Sudah satu Minggu berlalu, kini tibalah saatnya fagan untuk melanjutkan studinya ke canada. Sebelum fagan berangkat menuju ke bandara, Rena sengaja memberi tahu teman-teman fagan untuk datang ke rumahnya. Hanya sekedar, mengantar fagan dari rumah.
"Sayang, udah rapih semua?," Tanya Rena yang tiba-tiba masuk ke kamar fagan, dan kebetulan pintunya tidak ditutup.
Fagan menarik resleting tas kopernya, "udah mah, yang lain udah di bawah mah?."
Rena mengangguk, dan menepuk pundak fagan.
Fagan melirik sekilas ke arah tangan Rena yang berada di pundaknya, dan menarik tangannya lalu di genggamlah tangan sang mamah.
"Padahal, mamah gak usah repot-repot panggil mereka kesini mah."
"Gak papa sayang, yuk kita ke bawah," ajak Rena sambil melingkarkan tangannya ke pinggang fagan.
Di bawah sudah ada teman-teman dekat fagan, termasuk Dante. Yang Minggu lalu sudah menemaninya menghabiskan waktu berdua, semata-mata ingin menghapus jarak antara mereka berdua.
"Fagan!!!," Dimas berlari ke arah fagan, lalu memeluknya seperti nya enggan untuk melepasnya.
Rena yang sebelumnya di samping fagan, dia langsung meminggirkan tubuhnya bergabung bersama teman-teman fagan lainnya.
"Apaan sih? Biasa aja mas," ucap fagan, sambil mendorong-dorong tubuh Dimas agar terlepas dari tubuhnya.
"Gue gak mau lepasin pelukan ini gan," seolah-olah mengerti maksud dari gerakan fagan, yang mendorong-dorong tubuhnya, "kapan lagi gua meluk es balok hidup kaya Lo gan?."
"Sialan lo, lepasin gua!!," Ucap fagan sedikit membentak.
Dengan perlahan, Dimas melepaskan pelukannya sambil menghapus air matanya yang benar-benar jatuh mengalir ke pipinya. Benar-benar lelaki melow, semua orang di ruangan ini pun hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Apaan sih Lo?," Ucap fagan menepuk bahu Dimas, "Lo kaya diputusin sama cewek tau gak, hapus air mata Lo."
"Hapusin," ucap Dimas sambil memajukan wajahnya.
"Lo mau gua tampar?."
Mendengar fagan sudah berbicara seperti itu, Dimas memundurkan tubuhnya hingga berkumpul kembali ke tempat semulanya.
"Kapan Lo mau berangkat gan?," Tanya Dante yang sudah duduk di samping fagan.
"Lo ngusir gua?."
Dante mengangguk dengan senyuman yang mengembang di wajahnya, "iya, biar gue gampang ngajakin balikan Kesya."
"Lo putus?," Tanya fagan, yang sebenarnya fagan sudah mengetahui hal itu dari mulut Kesya secara langsung.
"Menurut Lo?."
"Karena apa?," Tanya fagan, seperti nya fagan belum puas mendengar pengakuan dari Kesya. Dia juga mau, Dante mengakui semuanya. Entahlah, itu hanya sebuah dorongan dari hati nuraninya.
"Sejak kapan Lo kepo sama hubungan orang?."
Pertanyaan dari Dante membuat fagan diam seribu bahasa, dia tidak bisa menjawab pertanyaan dari Dante yang menurutnya sangat sulit untuk dijawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora (Tamat)
Romance*PARTNYA MASIH LENGKAP YA GUYYYSS" Seorang gadis penyuka vanilla, sangat menyukai cahaya Aurora dan sangat membenarkan adanya cinta sejati. Menantikan cinta sejati, seperti menunggu Aurora di siang hari. Namun, sangat penting untuk gadis lugu seper...