Part 46

308 15 3
                                    

Jika kau tidak bisa menjaga sesuatu hal yang berharga,
Maka lepaskanlah.
Karena pasti akan ada orang yang bisa menjaga jauh lebih baik darimu.

Selamat membaca
****

Bel pulang pun berbunyi, semua murid berhamburan keluar. Syafira yang sudah merasakan tidak enak sejak kejadian yang tadi pun memilih langsung pamit kepada Intan. Intan sempat menahannya untuk sekedar berkumpul dengan Daffa dan juga Akbar, tapi Syafira menolak dengan alasan bahwa ia masih ada urusan penting. Intan pun menyerah dan membiarkan Syafira pulang, sedangkan ia bergerak menuju kelas Daffa.

"Woy, Syafira ngak bisa ikut katanya. Dia bilangnya lagi ada urusan penting, tapi tau deh urusannya apa karna dia ngak bilang juga sih." Ujar Intan.

"Yah wajarlah dia ngak mau ikut gabung, secara gitu bentar lagi ada yang mau pulang bareng cewek lain tu." Sahut Akbar yang membuat Daffa menunduk sedangkan Intan malah membulatkan matanya.

"Maksud lo Bar?" sungguh tingkat ke-kepo an Intan telah kambuh.

"Tau tu lu tanyak aja sama yang bersangkutan." Pungkas Akbar sambil melirik kearah Daffa.

"Daffa, yang dimaksud sama si Akbar itu lo? Wah sumpah lo parah Fa, bisa-bisanya lo ngak mikirin perasaan si Fira. Lo pikir dia ngak sakit hati apa?" lemparan pertanyaan terjun langsung di hadapan Daffa.

"Apalagi si Syafira tu lihat langsung kalo mereka lagi ngobrol, sambil ketawa ketiwi tu." Sindri Akbar yang semakin membuat Daffa merasa bersalah.

Intan yang mendengar penjelasan dari Akbar malah tidak percaya betapa malang sahabatnya itu.

"Dengarin dulu..."

"Dengerin apaan? Untuk apa lo ngejelasin sama kita sedangkan orang yang sakit hati tu dah balik." Bentak Akbar yang tak bisa menahan emosinya.

Intan hanya bisa diam, sungguh ia tak tega meilhat Daffa di bentak oleh Akbar tapi jujur ia juga tak bisa membela Daffa yang sudah jelas menyakiti perasaan Syafira.

"Bar lo dengerin gue dulu, please. Gue tu memang diajak sama si Pricilla.."

"Terus lo mau aja dengan ajakan pulang bareng dia kan?" cela Akbar yang sudah tidak ingin mendengar setiap ucapan dari Daffa.

"Oke memang gue terima tapi itu karna kita ketujuan yang sama, kita mau cari buku buat tambah-tambah bahan UN." Ujar Daffa dengan nada yang mulai meninggi.

"Tapi kalo memang mau cari buku apa ngak bisa lo ajak Syafira?" teriak Iqbal yang mendengar alasan dari Daffa.

Daffa yang melihat kehadiran dari Iqbal ingin marah, tapi untuk saat untuk ini ia harus menahan emosinya.

"Daffa asal lo tau aja, kalo Syafira tu tadi nangis karna mikirin lo yang bakal jalan sama cewek lain. Kalo memang alasan lo tu pengen cari buku buat UN bisa ajak Syafira kan? Toh dia itu sahabat lo, apa salahnnya ajak sahabat sendiri buat cari keperluan atau hanya sekedar jalan-jalan?"

"Asal lo tau aja, udah cukup lo buat dia nangis. Udah cukup lo buat dia sakit hati. Sebaiknya kalo lo ngak sayang sama Syafira jangan buat dia nangisi hal yang tak penting." Ujar Iqbal dengan penuh penekanan.

"Maksdu lo apa?" tanya Daffa yang sudah berada di puncak emosi.

"Maksud gue itu, dari pada lo nyakiti dia terus mendingan lo lepasin aja dia karna gue bisa buat Syafira bahagia." Pungkas Iqbal lalu pergi meninggal ketiga orang yang masih setia pada tanda tanya.

"Udah yah, gue udah ngak mood untuk jalan. Gue balik duluan Intan." Pamit Akbar pada Intan namun tidak pada Daffa.

"Gue ikut balik Bar, males gue lama-lama di sini." Sindir Intan dan pergi mengikuti langkah Akbar.

Setelah kepergian Intan dan Akbar, Daffa pun memilih duduk di kursi tak jauh dari tempat ia berdiri. Rasa bersalah terus saja menghantui pikirannya, perkataan Iqbal tadi menambah kekacauan pikirannya. Di saat Daffa tengah melamun, Pricilla pun datang menghampiri.

"Daffa, udah yuk balik."

Entah kenapa ajakan dari Pricilla itu tidak membuat Daffa memberi respon apa pun, ia hanya menatap Pricilla tapi tak memberi jawaban.

"Hey, ayo nanti kesorean loh." Ajak Pricilla sekali lagi.

"Maaf Pricilla, aku ada urusan mendadak jadi ngak bisa nepatin janji. Maaf yah, aku balik duluan." Ujar Daffa yang sudah tak bisa berpikiran jernih karena masalah yang ia timbulkan sendiri.

Setelah mengatakan itu, Daffa pun bergegas pergi meninggalkan Pricilla yang tak ia hiraukan lagi. Satu hal yang di inginkannya yaitu memberi penjelasan kepada Syafira agar ia bisa kembali bersahabat dengan Syafira. Kehilangan sahabat adalah hal yang paling di takuti oleh Daffa dan itu sebabnya ia tak ingin kehilangan sahabat sejatinya Syafira.

Mobil yang di kendarai oleh Daffa menembus jalanan kota. Jalanan yang tidak terlalu ramai sedikit membantu Daffa untuk sampai di rumah Syafira. Ketika sampai di depan rumah Syafira, terlebbih dahulu Daffa mencoba menghubungi Syafira. Syafira yang kini tengah membaca sebuah novel terusik dengan nada dering hp. Syafira yang melihat nama sang penelpon tak tertarik untuk mengangkatnya, tawa Daffa ketika bersenda gurau dengan wanita itu kembali melintas di pikiran Syafira dan berhasil membuat Syafira semakin enggan untuk mengangkat telpon itu.

Daffa yang telponnya tidak di angkat puun bisa menebak bahwa Syafira kini ingin kesendirian. Dan sebagai sahabat yang baik Daffa memilih untuk tidak mengnggu Syafira, ia hanya bisa berharap bahwa sebentar lagi Syafira akan mau mengangkat telponnya.

Daffa pun berpikir untuk mengirim pesan sekedar pemberitahuan dan perminta maafan.

To : Syafira

Maaf yah untuk kejadian yang tadi siang, jujur aku nngak punya maksud untuk pulang bareng Pricilla. Aku Cuma mikir kalo cari buku doang barenga dia, tapi aku tau kalo itu salah seharusnya aku ajak kamu bukannya terima ajakan dia. Dan maaf udah ngak ada kabar selama 5 hari. Kayaknya aku terlalu banyak minta maaf sama kamu, tapi aku berharap kalo kamu masih mau jadi sahabat aku. Sekali lagi maaf yah Fira.

Daffa pun mengirim pesan itu,entah apa yang di lakukan oleh Syafira ketika membaca pesan itu tapi keinginan Daffa hanyalah agar Syafira tidak salah paham. Setelah itu, Daffa pun bergegas perggi meninggalkan pekarangan rumah berlantai dua itu.

Kini mobilnya kembali menembus jalanan kota, namun berbeda dengan yang sebelumnya kali ini Daffa sedikit memperlambat laju mobillnya. Pikirannya benar-benar kacau tak karuan. Bener yang di katakan Iqbal bahwa ia hanya bisa membuat Syafira menangis, sedangkan ketika Syafira berada di dekat Iqbal yang ada hanyalah senyuman kebahagian.

"Iqbal memang lelaki yang baik buat kamu, Fira. Dia bisa buat kamu senyum sedangkan aku hanay bisa buat kamu nangis. Aku bukanlah lelaki yang pantas buat kamu bahagia, tapi aku tak bisa melepaskanmu untuk dia. Entahlah tapi yang jelas hati ini tak sanggup jika harus melepaskanmu"

*****
Selamat malam semuanya
Terima kasih yang sebesarnya untuk kalian yang masih setia nunggu sampai part ini.

Semoga bisa menghibur kalian yah.
Jangan lupa tetap tinggalkan jejak kalian jika sudah membaca part ini.

Salam hangat
Author

Update, 26 November 2018
Pukul 21.06

NB : afwan yah kalo belakangan ini jarang update, soalnya author bentar lg mau ujian. Terpaksa deh fokus terbagi dua tapi akan di usahakan untuk tetap update 😁😁

Sahabat Dan Cinta [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang