Ramaikan dengan komen perparagraf ya gengs. Makasih, lop lop buat kalian.
.
.
.Mendengar suara mobil memasuki halaman rumah membuat senyum Okis mengembang, dia buru-buru berdiri dan meninggalkan Ran. Membuat gadis itu berdecak kesal.
Setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Rimay turun dari mobil, Okis langsung berlari lagi menghampiri Ran. Merebut buku yang dikoreksi gadis itu.
"Cepet kasih nilai seratus, tulis di sini kalau gue jenius." Okis menunjuk bagian kosong di samping jawaban.
Tak seperti biasa, semangat Okis menggebu sampai membuat Ran tercengang dan bingung. Ia hanya menaikkan alis. Okis segera mengambil tangan Ran yang sedang memegang pena. Membuat Ran seperti terkena serangan listrik yang mematikan, jantungnya berdebar kencang.
"Cepet tulis!" Paksanya.
"Sabar."
Pada akhirnya Ran menggeser buku itu kembali, menulis angka 100 kemudian dilingkari lalu diberi tulisan seperti permintaan Okis.
Melihat itu Okis merasa puas, dia tersenyum lebar sembari mengambil buku itu. Dibuka lebar lalu ditaruh di sampingnya. Tangannya meraih buku materi matematika yang paling tebal.
"Mbak Rimay udah pulang?" tanya Ran.
"Iya, cepat lo jelasin soal ini."
Bab 12 bagian Aritmatika Okis tunjuk, matanya meneliti setiap baris. Mencari bagian yang tak paham, namun sepertinya dia mengerti semuanya. Lalu kertas itu dibalik, mencari soal yang dia tidak bisa. Ia asal menunjuk nomor 4. Kemudian menggeser buku itu pada Ran.
"Ini nih, gue nggak ngerti."
Kemana perginya sisi jenius Okis? Sekarang Ran heran dengan tingkah cowok di sampingnya ini.
Suara tepak kaki memasuki ruang tamu, semakin dekat dengan suara obrolan dua orang.
"Assalamualaikum," sapa Rimay.
"Waalaikumsalam." Hanya Ran yang menjawab.
Okis pura-pura serius melihat buku dan tak melihat ke arah Rimay yang semakin mendekat.
"Wah, Okis belajar. Pasti nilainya nanti jadi makin bagus." Rimay mencondongkan tubuh. Mengintip.
"Biasa aja, cuma dapet seratus." Okis menyenggol buku yang tadi diberi nilai oleh Ran.
Buku yang dia buka lebar dan terus menerus disenggol menggunakan siku supaya Rimay melihatnya. Benar saja, Rimay mengambil buku itu dengan mata berbinar.
"Keren, kerja bagus Okis. Kamu hebat, kalau kayak gini terus semester ini yakin deh kamu bisa juara."
"Kalau gue juara, Mbak mau ngasih apa?"
"Hemm apa ya, traktir bakso mau nggak?"
"Liburan semester ke Hawai." Tawarnya.
Sejenak Rimay diam. "Aku belum kerja jadi belum punya duit sendiri, Kis. Kamu kan adeknya Mbak Rimay yang paling dermawan. Traktir bakso aja, ya?"
"Dih, miskin. Yaudah deh."
"Nah, gitu dong."
Rimay mengusap rambut Okis dengan lembut, terus memuji. Tiba-tiba tangannya ditangkap Ravin. Matanya melotot. Menyuruh Rimay berhenti untuk menyentuh adiknya tersebut.
Tatapan Okis langsung mendongak ke atas tertuju pada kakaknya, tak suka Ravin menghentikan Rimay yang mengusap. Hawa disekeliling menjadi dingin.
Rupanya Ravin tidak mau kalah, dia mengarahkan tangan Rimay ke rambutnya. Mengusapkan seperti Rimay tadi mengusap Okis. Sengaja mengejek adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Apa Dengan Presdir? END
عاطفية(FOLLOW DULU SEBELUM BACA) Bukan karena cinta, perjodohan, ataupun janin yang butuh status. Tapi Kenapa aku bisa menikah dengan dia? Pagi itu ketika aku membuka mata, aku terkejut melihat seorang pria tampan sedang tertidur pulas di sampingku. Bul...