Selamat membaca
****"Setelah operasi selesai bukan berarti penyakitnya akan langsung sembuh, kita masih harus memeriksa apakah sumsum tulang belakangmu bisa dengan cepat menyatu dengan sumsum tulang belakangnya. Namun bukan hanya itu, kita harus terus berhati-hati jangan sampai ada syaraf yang kejepit, karna itu bisa menyebabkan kelumpuhan pada pasien."
Perkataan dokter itu terus terngiang di kepala Kak Perwira. Ia merutuki dirinya yang tak bisa dengan telaten menjaga adiknya. Bagaimana ia bisa lengah dalam memantau kondisi sang adik, ia benar-benar tak bisa berpikir bagaimana penyakit itu bisa ada pada adiknya. Kenapa tidak pada dirinya saja?
"Ya Allah, bantu hamba untuk kuat di hadapoan Syafira. Hamba tidak ingin melihat Fira merasa semakin sedih. Kuatkan ia Ya Allah, hanya dengan bantuan-Mu adik hamba bisa sembuh." Ujar Kak Perwira dalam hati kecilnya.
Kini mereka berdua masih berada di taman, namun karena tak ingin Syafira terlalu lama berada di luar sehingga Kak Perwira pun menggendong Syafira menuju kamar rawatnya. Sesampainya di kamar, Abi dan Umi langsung terlihat lega karena mereka berdua sudah kembali.
Setelah Kak Perwira meletakkan Syafira di brankar rumah sakit, ia pun memilih duduk di sampingnya sambil memegangi tangan Syafira. sesekali ia juga mencium punggung tangan adinya itu.
"Perwira, dari mana saja kalian?" tanya Umi yang khawatir.
"Kami tadi dari taman belakang Umi." Jawab Kak Perwira singkat.
"Udah Perwira, jangan terlalu di pikirkan. Giamana pun kita harus tetap terlihat kuat di hadapan adikmu." Ujar Abi yang tau betul begaimana kondisi putranya itu.
"Abi, Abi tau kan kalau Perwira enggak akan diam kalau seandainya terjadi sesuatu sama Fira. Bahkan Perwira enggak masalah jika harus mengorbankan nyawa Perwira hanya untuk kesehatan Fira." Pernyataan dari Kak Perwira itu semakin membuat Umi salut.
Umi sangat salut pada putranya itu karena tidak akan tinggal diam ketika sang adik dalam bahaya. Bahkan bisa di bilang ikatan batin diantar mereka berdua begitu kuat. Kak Perwira benar-benar bisa menggambarkan sosok seorang kakak yang sebenarnya. Yang bisa menjadi panutan bagi adiknya dalam hal kebaikan, bukan yang mengajarkan adiknya untuk berbuat suatu hal yang buruk.
Memang Kak Perwira tidak akan diam jika adiknya dalam keadaan yang bisa di bilang tidak baik. Kini Kak Perwira ikut tertidur di samping Syafira dengan masih mengenggam tangan Syafira. Syafira yang sudah terbangun pun melirik kesebelah kanannya dan mendapati Kak Perwira yang tidur begitu pulasnya. Tangan kirinnya pun mengelus kepala Kak Perwira.
Dan tanpa diperkirakan, Kak Perwira terbangun dan menatap Syafira. Kak Perwira pun mengukir senyum yang bisa membuat Syafira merasa jauh lebih tenang.
"Kak"
"Iya Fira adik kakak yang paling cantik" sahut Kak Perwira yang membuat Syafira terkekeh.
"Boleh Fira minta kakak untuk berjanji?"
"Ya Allah, udah berapa banyak sih janji yang Fira buat untuk kakak? Huuu.." gerutu Kak Perwira sembari memanyunkan bibirnya.
"Hehehehe kakak maukan? Demi Fira." Inilah jurus ampuh dari Syafira yang tak bisa di elakkan oleh Kak Perwira.
"Janji apaan? Jangan yang aneh-aneh loh yah."
"Iya enggak aneh kok, Fira cuman mau kakak ngerahasiain penyakit Fira dari sahabat-sahabatnya Fira terutama Daffa. Fira enggak mau sampai Daffa tau." Ujar Syafira dengan penuh pengharapan semoga saja Kak Perwira mau memenuhi permintaanya.
Dan benar saja, Kak Perwira pun mengangguk tanda bahwa ia setuju. Syafira yang senang karena permintaanya terpenuhi membuat ia tersenyum dengan sangat bahagianya. Dokter yang menangani Syafira pun datang untuk memeriksa keadaan Syafira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Dan Cinta [END] ✔️
Fiksi RemajaBagaimana jadinya jika dua insan yang di pertemukan melalui hubungan persahabatan... Tapi pada akhirnya harus di persatukan dalam perasaan saling mencintai lebih dari sekedar sahabat. "Dia slalu berada di sisiku kapan pun itu. Tapi apakah dia bisa t...