Part 45

3.7K 132 1
                                    

Part 45
Dua tahun sudah berlalu, sekarang giliran Kesya yang merasakan deg-deg kan menjadi seorang siswi kelas 12. Di moment seperti ini, jantung Kesya dibuat seperti sedang menaiki rollercoaster​, naik turun tidak karuan.

Hari ini pengumuman kelulusan dirinya sebagai siswa di SMA MARTIA NUSA angkatan 2018/2019. Kesya masuk hanya untuk mengambil sebuah kertas. Iya kertas, kertas yang menentukan apa dia lulus atau tidak lulus.

"Yeayyyyy, gue lulus," teriak Ara yang membuat hati Kesya semakin tidak karuan.

"Lo lulus sya?," Tanya Kesya.

"Gak tau, gue belum buka. Takut," adunya kepada sahabat nya itu.

Ara langsung merebut kertas yang Kesya pegang, "biar gue aja yang buka, kalo lu takut."

Dengan secara perlahan, Ara membuka lipatan kertas tersebut. Dan betapa terkejutnya dia melihat sebuah tulisan yang sangat diharapkan Kesya, akhirnya tertera di kertas tersebut.

"Sya, Lo.."

Tanpa harus mendengarkan kelanjutan Ara bicara, Kesya langsung merebut kertasnya itu dari tangan Ara.

"Gue lulus, dengan nem tertinggi seangkatan."

Kesya tidak bisa berucap lagi, selain kata syukur kepada tuhan. Karena berkat karunia-Nya Kesya bisa sampai seperti ini, Kesya tidak tahu lagi harus apa dirinya mengekpresikan hal ini selain dengan menangis.

"Kesya selamat!!!," Ucap Ara, langsung menarik tubuh Kesya agar dirinya bisa memeluk Kesya.

"Makasih Ra."

"Gue gak mau tau, Lo harus traktir gue."

Kesya tersenyum sembari menghapus air matanya, dan menarik sahabatnya itu agar menjauh dari tempat berdiri nya sekarang.

🍁🍁🍁

"Terus Lo mau lanjut kemana sya?."

Kesya langsung mendongakkan kepalanya, menatap wajah Ara lalu beralih lagi ke cup ice cream yang sudah kosong karena ulahnya.

"Gue bakal ambil S1 keperawatan deh, gue mau jadi perawat."

"Bukannya, Lo pengen jadi dokter?," Tanya Ara, namun pandangannya sama sekali tidak ke Kesya. Dia tetap fokus kepada ice cream, yang sudah ia pesan untuk ketiga kalinya.

Kesya hanya menggeleng, "Gue gak mau nyusahin mamah, gue sadar masuk kedokteran itu gak mudah."

Ara meletakkan sendok ice cream di cupnya, dan menatap serius Kesya, "Lo pinter sya, apa yang Lo anggap sulit. Dan gue yakin, nyokap Lo gak akan merasa kesusahan. Masalah uang, nyokap Lo kaya sya, otak Lo pinter sya, sayang banget dari awal Lo mau jadi dokter, tapi Lo cuma ambil S1 keperawatan."

"Gak ada yang salah kok, awal niat gue mau jadi dokter itu, karena menurut gue dokter itu malaikat tak bersayap. Dan salah satu pekerjaan yang sangat berhubungan dengan manusia, dan gak ada bedanya sama perawat kan. Kalo gak ada perawat, dokter juga bakalan keribetan ngurusin segala macemnya tanpa ada sosok perawat disampingnya."

"Sekarang gue tanya sama Lo?," Tanya Kesya yang tiba-tiba membuat Ara mendelik, "Lo mau ngapain setelah ini?."

"Gue," ucapnya sambil menunjuk dirinya sendiri, "gue mau nganggur setahun dulu. Cape tau otak gue, gua mau merefresh otak gue. Lo juga tuh, harus merefresh otak Lo, biar gak kepikiran sama fagan Mulu."

Aurora (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang