Part 14

4.3K 164 3
                                    

Fagan memasuki tenda posko kesehatan, terlihat Kesya sedang duduk di sisi ranjang.

Fagan masuk tanpa memberikan salam, dia berjalan ke arah Kesya.

"Nih," fagan menyodorkan dompet itu ke arah Kesya.

Kesya mengambil dompet miliknya. "Ini kan dompet saya kak."

"Iya, Lo ninggalin dompet itu di mobil gue."

Kesya tersenyum kepada fagan. "Makasih kak."

"Hobby banget sih ninggalin barang."

Kesya mendongakkan kepalanya, "kenapa kak?"

"Kenapa gue jadi banyak omong gini sih?." Batin Fagan.

"Gak."

Fagan langsung keluar dari tenda itu, meninggalkan Kesya yang masih terlihat bingung karena sikap fagan pada dirinya.

"Kok gue bisa suka sama cowok kaya dia sih."

🍁🍁🍁

Dante kembali dengan membawa beberapa bahan obat yang sedang dibutuhkan oleh Kesya. Namun, sebelum sampai ke tenda, Dante berpapasan dengan Fagan.

"Gan, dari mana Lo?"

Fagan menatap datar Dante "Bukan urusan Lo."

Fagan langsung melanjutkan perjalanan nya yang sempat tertunda karena Dante menyapanya.

Tanpa berpikir panjang, Dante juga melangkah kan kakinya cepat karena tidak mau membuat Kesya menunggu. Karena menunggu itu hal yang paling dibenci wanita.

"Sya, nunggu lama ya?."

"Enggak kok kak, makasih ya kak udah mau di repotin."

Dante membuka kotak P3K mengambil obat merah dan minyak urut.

"Kak Dante bisa urut juga."

"Sedikit sih sya, maaf ya kalo sakit," ucap Dante tanpa menoleh sekilas ke arah Kesya.

"Awww," Kesya meringis kesakitan.

Sesekali Kesya teratawa karena mendengar celotehan Dante, Kesya merasakan baru pertama kali ini dirinya bisa tertawa sebebas sekarang.

"Hahahaha, kok bisa gitu sih kak?."

"Iya, gue juga bingung. Hahaha."

Tiba-tiba wajah Kesya berubah menjadi serius "kak, saya boleh tanya gak?"

"Tanya aja."

"Hubungan kakak sama kak fagan itu lebih dari kata teman ya kak?"

Dante mengangguk, "iya, kita mantan pacar sya, dulu kita pernah menjalin hubungan."

"Hah?!"

Kesya menutup mulutnya, dirinya antara percaya atau tidak dengan ucapan Dante yang pasti dirinya sangat jijik mendengarnya.

"Hahahaha," suara tawa Dante menggelegar.

"Apaan sih kak? Kok kak Dante malah ketawa."

Aurora (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang