Part 43

270 20 2
                                    

Hubungan yang paling sejati di dunia ini adalah.....
Hubungan persaudaraan.

Hubungan yang tak akan pernah lekang oleh waktu atau yang lainnya.

Yang akan selalu melindungi tak perduli akan bahaya yang menanti
****

Selamat membaca
****

Sesampainya di ruangan dokter, Abi, Umi, dan Kak Perwira pun dipersilahkan duduk di hadapan dokter yang memeriksa Syafira. Dokter itu masih terus menatap kearah Umi yang tentu hal itu membuat semua orang keheranan terutama Umi.

Sedangkan Syafira yang merasa bosan karena ditinggal sendiri pun memilih untuk keluar dari ruangannya walaupun ia tau pasti nantinya kalau sampai kakaknya tau ia keluar maka jelas sekali ia akan dimarahi. Tapi bukan Syafira namanya kalau tidak punya ide untuk meredamkan amarah kakaknya.

Kini Syafira sedag menyusuri lorong rumah sakit sembari tertawa membayangkan bagaimana nantinya ia akan menggoda kakaknya yang pada akhirnya tidak akan jadi marah. Hingga saat ia tiba di depan sebuah ruangan yang berpintu putih khas rumah sakit.

Syafira yang mendengar suara Umi pun berusaha mendekat karena rasa penasaran yang mendera hatinya. Mugkin akan sangat salah jika ia ketahuan menguping pembicaraan orang lain, tapi di satu sisi ia juga ingin tau apa yang terjadi pada dirinya.

“Dokter sebenarnya apa yang terjadi pada putri saya?” tanya Umi pada sang dokter.

“Ibu harus sabar yah…” sahut sang dokter seakan mencoba menenangkan Umi yang sudah tak bisa menahan air matanya lagi.

“Iya dokter kami akan sabar tapi tolong jelaskan apa yang terjadi pada adik saya?” ujar Kak Perwira yang tak sabar.

“Baiklah, begini pasien  menderita Anemia Aplastik yaitu sebuah kelainan darah yang cukup serius. Dimana pada saat seperti ini sumsum tulang belakang tidak memproduksi sel darah.  Jika sudah seperti ini ada beberapa resiko yang serius seperti terkena infeksi, perdarahan yang tidak terkontrrol, dan yang paling serius itu bisa menyebab masalah jantung.”

“Penyakit ini memang cukup jarang terjadi, namun bisa terjadi pada semua usia. Dan gejalanya itu seperti pusing, sesak dada, mimisan, dan masih ada beberapa hal lagi.” Jelas sang dokter panjang lebar yang semakin membuat Umi menangis.

Namun bukan hanya mereka yang berada di dalam ruangan, tapi Syafira yang berada di luar pun tak kuasa menahan tangisnya. Namun ia tak akan tega jika mereka harus mendengar ia menangis, sehingga syafira pun menutup mulutnya dan mencoba menahan diirnya agar tidak terjatuh.

“Lalu apa yang bisa dilakukan agar adik saya bisa sembuh dokter?” Kak Perwira pun mencoba mencari jawaban dari penyakit Syafira.

“Karena penyakit ini sudah tergolong cukup parah, maka tidak ada gunanya melakukan transfusi darah. Yang harus dilakukan adalah transplantasi sumsum tulang belakang. Namun jika ini menjadi pilihan maka kita harus mencari sumsum tulang belakang yang cocok terlebih dahulu. Dan itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar.” Ujar sang dokter memberi solusi.

“Kira-kira berapa lama waktu yang di perlukan untuk menemukan pendonor yang tepat?” tanya Abi.

“Dokter apa saya bisa menjadi pendonor bagi adik saya?” pertanyaan dari Kak Perwira membuat Umi dan Abi kaget.

Bukan hanya itu, Syafira yang berada di luar pun seakan marah mendengar perkataan sang kakak. Syafira berpikiran bahwa kakaknya kini tengah tidak berpikiran jernih dan tentu ia ingin sekali marah kepada Kak Perwira. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa untuk saat ini, Syafira masih ingin mendengar kelanjutan dari penjelasan dokter.

“Ya memang sebagusnya seperti itu, tapi setelah kamu mendonorkan sumsum tulang belakang kamu tidak bisa terlalu capek. Tapi efek sampingnya hanya itu tidak ada yang lain.” Pungkas sang dokter yang di ikuti senyuman.

“Baiklah kalau begitu kami permisi dulu.” Pamit Abi.

Kak Perwira pun membuka pintu ruangan itu dan betapa kagetnya ia ketika melihat Syafira yang sudah berdiri dengan kondisi mata yang sangat sembab. Tentu saja sudah bisa di tebak mengapa matanya sembab. 
Syafira yang sudah tidak bisa berdiam melihat orang-orang yang ia sayangi pun perlahan mundur dan kemudian ia berbalik arah. Langkahnya kian cepat, Kak Perwira yang  melihat kepergian Syafira pun tak berdiam diri. Kak Perwira antas mengejar Syafira mencoba menyusul langkah Syafira yang semakin manjauh.

Rasa sakit akibat pernyataan ide bodoh yang membuat Syafira semakin nekat. Bahkan kini selang infus yang di tangganya sudah ia lepas. Bukan hanya itu, langkah yang semulanya hanya berlari kecil kini sudah benar-benar berlari menembus kerumunan orang-orang di lorong rumah sakit itu. Entah kemana tujuannya, tapi yang jelas ia ingin menenangkan diri unttuk sejenak.

Langkah Syafira yan semakin cepat membuat Kak Perwira pun memperrcepat langkahnya. Dan kini di sinilah Syafira berada, di taman belakang rumah sakit. Ini bukan keinginannya hanya saja kekinya lah yang membawanya hinngga kke tempat ini. Satu harapan dari Syafira, ia berharap bisa menenangkan diri di tempat ini.

Namun bukan hanya rasa sakit dari ide bodoh Kak Perwira tapi saat ini rasa sesak di dadanya pun kembali muncul. Syafira mencoba mengepalkan tangannya beraharap bisa meredakan rasa sakit itu. Namun itu tidak akan membantu sama sekali. Kak Perwira yang melihat Syafira yang menringis kesakitan pun menghampiri dan menopang tubuh Syafira yang hampir roboh.

Tangis Syafira semakin pecah tetkala ia menelisik wajah lelaki kedua setelah Abi yang bisa membuatnya seakan menjadi wanita yang paling beruntung di dunia. Lelaki yang bisa menjaganya dalam setiap waktu. Lelaki yang sangat ia sayangi sehingga ia takut untuk kehilanganya.

“Kenapa kakak terpikir untuk melakukan ide bodoh itu? kenapa? Kakak kan tau sendiri konsekuensinya itu kan udah di bilang sama dokter, tapi kenapa kakak masih nekat?” tanya Syafira dengan nada yang penuh dengan emosi.

“Kakak akan ngelakuin hal apapun supaya Fira bisa sembuh, kakak enggak peduli dengan efek sampingnya. Yang kakak pedulikan  itu cuman kondisi Fira agar bisa membaik.” Jawab Kak Perwira yang tak kalah tinggi.

“Tapi Fira enggak mau kehilangan kakak. Cuman kakak yang bisa jadikan Fira sebagai wanita yang sungguh beruntung dan kalo kakak enggak ada terus siapa nantinya yang bisa buat Fira bahagia.”

“Fira kakak bisa jamin kalo itu enggak akan terjadi. Kakak akan terus jaga Fira walaupun kakak akan mengorbankan nyawa kakak sekali pun.” Ujar Kak Perwira yang terlihat bersungguh-sunggu.

“Tapi untuk apa Fira sembuh kalo Fira enggak bisa bercanda sama kakak? Untuk apa Fira hidup kalo Fira enggak bisa buat kakak bahagia? Untuk apa Fira sembuh kalo kakak harus sakit karna Fira? Untuk apa kak?” tanya syafira bertubi—tubi yang membuat Kak Perwira tak bisa menahan air matanya.

“Fira, kakak janji semua hal  yang Fira katakan itu enggak akan terjadi. Kakak bisa jamin Fira bakal sembuh dan kita masih bisa terus bercanda Fira. Kakak enggak akan pernah jauh dari Fira, kakak janji.” Kini janji itu sudah terucap.

Dan itu sedikit meredakan rasa takut akan kehilangan dari hati Syafira. Tangis Syafira masih saja terus keluar, namun bedanya kini ia menangis di pelukan sang kakak. Bahu ini yang selalu membuat ia nyaman, yang selalu bisa ia jadikan sandaran ketika rasa sakit itu kembali mendera. Dan yang selalu bisa menjadi tembok agar dirinya terus bisa terselamatkan dari berbagi terpaan yang datang.

“Kak” rintih Syafira di pelukan sang kakak.

“Iya Fira”

“Dada Fira sesak lagi kak.” Perkataan Syafira itu sontak membuat Kak Perwira melepas pelukan dan menatap Syafira.

“Kakak bawa ke ruang rawat yah?” pinta Kak Perira namun malah di balas gelengan oleh Syafira.

“Syafira mau tidur di pangkuan kakak, terus nanti kakak ngelus-ngelus kepala Fira. Kakak kan tau itu kesukaan Fira.” Pinta Syafira yang membuat Kak Perwira mengiyakannnya.

Kini Syafira pun memposisikan dirinya tidur di pangkuan Kak Perwira. Tangan Kak Perwira pun mengelus kepala Syafira yang tertutup dengan hijab. Bukan hanya itu, kini air mata juga berhasil lolos dari pelupuk mata Kak Perwira. Namun  dengan sigap ia menyekanya sebelum Syafira mengetahuinya. Ia tak ingin Syafira melihat betapa rapuhnya ia saat ini. Ia tak ingin Syafira menjadi lebih terpuruk lagi. Ia hanya ingin menjadi penyemangat bagi Syafira, adik sematawayangnya.

Dan ingin menjadi orang yang bisa membuatnya kembali cerita bukan terus sedih.

******
Bagaimana part ini???
Semoga bisa mengisi hari libur kalian semua
Jangan lupa tinggalkan jejak karna sudah membaca part ini yah guysss

Salam hangat dari
Author

Update, 21 Oktober 2018
Pukul 11.11

Sahabat Dan Cinta [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang