Part 47

230 14 8
                                    

Sungguh aku telah gagal menjadi sahabatmu.
Maafkan aku belum  bisa menjadi sahabat yang baik untukmu, Syafira.
Tapi ku mohon bertahanlah sehingga aku bisa dapat kesempatan menjadi sahabat yang baik.

Percayalah aku tidak akan mengecewakanmu lagi

~Muh. Daffa Mufaddal~

Selamat membaca
****



Syafira kini telah membaca pesan yang kirim Daffa, tapi bukannya ada niat untuk membalas Syafira malah memperhatikan hpnya. Antar ingin marah dan ingin tersenyum ketika ia tau bahwa Daffa menyadari kesalahannya, tapi di lain sisi hatinya bertanya-tanya kenapa ia harus marah dan kenapa ia harus senang ketika hal yang tak wajar terjadi dalam hubungan persahabatan mereka.

"Kenapa aku harus marah? Dan kenapa juga aku harus senang?" pertanyaan yang sudah lama tenggelam kembali muncul.

Jika terkadang sang hati menjawab bahwa semua itu di karenakan CINTA yang hadir di antara mereka, maka itu hanyalah alasan semata. CINTA memang bisa hadir di antara dua insan manusia, tapi bukan berarti seseorang itu berhak marah atau pn cemburu selagi belum ada ikatan yang halal.

"Mungkin betul yang di katakan sama orang-orang bahwa cemburu yang datang ketika dua orang belum terikat hubungan apa pun itu adalah sebuah khayalan semata. Hanya sebuah godaan semata, karena pada kenyataannya kecemburuan hanya hadir pada dua orang yang sudah terikat pada sebuah ikatan halal. Bahkan mereka yang masih pacaran saja belum berhak merasakan cemburu, karena belum tentu orang yang pacaran bisa menjadi pasangan sehidup semati."

Penalah yang merangkai kata-kata itu, tanganya hanya sebagai perantara antara orak, hati, dan menjadikan itu sebuah tulisan yang mungkin memiliki makna. Kondisi Syafira yang semula tenang, kini menjadi tak terkontrol. Rasa sesak kembali menghampirinya, bahkan sesak kali ini tak bisa ia tahankan lagi. Syafira mencoba berdiri meraih obat yang biasa ia minum, nanum perasaan tak enak kembali menimpanya. Darah yang keluar dari hidung Syafira berhasil membuatnya tak bisa menahan air mata yang keluar.

Kata tegar yang semula tertanam di hatinya kini telah rubuh, ia sudah tak kuat bahkan untuk menopang tubuhnya ia sudah tak sanggup. Rasa sesak, mimisan, dan di tambah lagi dengan rasa pusing yang luar biasa. Syafira menganggap bahwa ini adalah akhir dari rasa sakit yang ia derita, inilah puncaknya dan tidak ada yang tau apakah ia bisa bertahan.

Pandangan Syafira yang sudah mulai mengabur membuatnya tak bisa bergerak kemana-mana, perlahan tapi pasti Syafira merasakan di sekelilingnya sudah mulai gelap, dan....

Bruggg.....

Gelap sudah pendangannya, Umi yang berada di bawah tentu saja tak mengetahui keadaan putrinya. Kak Perwira yang baru keluar dari kamarnya pun berniat untuk melihat Syafira dan sedikit menjahilinya. Dan ketika Kak Perwira membuka pintu, betapa terkejutnya ia ketika melihat Syafira tergeletak di lantai dengan hidung yang berdarah.

"Astagfirullah Fira" teriak Kak Perwira.

"Fira, bangun Fira. Dek bangun." Teriak Kak Perwira mencoba membangunkan Syafira.

Perasaan tak tenang memenuhi setiap sudut hati Kak Pewira, lekas ia menggendong Syafira dan membawannya menuju rumah sakit.

"Umi.... Umi"

"Iya nak, Allahu Akbar ya Allah"

"Udah Umi, kita harus ke rumah sakit sekarang juga." Titah Kak Perwiira yang langsung diangguki oleh Umi.

Mobil pun membelah padatnya lalu lintas mengingat ini adalah waktu kebanyakan orang pulang dari kantor. Kak Perwiraa pun mencoba mengendarai mobil secepat mungkin, ia tak ingin Syafira celaka. Sesampainya di rumah sakit, dokter yang sebelumnya menangani Syafira pun datang.

Sahabat Dan Cinta [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang