Setelah menempuh perjalan beberapa jam, akhirnya rombongan SMA MARTIA NUSA sampai di kota yang terkenal dengan sebutan kota hujan.
Cuaca yang sangat mendukung untuk tidur, membuat Ara semakin merapatkan matanya dan mengeratkan pelukannya terhadap tubuhnya sendiri.
"Ra bangun, udah sampe Ra," Kesya berkali-kali mencoba mengguncang-guncang tubuh Ara, agar Ara cepat bangun dari tidurnya.
Tapi bukannya bangun, Ara malah semakin pulas.
"Kesya," Panggil seseorang.
Kesya menoleh ke samping, "Kak Dante."
"Kenapa temennya?," Tanya Dante.
Kesya menoleh ke arah Ara, "Dia belum bangun kak. Udah saya bangunin, tapi enggak bangun-bangun."
Dante tersenyum ke arah Kesya, "Ya sudah, lo turun aja duluan. Temen lo biar gue yang atur."
Baru saja Kesya ingin melangkah kan kakinya untuk turun dari bus, tapi tangan Dante berhasil mencegah lengan Kesya.
Secara spontan Kesya membalik tubuhnya ke arah dante. "Kenapa kak?"
"Waktu itu Lo sempet kena bola basket gue kan. Punggung Lo enggak papa?"
"Ohh, enggak papa kok kak," ucap Kesya santai.
Dante tersenyum lega, "syukur deh, ya udah Lo boleh turun."
Kesya sudah dipersilahkan untuk turun, tapi Kesya tidak bergerak sedikit pun dari tempat ia berdiri.
"Ya sudah turun," ucap Dante sekali lagi.
"I_iya kak, ta_pi tangan saya."
Kesya menunjuk tangannya yang masih di pegang oleh Dante.
Dante yang menyadari hal itu, langsung melepaskan tangan Kesya, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dan memalingkan wajahnya dari hadapan Kesya sambil tersenyum malu.
"Saya turun ya kak."
Kesya sedikit mempercepat langkahnya, agar cepat keluar dari dalam bus.
Lain halnya seseorang yang ada di dalam, Dante masih saja mengatur jantungnya agar berdetak lebih stabil dari sekarang.
"Gue ini sebenernya kenapa?. Di keluarga gue, enggak ada yang punya riwayat penyakit jantung. Habis dari sini, gue harus periksa jantung gue ke dokter spesialis jantung nih kayanya," pikir Dante.
🍁🍁🍁
Kesya sedikit berlari, menghampiri kerumunan orang yang sedang berbaris, dan Kesya langsung berhenti di barisan paling ujung yang dirinya sangat yakin kalau barisan ini bukan barisan kelasnya.
Seorang perempuan menoleh ke belakang, dan melihat wajah Kesya. Kesya merasa tidak asing dengan wajah perempuan itu, tapi Kesya tidak mau memikirkan hal yang tidak penting untuk saat ini.
Perempuan itu mencolek teman di depannya, betapa terkejutnya Kesya, ternyata barisan ini adalah kelas musuh bebuyutan Kesya. Siapa lagi kalau bukan Sandra.
Sandra menoleh ke arah belakang, Kesya hanya bisa diam tidak berkutik sama sekali.
"Loh kok Lo disini sih?," Tanya Sandra.
Tiba-tiba Sandra tersenyum smirk ke arah Kesya, Kesya yang melihat senyuman itu hanya bisa pasrah. Pasti ada sesuatu yang ingin Sandra lakukan kepada dirinya.
Sandra mengacungkan tangan kananya. "Kak, ada siswa lain yang masuk ke barisan kelompok saya kak."
OSIS itu menghampiri barisan Sandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora (Tamat)
Romance*PARTNYA MASIH LENGKAP YA GUYYYSS" Seorang gadis penyuka vanilla, sangat menyukai cahaya Aurora dan sangat membenarkan adanya cinta sejati. Menantikan cinta sejati, seperti menunggu Aurora di siang hari. Namun, sangat penting untuk gadis lugu seper...