40. Dasar Cerdas!

51.9K 6.5K 359
                                    

Ramaikan lewat komen gengs, makasih.
.
.
.

Rambut dikepang ke samping dengan tambahan rambut palsu warna merah dan biru. Matanya bersinar ceria, bibirnya warna pink dan mengkilap. Rok pendek di atas lutut, ada tas punggung kecil di belakang. Okis harus menunduk melihat gadis imut yang lebih pendek darinya itu.

"Aku nggak telat banget, 'kan?" tanyanya. Napasnya naik turun, keringat bercucuran dari pelipis.

Pintu dibuka membuat Ran bisa melihat isi kamar Okis, berantakan dengan segala macam makanan ringan di sofa.

Tiga komputer berjejer di meja belajar, kasur dengan sprei berwarna jingga. Horden berwarna kuning menutup jendela kaca. Kamar di lantai dua itu yang sangat luas.

"Lebih baik lo nggak dateng sekalian." Okis melipat kedua tangannya di depan dada.

Masih di depan pintu kamar, tak beranjak sedikitpun. Menatap ke gadis yang menunjukkan senyum bersalah sampai gigi kelincinya terlihat.

"Aku habis kondangan di tempat Mbak Rimay, balik ke rumah cuma ganti baju trus buru-buru ke sini."

Belum menerima alasan itu, Okis meninggikan sebelah alisnya.

"Beneran, aku udah buru-buru ke sini." Ran terus meyakinkan. Berharap Okis menerima alasannya.

Jam berdetak di sudut ruangan lantai dua, dari sana mereka bisa melihat sekarang hampir pukul tiga siang. Ran telah terlambat 32 menit. Jarak rumahnya ke rumah Rimay cukup jauh, belum lagi setelah pulang dia bergegas ke rumah Okis. Memakan banyak waktu di jalan karena macet.

Tatapan Ran memelas, berharap Okis memaafkannya. Dengan wajah malas Okis menyingkir, meninggikan alis sembari menggerakkan lehernya. Memberi isyarat supaya Ran masuk ke kamarnya.

"Gimana kalau kita belajar di ruangan lain, jangan di kamar kamu."

"Why? Lo takut sama gue?" tanya Okis, merasa tersinggung.

Ran menggelengkan kepala dan menjawab, "aku lebih takut sama diriku sendiri."

Kening Okis berkerut, cowok cakep yang memasukkan tangannya di saku celana itu tak mengerti.

"Kalo lo nggak mau yaudah."

Tak menerima alasan apapun, Okis berbalik. Hendak meninggalkan Ran dan menutup pintu kamarnya kembali. Buru-buru Ran menahan supaya pintu tak ditutup menggunakan kaki.

"Nanti kalau Mbak Rimay atau orang lain liat kita di kamar berduaan bakal salah paham, bisa jadi kita langsung dinikahin."

Alasan kolot seperti itu tampaknya tak diterima Okis. Lagi pula, siapa orang di rumah ini yang berani melakukan itu padanya.

"Mbak Rimay lagi pergi, dia nginep di rumah orang tuanya. Nggak usah alasan deh, lo."

Ran menggeleng. "Mereka pulang kok. Aku tanya temenku yang masih di sana. Katanya habis makan siang mereka pulang."

Melihat siaran live yang viral Okis duga kakaknya menahan amarah kepada Rimay, dia mengambil ponselnya di saku. Mencoba menghubungi Rimay, tapi tak diangkat. Kemudian beralih ke nomor Ravin. Tak diangkat juga.

Ia semakin khawatir. Terus mencoba menghubungi mereka. Tapi masih sama, tak ada jawaban. Selama setengah jam Okis mondar mandir di depan kamarnya, terus menerus menghubungi Rimay dan Ravin bergantian.

Ran yang melihatnya menjadi sangat kesal, ia harus berdiri lama dan melihat Okis mondar mandir.

Hingga percobaan yang ke 96 Ravin mengangkat telpon.

Ada Apa Dengan Presdir? ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang