Part 7

5.1K 215 2
                                    

Hari Minggu pun tiba, hari dimana semua aktifitas biasa di liburkan. Dan digunakan oleh aktifitas yang terbilang santai. Seperti, berkumpul bersama keluarga, teman dan lain-lain.

Tapi, tidak dengan Kesya. Hari minggunya diisi dengan membantu sang Tante mengantar kan beberapa pakaian dan mengambil pakaian yang ingin di cuci di tempat laundry nya.

Disinilah Kesya, di sebuah rumah yang tidak pantas disebut rumah, tempat ini lebih cocok disebut istana.

"Apa Tante gak salah kasih ke alamat ke gue ya?" Ucap Kesya, memperhatikan layar ponselnya.

"Gue coba pencet bel aja kali ya." Lanjutnya, menyentuh tombol yang tertempel di dinding.

Beberapa menit Kesya menunggu di luar pagar, tiba-tiba ada tangan yang membukakan kunci pagar tersebut.

"Maaf Bu, saya mau ambil cucian kotor nya. Ada?"

"Ohh, ada kok. Mari, masuk dulu neng."

Wanita itu mempersilahkan Kesya untuk masuk.

Kesya di persilahkan duduk di kursi dekat pintu masuk, sembari menunggu wanita tadi mengambilkan pakaian kotor.

"Sebentar ya neng."

Kesya mengangguk, lalu melemparkan senyuman kepada wanita itu.

Kesya menyenderkan punggungnya ke kursi, merilekskan semua tubuhnya yang terasa kaku akibat berkeliling komplek elite ini.

Dia baru menyadari, ternyata pelanggan tantenya rata-rata banyak dari kalangan atas, termasuk komplek elite ini.

"Ini neng."

Wanita itu membawa dua kantong kresek berukuran beras, yang sudah terisi pakaian kotor.

"Atas nama siapa bu?" Ucap Kesya sambil mengeluarkan kertas dan pulpen nya.

"Surti aja neng."

Kesya mengangguk mengerti, setelah itu memasukkan pulpen ke dalam tasnya, dan meletakkan kertas tadi di dalam kantong kresek itu.

"Saya permisi ya bu."

'Rumah Segede ini, ada berapa keluarga yang tinggal disini ya?' Batin kesya

Tiinnnnnnnnnn

Suara klakson motor membuyarkan lamunan Kesya. Kantong kresek yang ia bawa, ia lemparkan begitu saja karena sangat terkejut.

Alhasil, semua pakaian yang ada di dalam kantong kresek itu jatuh berserakan.

"Ya Allah neng, sini saya bantu neng."

Wanita itu setengah berlari ke arah Kesya yang sedang memunguti satu-persatu pakaian yang sudah berantakan di tanah.

Seseorang melepaskan helm, dan turun dari motor nya itu. Berjalan mendekat ke arah Kesya, yang masih fokus memunguti pakaian.

"Bi."

Kalimat itu sangat jelas di telinga Kesya dan wanita itu. Kesya tidak mendongak ke asal suara itu, hanya wanita paruh baya yang mendongak ke arah nya.

"Den Fagan sudah pulang."

Wanita paruh baya itu segera berdiri, dan memberikan satu kantong kresek yang sudah penuh dengan pakaian kotor itu kepada Kesya.

"Saya per..-" ucap Kesya terhenti.

Dia merasakan tubuhnya tidak bisa bergerak, tubuhnya mematung seperti ada magnet di bawah sandalnya yang mengharuskan dia berdiri di sini selamanya.

Aurora (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang