38. Gubrak

51.8K 7.7K 1.2K
                                    

Ramaikan dengan komen perparagraf ya gengs.
.
..
.

Mobil berhenti di depan lobi The Hotel Margo Depok, semua staff keluar menyambut kami. Pengawal berjejer mengamati sekitar sebelum Presdir turun. Pintu mobil dibuka, Presdir keluar dengan wajah arogannya tanpa ada yang menyangka bahwa ia habis nyanyi dangdut.

Wajah semua orang menunduk melihat kami, tanda hormat. Ketika asik di panggung aku hampir lupa, betapa terhormatnya Presdir. Orang yang kaya sejak lahir.

Aku mengikut Presdir sampai masuk lift. Sesekali melirik wajah dengan rahang tegas itu. Jantungku berdebar, padahal aku akan dihukum. Seharusnya saat ini aku kabur bagaimanapun caranya. Tapi kakiku malah mengikuti Presdir secara otomatis.

Sesampainya di depan pintu kamar, aku berhenti. Ragu untuk melangkah. Dalam beberapa kasus yang pernah aku lewati. Ini bagian yang horor. Tersangka akan melakukan sesuatu yang buruk terhadap korban.

Tak mendapati aku mengikutinya membuat Presdir berbalik, ia menaikkan alis dengan kening berkerut penuh tanda tanya. Aku masih berdiam diri.

Presdir memakai jari telunjuk supaya aku segera masuk mengikutinya. Aku menggeleng. Takut. Ntah kenapa naluriku berkata supaya aku pergi.

Memang aku menyukai Presdir, menghabiskan malam bersamanya juga menjadi penantian. Tapi bukan berarti aku mau diperlakukan kasar. Apalagi kalau harus menyerahkan keperawanan secara paksa. Akal sehatku menolak hal itu.

Perasaan trauma ketika dipukuli Mama masih membekas sampai sekarang, sejak berumur tujuh tahun aku dilatih Ayah bela diri. Juga mengikuti berbagai perguruan bela diri dan les. Kata Ayah supaya aku tidak takut lagi.

"Rimay anak yang berharga, sebelum orang lain menghargai Rimay, Rimay yang harus menghargai diri sendiri lebih dulu."

Itu kata Ayah, aku tidak boleh lengah dan dipukuli lagi. Walaupun itu Presdir. Aku tidak akan membiarkannya.

"Masuk sendiri atau aku paksa?" Presdir mendekat. Aku semakin mundur.

Ada 5 pengawal di belakangku, tebakanku bahwa Presdir pasti akan memberi pelajaran di kasur secara kasar. Kalau di situs biru memang terlihat mengasikkan. Tapi aku tahu itu kebanyakan rekayasa untuk menambah views.

Faktanya selama ini beberapa kali aku membebaskan gadis-gadis yang dipaksa menjadi pemuas nafsu, mereka mengalami trauma berat. Psikologisnya terganggu.

Juga aku pernah bertemu dengan korban pemerkosaan, ketika itu aku dan Ji Ho yang membantunya. Benar-benar perbuatan pelaku sungguh biadap. Aku tidak ingin mengingat malam pertamaku dengan cara mengerikan.

"Aku nggak mau dipukul, aku nggak suka dipaksa."

Aku menggeleng, pengawal berdiri di belakangku. Seperti siap menjebloskanku ke sarang macan. Maaf, jika harus melukai kalian tapi sungguh aku tidak mau masuk ke dalam.

"Silakan masuk, Nyonya." Mereka mendorongku untuk masuk ke kamar.

Aku berbalik, menatap mereka dengan iba. Maaf, sungguh aku tidak bermaksud melawan kalian.

"Maaf," ucapku sebelum mulai memukul mereka.

Tinjuku langsung menghantam muka, kaki kiriku menendang pengawal dari samping. Aku tak berniat melukai mereka. Tapi tak ada pilihan lain.

Lewat serkel terbang, kepala salah satu pengawal menghantam tembok. Bisa kurasakan mereka tak sungguh-sungguh melawan. Sudah pasti. Aku adalah nyonya yang selama ini mereka jaga. Taruhannya jika melukaiku bisa kehilangan pekerjaan. Mereka serba salah.

Pertengkaran di lorong kamar hotel menjadi pusat perhatian. Orang-orang keluar kamar bahkan ada yang berteriak ketika seorang pengawal berhasil kutendang jauh. Staf hotel juga berdatangan.

Ada Apa Dengan Presdir? ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang