sedang fokus menyantap makanan di sebuah rumah makan, sontak beralih melihat pemandangan jalan. Ada apa ramai sekali? Tak biasa jalanan seramai ini. Kulihat beberapa orang berlari-lari. Ada juga yang berteriak histeris.
Pemilik rumah makan yang tadi berdiri di pinggir jalan tiba-tiba menutup pintu warungnya. Raut wajahnya seperti orang ketakutan.
"Ada apa kang?" Tanya salah satu pengunjung rumah makan.
"Ada tawuran." Jawabnya.
Orang-orang yang berada di dalam menjadi tegang. Sedangkan diluar masih sangat ramai. Segala lemparan barang, suara dentuman, suara motor, kata-kata rasis menggema di telinga. Terdengar seperti suara perang. Aku bergidik ngeri mendengarnya.
"Siapa yang tawuran kang?"
"Tak tahu. Untuk sementara ruangan ini kami tutup biar aman."
Beberapa menit kemudian, suara tembakan terdengar di tengah-tengah gemuruhnya orang-orang yang sedang berseteru. Orang-orang di dalam rumah makan semakin tegang saling tengok sana sini. Sedangkan suasana luar masih terdengar ramai. Namun 30 menit berlalu, orang-orang yang berseteru tardengar berlari menjauh dan meneriakan "Polisi! Polisi!". Dan seketika itu suasana menjadi hening.
***
Saat kami tiba di Afdeling 11, berhembus kabar bahwa orang-orang yang tawuran tadi adalah dua geng motor yang saling berebut kekuasaan. Aku yakin, dua geng motor tersebut pasti adalah Qzruh dan Embun Malam. Terbukti Syahrul dan beberapa tersangka lainnya telah ditangkap polisi. Sayangnya sebagian pelaku berhasil kabur. Ada sekitar 30 palaku tawuran yang masih berekeliaran, mungkin termasuk Eby, Renal, dan Saddil. Untung saja tak ada korban yang meninggal di peristiwa itu.
dalam waktu singkat, peristiwa tawuran yang terjadi tempo hari menjadi topik utama dimanapun orang-orang berbincang. Ditambah dengan Syahrul yang nasibnya sial karena ditangkap polisi, dirinya kini malah menjadi topik hangat para kumpulan Ibu-ibu bergunjing. Nasib Syahrul adalah gambaran pepetah "sudah jatuh tertimpa tangga pula" sungguh nahas.
Eby telah mengaku bahwa dirinya tak ikut dalam tawuran di pasar yang terjadi beberapa hari yang lalu, walau dia sudah tahu rencana penyerangan yang akan dilakukan kedua geng.
#Terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
SERIBU CERITA DI PULAU SERIBU SUNGAI
Fiksi UmumTidak ada yang disedihkan. Tak ada yang dimasalahkan pula. Kami anggap ini adalah hukum alam. Siapa yang mau ilmu, dialah yang harus berusaha. Karena bukanlah ilmu yang memberi kita fasilitas, tapi kitalah yang dituntut untuk bekerja keras. Sekeras...