5. Kyaaa... Manisnya

92.5K 10.1K 444
                                    

Kegiatan demo tiga hari ini sangat menguras tenaga, waktu dan pikiran. Semua kulakukan demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang terkena tindakan sewenang wenang Finansial Grup.

Walau sempat bermimpi buruk tetapi pada akhirnya aku tidur nyenyak. Mungkin karena lelah berdemo, kasur ini terasa lebih empuk dan nyaman. Aku lapar, rasanya tidak punya tenaga. Mataku mengerjab. Mencoba mengumpulkan kesadaran.

Tetapi ... Kenapa ketika aku membuka mata ada pria tampan tidur pulas di depanku? Apakah aku berhalusinasi karena terlalu lelah?

Ah, aku terlalu banyak menonton drama Korea sehingga berhalusinasi seperti ini.

Aku mencoba menyentuh pipinya dengan jadi telunjuk, dia menggeliat. Kemudian kepalanya semakin menempel di bahuku. Aroma mint dari rambutnya tercium sempurna. Ini bukan mimpi!

Kyaaa ..... Dia nyata!!

Aku berteriak kencang dengan sepenuh jiwa raga.

"Si ... Siapa kamu? Kenapa ada di sini? Ini di mana? Apa yang kamu lakukan padaku?" Aku bertanya tanpa jeda.

"Kau lupa? Saya ini suami kamu."
Dengan imutnya dia mengucek kedua matanya. Wajah yang tak asing itu ....

Oh tidak!
Kini aku ingat semuanya.

Ya Allah ternyata aku tidak bermimpi, ini kenyataan yang buruk! Hal terburuk dari yang paling buruk kini sedang terjadi.

Ternyata aku sungguh menikah dengan manusia pisang yang kini seperti anak ayam. Apa yang akan terjadi padaku setelah ingatannya kembali? Lebih baik aku segera memesan tanah kuburan yang mungkin sebentar lagi akan kutempati.

Tiba-tiba para pengawal masuk ke kamar dan menodongkan pistol ke sekitar tempat tidur, memindai setiap sudut kamar. Menakutkan.

"Ada apa nyonya? Apakah ada penyusup?" Tanya pria tua yang rambutnya mulai memutih.

"Ehh.. Nggak ada kok, tapi ini di mana ya ...?"

Ruangan mirip hotel bintang lima yang berada di Italia. Apa mungkin aku dibawa keluar negeri? Aku tidak ingat pernah membuat paspor.

Pria tua itu memberi isyarat kepada pengawal untuk menurunkan pistol.

"Anda sekarang berada di kamar tuan Ravin, lebih tepatnya di kediaman keluarga Surya Diningrat," jawab pria tua itu.

Mana mungkin kamar mewah ini adalah ...
Ah tentu saja, presdir Ravinio memang mahluk kaya raya. Bagaimana aku bisa lupa.

Kasur lebar nan empuk, lampu kristal, Egg Chair di samping jendela, TV berukuran 98 inci yang tertempel di dinding. Cat warna pastel yang mewah, ruangan kamar ini sungguh seperti istana. Aku tidak suka. Aku benci orang kaya yang menghambur hamburkan uang seperti ini.

Beralih kepada pria tua di depanku, wajah keriput dan rambut mulai memutih, tak habis pikir bagaimana dia bisa bertahan hidup dengan majikan kasar seperti Ravinio.

"Tapi Bapak ini siapa ya?" Tanyaku sembari turun dari tempat tidur. Masih sedikit pusing, aku lapar.

"Maaf saya lupa memperkenalkan diri, saya Sabihis asisten pribadi sekaligus tangan kanan almarhum tuan Mahesa dan sekarang menjadi asisten pribadi tuan Ravin. Jika nyonya ada perlu apa-apa maka bisa panggil saya," jawab Pak Sabihis ramah.

"Iya, terima kasih Pak, tapi saya mau solat subuh dulu. Kalau boleh saya minta makan?"

"Tentu nyonya, saya akan menyiapkannya. Kalau begitu kami permisi."

Ada Apa Dengan Presdir? ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang