44. Rantai

47.1K 6.3K 300
                                    

Satu part lagi season ini selesai, ramaikan dengan komen perparagraf. Makaciih.

.
.
.

Lorong sekolah dipenuhi orang-orang memakai baju olah raga berwarna biru dengan corak merah di pinggir. Suara gaduh terdengar dari dalam kelas, beberapa gadis mengintip keluar dari balik kaca jendela. Tepat ke Okis yang menyandarkan punggungnya ke tembok, di depan ruang OSIS.

Mungkin, efek dari jarangnya Okis terlihat di sekolah. Orang-orang menjadi penasaran dengan pewaris ke dua tahta Finansial Group tersebut.

Selama sebulan penuh Okis berangkat ke sekolah, rajin mengikuti semua mata pelajaran hingga ujian akhir semester. Bahkan, saat ini pun yang hanya classmeeting dia mau datang.

Dengan kertas di tangan kiri, Okis tak memedulikan pandangan orang lain. Dia menunggu Ran dengan sabar sembari melihat video di ponselnya. Tak ada yang berani mendekat atau menegur. Semua memilih menghindar bahkan berbalik arah.

Pintu ruang OSIS dibuka, menampakkan guru pembina. Melihat ke arah Okis sekilas kemudian berlalu. Tak saling sapa, Okis pun tak ingin menyapa. Ia menunggu gadis dengan rambut sepinggang lurus yang berada di dalam sana.

"Okis, maaf ya lama," ucapnya. Di tangan penuh dengan buku. Ia buru-buru memasukkan buku tersebut ke dalam tas.

"Keong." Sindir Okis merasa bosan akibat menunggu Ran.

Beberapa anggota OSIS yang baru keluar ruangan tampak mencuri curi pandang, melirik ke arah Okis dan Ran yang akhir-akhir ini terlihat selalu bersama. Mereka kepo, apa sebenernya hubungan Okis dengan ketua OSIS.

Namun, sampai sekarang tak ada yang berani bertanya. Hanya bisikan dan rumor yang terus beredar di seluruh penjuru sekolah. Mengabarkan bahwa mereka berdua sedang pacaran.

Nahasnya Ran yang mendengar gosip tak berdasar itu tidak meluruskan sama sekali, malah dalam hatinya terus mengamini semoga gosip itu menjadi kenyataan.

"Gimana hasil ujian bahasa?" tanya Ran. Matanya mendongak ke atas. Melihat Okis yang jauh lebih tinggi darinya.

Kertas tipis terulur, menampilkan jawaban Okis yang mendapat nilai 70. Dengan raut kesal dan kecewa, Okis mendesah berat.

"Kok bisa gue cuma dapet segini?" Protesnya, ia tak tahu letak kesalahan di mana.

Ran mengambil kertas tersebut, memeriksa dengan teliti. Dari urutan atas sampai ke bawah, sebenarnya nilai segitu akan menimbulkan kepuasan untuk anak normal. Namun tidak untuk Okis, dia sudah bekerja keras selama sebulan ini. Nilai 70 adalah nilainya yang paling buruk.

"Essaymu yang banyak salah, nanti aku lingkari bagian yang penting dan kasih ke kamu. Ini aku bawa, ya?"

Tanpa menunggu jawaban Okis, Ran memasukkan kertas tersebut ke dalam tasnya. Besok adalah pengumuman hasil lomba classmeeting. Ran sangat sibuk membantu anggota OSIS yang lain menyiapkan hadiah.

"Aku mau ke aula dulu, bye bye." Ran melambaikan tangan.

Dia berlari mengejar teman-temannya yang sudah jauh. Sejenak menoleh ke belakang, melihat Okis. Cowok cakep itu juga berbalik meninggalkannya tanpa berkata apapun, dingin seperti biasa.

Setidaknya hubungan mereka sekarang lumayan dekat, Ran bersyukur akan hal itu.

Okis ke kantin, sudah ada teman-teman satu gengnya di sana. Ketika baru datang Okis menendang kursi, memberitahu ke semua orang bahwa pentolan sekolah sudah datang.

Anak-anak lain saling berbisik kemudian buru-buru membayar makanannya dan pergi, tak ingin berurusan dengan Okis sedikitpun.

"Lo lama amat, ngapain aja?" tanya Ken.

Ada Apa Dengan Presdir? ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang