Part 31

3.5K 131 2
                                    

Di sebuah ruangan khusus, Fagan dan Dante kini berada. Mereka berdua mengiyakan semua perintah dari sang kakek, termasuk perintah untuk mengikutinya hingga ke ruangan khusus milik kakeknya.

Ruangan ini sengaja dibuat jika sang kakek berkunjung untuk sekedar melihat keadaan sekolah.

Sebuah nama dan jabatan terpampang jelas di atas meja milik sang kakek, tertulis sebuah nama Hendrawan dengan jabatan sebagai ketua yayasan.

Bragggkkk

Laki-laki yang kerap di sapa Hendra itu menggebrak mejanya, membuat barang-barang yang ada di atas meja sedikit bergetar akibat gebrakan yang di ciptakan olehnya.

"Kakek tidak habis pikir dengan ulah kalian, semakin kesini seharusnya kalian bisa bersikap dewasa," kalimat kekecewaan terlontar begitu saja dari mulut Hendra.

Kedua cucunya itu hanya bisa menunduk, merutuki kesalahan nya masing-masing tapi sangat enggan untuk berminta maaf satu sama lain.

"Kalau kalian punya masalah, kalian bisa menyelesaikan dengan bicara baik-baik, tidak dengan saling memukul seperti tadi."

Sorot mata Hendra mengarah ke Fagan yang masih saja menundukkan kepalanya, seperti enggan untuk menatap sang kakek apalagi menatap lawan di sebelahnya.

"Terutama kamu fagan," ucap Hendra sambil memandang diri fagan.

Kepala fagan spontan mendongak ke arah Hendra, "kenapa harus fagan?."

Hendra beranjak dari kursi kebesaran nya, "kamu masih tanya kenapa? prestasi kamu turun di semester 1 ini, dan kamu juga keluar dari OSIS, iya kan."

"Fagan udah pernah bilang sama kakek, fagan sama sekali gak tertarik sama jabatan OSIS itu."

"Kakek lihat Dante fine-fine saja," ucapnya sambil melirik sekilas ke arah Dante.

Fagan hanya melirik sinis ke arah Dante.

"Lalu, kenapa kalian bisa bertengkar dan saling memukul seperti tadi?," Ucap Hendra sambil meletakkan tangannya di belakang punggungnya.

"Itu salah Dante kek," ucap Dante membuat fagan menoleh ke arahnya.

"Ngaku lo," ucap Dante masih menatap Dante.

Dante menoleh, "gue bukan banci, yang Lo bilang tadi."

Fagan memalingkan wajahnya dan tersenyum sinis, Senyum fagan terkesan menyepelekan ucapan dante.

"Dan gue juga bukan brengsek, yang narik seseorang buat menuhin keinginan nya," lanjut Dante membuat kepala fagan menoleh ke arahnya 90° seperti sudut siku-siku.

Fagan mendekati tubuh Dante, dan menarik kerah kemeja Dante hingga tubuh Dante menghadap ke arahnya.

"Apa kalian berniat membuat ruangan kakek berantakan?."

Suara Hendra membuat ketegangan antara Dante dan fagan mereda. Dengan rasa berat hati, fagan melepaskan tangannya dari kerah kemeja putih Dante. Dan langsung menyambar tasnya yang berada di sofa ruangan Hendra, setelah itu fagan keluar dari ruangan tanpa mengucapkan pamit pada sang kakek.

"Dante, kamu boleh pulang. Jangan lupa, kamu obati luka kamu," suruh Hendra pada Dante, yang sangat khawatir akibat permasalahan antara kedua cucunya itu.

Dante mengambil tasnya, lalu berjalan mendekat ke Hendra menyalami tangan Hendra dan keluar dari ruangan Hendra.

Di luar ruangan, fagan menyambut Dante pada saat Dante baru saja keluar dari ruangan Hendra.

"Mau apalagi​ Lo?," Tanya Dante kepada fagan yang masih berdiri di hadapannya.

"Sampe Lo ngadu macem-macem ke kakek soal ini, gue gak akan tinggal diam."

Aurora (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang