part 16

4.1K 182 1
                                    

Bus yang di tumpangi oleh Kesya sudah terparkir rapih di halaman sekolah, bus Kesya urutan terakhir yang sampai di sekolah karena tadi sempat mengalami kendala di perjalanan.

"Sya, bangun sya, udah sampe nih."

Ara langsung membangun kan Kesya, yang sangat terlihat kelelahan sekali.

"Enghhh."

Kesya  mendesah pelan. Matanya perlahan-lahan ia buka, berusaha menerima cahaya lampu yang langsung menyambutnya.

Di samping nya, Ara sudah sangat heboh sekali merapikan barang-barang bawaannya, entah hanya perasaan Kesya saja atau memang benar. Ara adalah teman teribetnya yang pernah ia kenal, tapi memang hanya Ara temannya. Karena kalian harus tau, Kesya belum pernah memiliki seorang teman yang benar-benar ingin berteman dengannya.

"Udah sampe mana Ra?," Kesya mengerjap-ngerjap kan matanya, masih setengah sadar dan tubuhnya serasa sudah terlanjur menempel dengan kursi yang sedang ia duduki.

"Udah di sekolah sya," jawab santai Ara, tangannya masih sibuk dengan barang-barangnya.

"Ohhh, gue tidur lagi ya. Bye."

"Iya."

Beberapa detik kemudian, Kesya terbangun dan langsung berdiri menurunkan tasnya yang berada di bagasi atas.

"Ihhh, Lo kenapa gak bangunin gue coba?," Tanya Kesya setengah panik.

Ara terduduk, "gue tadi udah bangunin Lo, tapi lo nya gak bangun-bangun," Ucapnya terhenti. "Mungkin karena Lo kecapean, kecapean karena ldks atau kecapean nangis karena perasaan Lo terbaikan oleh si es batu itu."

"Apaan sih, Lo halu ya?," Ucap Kesya tanpa menoleh ke arah Ara.

"Halu, atau perlu gue kasih rekaman suara Lo pas lagi nangis tadi." Ucap Ara, yang sudah menggenggam ponsel di tangannya. Berlari kecil, meninggalkan Kesya yang masih terkejut dengan ucapan nya.

"Ara apaan sih?"

Di bawah sudah banyak orang tua yang menjemput anaknya, termasuk Ara. Tapi bedanya Ara yang menjemput supirnya atas perintah kedua orang tua Ara yang sibuknya bukan main.

Jelas sangat sibuk, papahnya Ara  seorang pengacara hebat yang kliennya sudah dimana-mana, sedangkan mamahnya Ara adalah seorang anggota legislatif. Padahal hidup Ara sangat sempurna bukan, tapi Ara masih saja suka mengeluh kepada Kesya soal kedua orang tuanya.

Tuhan itu memang sangat adil.

"Sya, Lo mau balik bareng gue?," Tawar Ara dari dalam mobil.

"Gak usah Ra, gue tunggu Tante aja."

"Tante Lo jemput?"

"Gak"

Jawaban yang seharus di ucapkan Ara, namun berbanding terbalik dengan apa yang ingin dia ucapkan.

"Iya Ra, tante bilang suruh tungguin dia," ucap Kesya berbohong.

Ara mengangguk, "oh gitu, ya udah deh. Gue duluan ya" Ara melambaikan tangan.

"Iya Ra, hati-hati ya," ucap Kesya membalas lambaian tangannya.

Sudah hampir 2 jam Kesya menunggu di halaman sekolah, menunggu Dewi?. Bukan, Kesya sama sekali tidak menunggu Dewi karena Dewi tidak akan bisa menjemputnya.

Mau jemput Kesya pakai apa, di rumah hanya ada sebuah sepeda. Tidak mungkin Dewi menjemput Kesya menggunakan sepeda itu.

"Gue naik taksi online aja kali ya."

Kesya mengeluarkan ponselnya, membuka lock screen nya dan mencari app taksi online yang dia punya di ponselnya.

"Sya."

Aurora (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang